Manado (ANTARA News) - Seluruh masyarakat muslim khususnya etnis Gorontalo di Manado, Senin malam (6/9), menggelar acara malam pasang lampu menyambut peringatan malam turunnya Al Qur`an di bumi pada saat lebaran.
"Acara ini dalam bahasa Gorontalo disebut tumbilotohe dimana pada malam ini, dijadikan peringatan turunnya kitab suci dari Allah SWT ke bumi untuk menerangi hidup manusia," kata pemuka agama Islam Manado, Amir Liputo di Manado, Senin.
Liputo menjelaskan pemasangan lampu itu mengingatkan bahwa kitab suci itu membawa jalan terang bagi umat manusia agar kembali hidup dalam kebenaran sekaligus menerangi orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada malam Lailatul Qadar, kata Liputo, orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk mendengarkan ceramah sehingga jalan harus terang benderang dan umat bisa mendapatkan penjelasan dan penerangan hidup.
Wilayah-wilayah yang merupakan lokasi pemasangan lampu sebenarnya tersebar di seluruh wilayah Manado, tetapi yang paling ramai melakukan tumbilotohe ini adalah di sekitar wilayah Maasing, Sindulang Satu, Karame, Ternate Tanjung, Karangri dan Mahawu, kata Liputo.
Sementara itu di salah satu wilayah kota Manado dimana terdapat banyak umat Muslim asal Gorontalo, pasang lampu dilakukan dengan sangat meriah, dimana di depan rumah didirikan gapura dihiasi beraneka bunga.
"Ini tradisi yang kami bawa dari Gorontalo biasanya jumlah lampu yang dipasang itu bervariasi sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang di rumah tersebut mulai dari orang tua sampai anak," kata salah satu warga Karangria, Kecamatan Tuminting, Ismail.
Ia mengatakan malam pasang lampu atau tumbilotohe ini akan dilaksanakan selama empat hari tetapi pada hari keempat sudah mati, sebab sudah memasuki masa takbiran dan menurutnya hal tersebut terus dilakukan setiap tahun.
Ia mengatakan hal ini terus melakukan untuk menjadi peringatan bahwa menyambut Idul Fitri hati dan jiwa harus bersih dan suci dan terang benderang seperti makna pemasangan lampu tersebut.
(ANT113/A034)
Muslim Manado Gelar Tumbilotohe Sambut Lebaran
6 September 2010 21:53 WIB
(ANTARA/Fanny Octavianus)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: