Era Graharealty dan Bank Multiarta melantai bareng di bursa
30 Juni 2021 11:37 WIB
Direksi Bank Multiarta Sentosa memegang sertifikat pencatatan perdana saham perseroan di Jakarta, Rabu (30/6/2021). ANTARA/HO-Bank Multiarta.
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan waralaba dan jasa agen real estat PT Era Graharealty Tbk dan PT Bank Multiarta Sentosa resmi melantai bersama melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu.
Kedua emiten yang tercatat dengan kode saham masing-masing IPAC dan MASB itu menjadi perusahaan tercatat ke-22 dan ke-23 di bursa pada 2021.
"Hal ini merupakan key milestone dalam perjalanan perseroan untuk melangkah sebagai perusahaan publik yang accountable dan transparan kepada seluruh investor, masyarakat dan seluruh stakeholders dalam menjalankan bisnis ke depan," kata Direktur Utama IPAC Darmadi Darmawangsa.
IPAC melepas 189,97 juta saham biasa atau sebanyak 20 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO dengan harga penawaran sebesar Rp120 per sahamnya, sehingga perseroan meraup dana segar Rp22,8 miliar.
Darmadi mengatakan, dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham baru yang menjadi porsi perseroan, akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja terkait kegiatan operasional perseroan.
Perseroan merupakan pemegang hak atas lisensi ERA Indonesia yang merupakan master franchise real estat dari Amerika Serikat yang berada di lebih dari 33 negara di dunia. Pada 2020 lalu, ERA Indonesia memulai awal yang baik pada Januari dan Februari namun memasuki Maret juga terkena dampak menurunnya penjualan properti di awal pandemi selama dua hingga tiga bulan pertama karena merupakan masa adaptasi dengan kebijakan semi lockdown yang diberlakukan karena masuknya COVID-19 ke Indonesia.
Setelah semakin terbiasa untuk beradaptasi dengan new normal, penjualan properti terlihat bangkit pada Juni hingga akhir 2020. Secara umum apabila ditarik perbandingan dari tahun 2019 terhadap 2020, penjualan properti mengalami kenaikan. Demikian pula omzet perseroan Januari hingga Mei 2021 dibandingkan 2020, mengalami kenaikan hingga 120 persen.
"Sedangkan untuk target omzet penjualan tahun 2021 direncanakan naik sebesar 25 persen," ujar Darmadi.
Sementara itu, PT Bank Multiarta Sentosa Tbk melepas 186,18 juta lembar saham dengan harga IPO yang ditetapkan Rp3.360 per saham, sehingga dana yang diperoleh perseroan mencapai Rp625,55 miliar.
Bank yang 70 persen kepemilikannya dikendalikan oleh Wings Group sejak Desember 2013, mendapat ijin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada 22 Juni 2021. Penawaran umum yang dilakukan pada 24-28 Juni 2021 mendapatkan respon yang positif dari para investor.
IPO tersebut dibarengi dengan penerbitan warrant 1:1 alias satu lembar saham IPO mendapatkan satu lembar waran yang dapat dikonversi menjadi saham mulai Januari 2022 sampai Juni 2022 dengan harga Rp3.500 per saham.
Direktur Utama MASB Ho Danny Hartono mengatakan, IPO tersebut merupakan langkah penguatan permodalan guna mendukung pengembangan bank ke depan dan memenuhi kewajiban modal disetor minimal Rp3 triliun seperti disyaratkan oleh OJK melalui ketentuan POJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
"Sebanyak 85 persen dari IPO ini akan digunakan untuk penguatan permodalan dalam pengembangan kredit dan 15 persen digunakan untuk pengembanan layanan digital banking perseroan," ujar Danny.
Pada perdagangan saham perdana, harga saham IPAC terpantau naik 12 poin atau 10 persen ke posisi Rp132 per saham. Sedangkan harga saham MASB meningkat 840 poin atau 25 persen ke posisi Rp4.200 per saham.
Baca juga: BEI harap IPO unicorn tarik investor dan naikkan bobot saham RI
Baca juga: IPO unicorn, BEI: Multiple Voting Shares adalah pilihan
Baca juga: Komunitas Fintech dukung BEI fasilitasi perusahaan teknologi IPO
Kedua emiten yang tercatat dengan kode saham masing-masing IPAC dan MASB itu menjadi perusahaan tercatat ke-22 dan ke-23 di bursa pada 2021.
"Hal ini merupakan key milestone dalam perjalanan perseroan untuk melangkah sebagai perusahaan publik yang accountable dan transparan kepada seluruh investor, masyarakat dan seluruh stakeholders dalam menjalankan bisnis ke depan," kata Direktur Utama IPAC Darmadi Darmawangsa.
IPAC melepas 189,97 juta saham biasa atau sebanyak 20 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO dengan harga penawaran sebesar Rp120 per sahamnya, sehingga perseroan meraup dana segar Rp22,8 miliar.
Darmadi mengatakan, dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham baru yang menjadi porsi perseroan, akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja terkait kegiatan operasional perseroan.
Perseroan merupakan pemegang hak atas lisensi ERA Indonesia yang merupakan master franchise real estat dari Amerika Serikat yang berada di lebih dari 33 negara di dunia. Pada 2020 lalu, ERA Indonesia memulai awal yang baik pada Januari dan Februari namun memasuki Maret juga terkena dampak menurunnya penjualan properti di awal pandemi selama dua hingga tiga bulan pertama karena merupakan masa adaptasi dengan kebijakan semi lockdown yang diberlakukan karena masuknya COVID-19 ke Indonesia.
Setelah semakin terbiasa untuk beradaptasi dengan new normal, penjualan properti terlihat bangkit pada Juni hingga akhir 2020. Secara umum apabila ditarik perbandingan dari tahun 2019 terhadap 2020, penjualan properti mengalami kenaikan. Demikian pula omzet perseroan Januari hingga Mei 2021 dibandingkan 2020, mengalami kenaikan hingga 120 persen.
"Sedangkan untuk target omzet penjualan tahun 2021 direncanakan naik sebesar 25 persen," ujar Darmadi.
Sementara itu, PT Bank Multiarta Sentosa Tbk melepas 186,18 juta lembar saham dengan harga IPO yang ditetapkan Rp3.360 per saham, sehingga dana yang diperoleh perseroan mencapai Rp625,55 miliar.
Bank yang 70 persen kepemilikannya dikendalikan oleh Wings Group sejak Desember 2013, mendapat ijin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada 22 Juni 2021. Penawaran umum yang dilakukan pada 24-28 Juni 2021 mendapatkan respon yang positif dari para investor.
IPO tersebut dibarengi dengan penerbitan warrant 1:1 alias satu lembar saham IPO mendapatkan satu lembar waran yang dapat dikonversi menjadi saham mulai Januari 2022 sampai Juni 2022 dengan harga Rp3.500 per saham.
Direktur Utama MASB Ho Danny Hartono mengatakan, IPO tersebut merupakan langkah penguatan permodalan guna mendukung pengembangan bank ke depan dan memenuhi kewajiban modal disetor minimal Rp3 triliun seperti disyaratkan oleh OJK melalui ketentuan POJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
"Sebanyak 85 persen dari IPO ini akan digunakan untuk penguatan permodalan dalam pengembangan kredit dan 15 persen digunakan untuk pengembanan layanan digital banking perseroan," ujar Danny.
Pada perdagangan saham perdana, harga saham IPAC terpantau naik 12 poin atau 10 persen ke posisi Rp132 per saham. Sedangkan harga saham MASB meningkat 840 poin atau 25 persen ke posisi Rp4.200 per saham.
Baca juga: BEI harap IPO unicorn tarik investor dan naikkan bobot saham RI
Baca juga: IPO unicorn, BEI: Multiple Voting Shares adalah pilihan
Baca juga: Komunitas Fintech dukung BEI fasilitasi perusahaan teknologi IPO
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: