"Untuk menyelamatkan sebuah kesepakatan di mana AS berusaha menggagalkannya, Iran menjadi pihak yang paling aktif di Wina, mengusulkan sebagian besar konsep," tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Khatibzadeh di Twitter. Ia merujuk pada pembicaraan yang bertujuan menghidupkan kembali perjanjian nuklir.
Iran dan Amerika Serikat sedang menggelar pembicaraan tidak langsung tentang mempertahankan kesepakatan 2015 antara Tehran dan enam negara besar dunia. Kesepakatan itu berisi pembatasan terhadap aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan penghapusan sanksi internasional.
Mantan Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan itu pada 2018, namun Presiden Joe Biden sedang berupaya menghidupkan kembali perjanjian tersebut. Pejabat di semua pihak mengatakan bahwa terdapat isu utama yang musti diselesaikan sebelum kesepakatan itu dapat kembali ditegakkan.
"Masih percaya pada sebuah kesepakatan mungkin, jika AS memutuskan untuk menyingkirkan warisan Trump yang gagal. Iran tak sudi untuk selalu bernegosiasi," cuit Khatibzadeh.
Pengawas nuklir PBB pada Jumat (25/6)meminta jawaban langsung dari Iran mengenai apakah Teheran akan memperpanjang kesepakatan pemantauan yang jatuh tempo semalam. Utusan Iran menanggapi bahwa Teheran tidak berkewajiban melontarkan jawaban.
Pembicaraan Wina, yang dimulai pada April, kini berada dalam jeda yang diperkirakan berlangsung sampai awal Juli. Akan tetapi, kegagalan untuk memperpanjang perjanjian tersebut dapat mengacaukan perundingan itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran: Pembicaraan nuklir mendekati kesepakatan
Baca juga: IAEA: Iran mulai mengayakan uranium kemurnian 60 persen