Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berupaya mengejar penguasaan sistem propulsi kereta cepat sebagai bagian penting dari teknologi kereta cepat (high speed train) yang harus dikuasai, salah satunya melalui transfer teknologi dengan pihak China.

"Urgensi penguasaan teknologi kereta cepat sebenarnya yang pertama adalah industri perkeretaapian nasional harus mandiri dan tidak bergantung pada impor komponen, serta mampu bersaing di pasar internasional," kata Deputi Bidang Teknologi Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT Wahyu Widodo Pandoe dalam webinar dengan tema Propulsion System for High Speed Train, Jakarta, Selasa.

Seminar virtual (webinar) tersebut merupakan kolaborasi antara BPPT dan Southwest Jiaotong University (SWJTU) di China sebagai bagian dari Joint Research Centre on High Speed Railway Technology (Pusat Penelitian Bersama tentang Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi) yang berlangsung sejak 2019.

Kereta api berkecepatan tinggi merupakan salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) Indonesia di bidang perkeretaapian.

Baca juga: Pakar: Dua masinis operasikan kereta cepat jauh lebih baik

Baca juga: BPPT: Kereta cepat fokus desain hemat energi, kenyamanan dan kesehatan


Dengan mengangkat tema pengembangan teknologi sistem propulsi untuk kereta api cepat, maka seminar itu diharapkan dapat menjadi platform pertukaran ilmu pengetahuan antara ilmuwan Indonesia dan China.

Wahyu menuturkan kerja sama BPPT dengan Southwest Jiaotong University bertujuan untuk melakukan kerja sama ilmiah dan teknologi, mempromosikan pertukaran akademik antara Indonesia dan China, dan memperkuat kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Indonesia.

Kolaborasi riset tersebut juga memiliki tujuan untuk mendorong perkembangan jangka panjang dan stabil pada teknologi kereta cepat antara China dan Indonesia.

Wahyu berharap kerja sama riset yang berlangsung selama ini dapat terus berjalan dan menjadi platform transfer teknologi antara China dan Indonesia terutama di bidang kereta api cepat.

"Semoga kerja sama ini dapat mempererat hubungan dan manfaat kemajuan teknologi antara kedua negara, Indonesia dan China," ujar Wahyu.*

Baca juga: Mulai 1 Juni waktu tempuh KA Argo Bromo Anggrek lebih cepat

Baca juga: Jasa Marga rekayasa lalin Tol Japek 2-3 Juni imbas proyek kereta cepat