Magelang (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno meminta masyarakat Bali mematuhi protokol kesehatan untuk kesiapan pembukaan pariwisata di Pulau Dewata ini.

"Menurut saya kita harus tetap mendorong agar masyarakat Bali bisa bertahan di situasi yang sangat sulit buat Bali," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Kamis, seusai membuka "International Conference Sound of Borobudur" di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

"Saya tidak mau masyarakat merasakan bahwa pemerintah meninggalkan mereka, kami akan terus mendorong masyarakat Bali untuk patuh terhadap protokol kesehatan, tingkatkan kesiapannya dan pada waktu yang tepat, saat yang memungkinkan, situasi kondusif dan atas izin Bapak Presiden tentunya akan tetap mempersiapkan pembukaan Bali," katanya.

Baca juga: Menparekraf: Masyarakat Jawa kuno telah mengenal seni pertunjukan

Menyinggung penutupan zona I Taman Wisata Candi Borobudur untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, pihaknya mendukung keputusan tersebut.

"Kami mendukung keputusan tersebut dan kegiatan di zona hijau dan zona kuning yang memungkinkan dilakukan dengan PPKM skala mikro dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan secara ketat dan disiplin," katanya.

Terkait "International Conference Sound of Borobudur", Sandiaga menyampaikan Kemenparekraf melihat ini sebagai sebuah tantangan tersendiri karena di tengah pandemi dan situasi ekonomi pihaknya harus menggelar satu event MICE yang super penting ini.

"Karena musik sangat universal dan Borobudur merupakan salah satu tempat terbaik musik dari berbagai negara. Ini membangkitkan semangat, menunjukkan di tengah pandemi jika kita bertransformasi musik juga bisa digelar dan konferensinya juga dengan protokol kesehatan," katanya.

Baca juga: Menparekraf: Pembangunan Borobudur Highland dipercepat

Sandiaga melihat yang hadir dalam kegiatan ini bukan hanya pemusik yang sudah kondang saja. Tetapi juga ribuan, puluhan ribu atau ratusan ribu pemusik yang bisa terinspirasi dengan kegiatan ini.

"Sehingga mereka dapat tetap bertahan di tengah pandemi, tetap berkarya, dan pemerintah tetap hadir di tengah-tengah mereka untuk membela hak-hak mereka," katanya.

Musisi Tri Utami mengatakan bersyukur karana apa yang telah dilakukan selama lima tahun terakhir di Borobudur bukanlah hal yang mudah sehingga bisa menggelar musik yang dikomposisi bersama-sama.

"Tanpa Kemenparekraf kami tidak bisa landing dari Borobudur. Borobudur milik Bangsa Indonesia dan milik dunia. Borobudur sudah memanggil dan kami akan menjawab dengan tindakan nyata sehingga bermanfaat untuk bangsa dan negara," katanya.