Jakarta (ANTARA News) - "Bagi kami Pak Harto lebih dari sekedar pahlawan," kata Probosutedjo, adik mantan Presiden Soeharto, dengan mata berbinar mengenang almarhum kakaknya.

Saat ini memang terjadi kontroversi mengenai usulan gelar pahlawan nasional bagi Soeharto (Pak Harto), Presiden kedua Indonesia.

Ada yang tidak setuju namun tidak sedikit pula yang mendukungnya. Pak Harto merupakan salah satu dari 10 nama yang diusulkan menjadi pahlawan nasional oleh Kemensos.

Meski telah menginjak usia 80 tahun, Probosutedjo, pengusaha yang kini juga menekuni bidang pertanian tersebut, tampak gagah dengan peci hitam melekat di kepala saat ditemui wartawan ANTARA Muhammad Arief Iskandar di rumahnya Jalan Diponegoro 20, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.

Berikut wawancara dengan Probosutedjo:

ANTARA : Bagaimana keluarga Pak Harto memandang usulan agar Pak Harto diberi gelar pahlawan nasional?

Probo : Bagi kami, Pak Harto lebih dari pahlawan. Tidak ada duanya. Kalau gelar pahlawan nasional, keluarga dalam hal ini terserah pemerintah mau kasih gelar atau tidak. Tapi yang jelas perjuangannya sudah jelas. Pak Harto bukan hanya berjuang mengusir penjajah saja tapi juga melakukan pembangunan. (Pahlawan) yang lain-lain itukan mengusir penjajah tapi pembangunan tidak ada. Pak Harto inikan melakukan pembangunan dan memperjuangkan hubungan luar negeri sehingga nama bangsa Indonesia dikenal di dunia internasional. Namun mendapat penghargaan atau tidak terserah pemerintah. Sementara yang lain tidak ada yang melakukan dan satu-satunya. (Ia memberi contoh tokoh yang tidak perang pun ada mendapat gelar pahlawan).

ANTARA : Keluarga pernah mengusulkan?

Probo : Keluarga sendiri lebih baik tidak mengusulkanlah. Iya kalau diterima. Kalau tidak diterima?. Terserah dengan pemerintah, mau dikasih atau tidak, nyatanya bangsa Indonesia menikmati dari karya Pak Harto.

ANTARA : Apa Pak Harto pantas untuk gelar pahlawan?

Probo : Pak Harto itu berjuang sejak zaman revolusi hingga pembangunan. Zaman revolusi, Pak Harto memimpin serangan umum 1 Maret 1948.

Dengan serangan umum 1 Maret itu tersiar ke seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada. Memang ada jalan pikiran, katakanlah, dari Sultan (Hamengku Buwono IX) itu ada.

Tapi yang mempertaruhkan nyawa itu Pak Harto karena Pak Harto meninggalkan istri yang sedang hamil delapan bulan untuk melawan belanda.

Sampai Belanda pun mengetahui bahwa yang memimpin gerilya di Yogyakarta waktu itu adalah Soeharto. Sampai Soeharto itu dicari di kampungnya di Desa Kemusuk itu. Belanda kemudian mengadakan pembersihan di seluruh desa itu. Setiap ada laki -laki, setiap ada yang lewat di tembak mati, termasuk bapak saya karena lambat larinya.

ANTARA : Jasa lainnya?

Probo : Jasa Pak Harto yang kedua adalah dalam pertempuran pembebasan di Irian Jaya semasa Dwikora. Pertempuran di Laut Arafuru, yang memimpin langsung adalah Pak Harto. Saat itu Pak Harto menjadi Panglima Mandala.

Belanda mau menembak (Pak Harto) dari kapal selam namun dilarang karena jika sampai panglimanya kena tembak bisa kacau lagi, namanya bisa menjadi jelek Belanda.

Belanda akhirnya juga menarik diri. Kemudian Irian mengadakan referendum dengan enam Perpera. Ternyata dalam Perpera Irian memilih masuk dalam Indonesia.

Jasa lainnya adalah menumpas PKI yang melakukan Gerakan 30 September. Pak Harto juga menemukan sumur enam jenderal dan satu perwira menengah yang dibunuh saat peristiwa tersebut.

Pak Harto menumpas PKI sampai ke akar-akarnya. PKI telah membahayakan republik sejak 1948 dengan pemberontakan. Begitu pula pada 1965, saat Dwikora, Pak Harto mengatakan sebenarnya bukan Malaysia yang mengancam tapi PKI.

ANTARA : Saat Soeharto menjadi Presiden?

Probo : Kemudian pada masa pembangunan, Pak Harto membangun irigasi, bendungan, jalan, gedung-gedung pemerintah. Ekonomi jalan, hubungan luar negeri disegani. Memang saat terakhir itu (tahun 1997-1998) ada resesi ekonomi.

Tapi resesi ekonomi itu bukan hanya Indonesia, di seluruh dunia dan yang paling parah waktu itu Brazil dengan Korea Selatan.

Dari jasa-jasa yang begitu itu, pahlawan atau tidak? Tergantung pada manusia-manusia yang masih hidup ini. Kalau Pak Harto sudah masa bodoh karena Pak Harto sudah meninggal.

Tapi tidak perlu nama itu, tapi kalau kalian lihat, kalau kita ini bangsa yang besar, orang yang ikut gerilya satu kali saja jadi pahlawan, masak iya jasa yang begitu besar tidak diangkat jadi pahlawan. Tergantung pada kita semua, mau jadi pahlawan atau tidak, kalau saya menganggap lebih dari pahlawan.

ANTARA : Apa resesi 1997-1998 itu dilihat sebagai cacat Pak Harto?

Probo : Mereka yang tidak tahu riwayatnya selalu berpikiran bahwa pada saat Soeharto menjadi presiden kenapa terjadi resesi. Mereka berpendapat pada saat Soeharto terjadi resesi sehingga dianggap tidak berhasil. Tapi resesi itu terjadi bukan hanya di Indonesia, tapi terjadi di dunia, yang paling parah Brazil sama Korea Selatan walau akhirnya mereka bisa bangkit.

ANTARA : Bapak mengharapkan Pak Harto menjadi pahlawan nasional?

Probo : Kalau kita minta mengharapkan nanti ditolak kan percuma saja. Terserah kepada pemerintah karena yang menilai itu pemerintah. Orang-orang yang sekarang ini, yang masih muda-muda, umumnya tidak tahu perjuangan dari generasi sebelumnya. Seperti Presiden SBY sendiri kan umurnya baru 60 tahun. Jadi waktu proklamasi tidak tahu, waktu peristiwa pemberontakan G30 S PKI 1965 dia baru berumur 15 tahun. Jadi belum tahu bagaimana liku-likunya terjadinya G 30 S PKI.

Probosutedjo juga menceritakan bahwa sering terjadi tuduh-tuduhan mengenai kekayaan Soeharto yang ternyata tidak benar. Seperti adanya bunker di kediaman Soeharto di Jl. Cendana, simpanan di luar negeri, dan simpanan triliunan rupiah di kampung halaman Soeharto (Desa Kemusuk).

Selain itu, banyak pula yang mengatakan bahwa pada zaman Pak Harto sering terjadi pelanggaran HAM serta Pak Harto dikenal sebagai pemimpin yang otoriter.

ANTARA : Banyak orang menilai pada saat pemerintahannya Pak Harto melakukan KKN?

Probo : KKN sudah jelas tidak ada. Bisa ditelusuri kan jelas tidak ada. Itu fitnah. Terus mengenai bisnis keluarga, anak-anak Pak Harto tidak ada yang mau menjadi pegawai negeri, tidak ada yang mau jadi tentara, jadi kalau tidak jadi pegawai negeri tidak jadi tentara terus mau kerja apa? Kan berbinis.

Tapi bisnisnya tidak ada yang seperti diberitakan, yang katanya mempunyai kekayaan begitu hebat. Anak-anak Soeharto tidak menjadi yang terkaya. Orang terkaya ternyata bukan anaknya Pak Harto, tapi dari kelompoknya lainnya. Kekayaan anak-anak Pak Harto tidak seperti yang diberitakan.

ANTARA : Bagaimana mengenai tuduhan-tuduhan simpanan harta Pak Harto?

Probo : Kalau kejadian itu kita tidak heran, orang yang anti Pak Harto sudah pasti mencari-cari alasan supaya Pak Harto tidak diangkat menjadi pahlawan, dengan upaya penuduhan-penuduhan soal kekayaan.

Sayangnya pemerintah tidak mau mengumumkan hasil penelusurannya mengenai kekayaan dari Pak Harto. Sampai saat ini pemerintah tidak terbukti kekayaan yang diopinikan di berbagai media.

ANTARA : Mengenai kekayaan yang disimpan di luar negeri?

Probo : Katanya Pak Harto punya rekening 9 miliar dolar AS di Swiss, ketika dicari oleh Jaksa Agung Andi Ghalib, tidak ada. Kan tidak terbukti.

Kemudian, katanya, saya menyimpan uang di Solo Rp8 triliun. Namun setelah dicari-cari tidak ada. Polisi juga pernah datang ke sini (rumah di Jl. Diponegoro, Jakarta.Red) juga mendapat laporan bahwa Pak Harto dan keluarga menyimpan uang di Solo sebanyak Rp8 triliun. Terus saya tanya, Rp8 triliun itu berapa ton?. Rp1 triliun itu sama dengan uang Rp100.000 sebanyak 10 ton. Jika Rp8 triliun itu sama dengan Rp100.000 sebanyak 80 ton. Bagaimana membawanya ke Solo? Berapa truk? Terus polisi itu bilang, "Iya-ya saya kok tidak berhitung di situ."

Selain itu juga pernah dituduhkan ada ada bunker-bunker di bawah rumah Pak Harto. Kita minta untuk dicek dan ternyata tidak ditemukan. Tapi sayangnya pemerintah tidak mau mengumumkan hal itu.

ANTARA : Sekarang bagaimana dengan nasib rumah di Jl. Cendana?

Probo : Kita ingin membuat museum untuk umum agar semua orang tahu bagaimana sebenarnya rumah Pak Harto sebenarnya. Mungkin dua bulan lagi akan selesai.

ANTARA : Pada zaman Pak Harto banyak dinilai terjadi pelanggaran HAM?

Probo : Di negara manapun juga hak asasi manusia dihargai. Tapi bagiamanapun, tiap-tiap warga negara itu punya kewajiban dan tanggung jawab.

Jadi kalau punya hak asasi maka kewajibannya dan tanggungjawabnya apa? Malaysia dan Singapura bahkan lebih keras. Singapura lebih keras lagi, itu yang namanya demokrasi diperlakukan tapi tidak boleh semau-maunya. Koran saja dibatasi di Singapura. Orang tak mau wajib militer langsung diusir dari Singapura.

Ketegasan pemerintah itu memprioritaskan yang lemah. Jangan sampai karena gangguan ini nanti yang lemah tidak terurus lagi.

ANTARA : Pak Harto juga dinilai otoriter sewaktu menjadi Presiden, bagaimana menurut Bapak Probo?

Probo : Saya pikir yang dibutuhkan ketegasan itu tadi untuk pembangunan demi pengentasan kemiskinan. Jadi setiap warga negara punya hak namun juga punya kewajiban untuk membangun. Tidak bisa semau-maunya. Pak Harto itu termasuk orang yang mau betukar pikiran dengan siapa saja.

ANTARA : Ada penilaian bahwa pemberian penghargaan pahlawan nasional tidak tepat saat ini?

Probo : Tergantung sama orang-orang yang mau menilai itulah. Kalau pemberian itukan tidak tergantung waktu, bisa orang yang lama meninggal diberi, bisa pula orang yang masih hidup diberi gelar pahlawan. Jadi tidak bisa menjadi ukuran, tergantung manusianya, tergantung Presiden bisa menghargai atau tidak.

(***)