Banyak aset-aset Indonesia strategis kini dikuasai negara-negara asing. Pembicaraan strategis Indonesia sekarang tidaklah aman lagi, karena operator-operator telepon seluler dimiliki dan dikontrol oleh negara asing, dan setiap saat menyadap pembicaraan kita.
Sebut saja PT Indosat Tbk. yang pernah dijual ke Temasek Holding dan kini berada di tangan Qatar Telecom, PT Telkomsel yang dimiliki Temasek Singapura, XL yang dimiliki Malaysia dan masih banyak lagi.
Saya bermimpi, Indonesia bisa berjaya seperti sejarah kita dulu, saat Indonesia menjadi negara perdagangan besar yang memiliki pengaruh kuat di dunia.
Majapahit tercatat telah memiliki hubungan dagang dengan Kamboja, Thailand, Birma dan Vietnam dan bahkan, menempatkan perwakilannya di Cina. Dalam bidang perdagangan, kopi Jawa dan Sumatera telah terkenal di seluruh dunia. Banyak orang di berbagai belahan dunia yang belum benar-benar terbangun sebelum menikmati nikmatnya kopi Indonesia. Sampai kini Coklat Indonesia terkenal menjadi pemasok pabrik-pabrik coklat di Swiss dan Amerika.
Saya bermimpi, Indonesia berjaya seperti sejarah kita dulu, Majapahit misalnya dikenal sebagai kerajaan yang mempersatukan bangsa dan negara menjadi kuat. Pengaruh Majapahit bahkan melampaui batas-batas yang kini disebut sebagai Indonesia.
Kitab Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV menyebutkan Nusantara, wilayah
kekuasaan Majapahit terbentang dari Sumatera hingga Papua (Wanin).
Saya bermimpi, Indonesia bisa membeli dan menguasai raksasa-raksasa bisnis di dunia, seperti yang mereka lakukan pada Indonesia selama ini, mereka memperlakukan Indonesia sebagai pecundang. Misalnya Temasek. Di Indonesia, konglomerasi Temasek ini sudah cukup lama dikenal, karena keterlibatan bisnisnya dengan sejumlah taipan dan usahanya memburu sektor telekomunikasi.
Lewat STT, pada tahun 2001 Temasek termasuk investor yang paling sigap menawar saham PT Telkomsel. Usaha itu kemudian membuahkan hasil dengan mengantongi saham operator seluler terbesar di Indonesia sebesar 35 persen.
Temasek yang menguasai saham STT sampai 67,65 persen, dengan kalimat lain, secara tidak langsung juga menggenggam 23,7 persen saham Telkomsel. Bersama Cargill Golden Agri Resources, Temasek juga masuk dalam pengelolaan dan pengembangan perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia.
Kita tahu, saat dibeli oleh Temasek, jumlah pelanggan seluler Indosat masih sekitar 3,5 juta namun hingga dijual kepada Qatar Telecom tahun lalu, pelanggan Indosat sudah mencapai 16,7 juta pelanggan atau nyaris tujuh kali lipat jumlah penduduk Singapura.
Dari sisi laba, Indosat terus meraup angka paling sedikit 25 persen dari nilai investasi awal Temasek sebesar Rp 5 triliun, atau sekitar Rp 1,25 triliun.
Hingga akhir 2006, BUMN Singapura itu mampu meraup pendapatan usaha Rp 12,3 triliun. Sebanyak 75,4 persen dari pendapatan itu disumbangkan oleh bisnis selulernya dan itu disumbangkan oleh Indosat. Bisa dibayangkan berapa triliun rupiah yang dikeduk pemerintah Singapura dari Indosat selama lima tahun terakhir? Lalu bayangkan pula andai Indonesia kemudian membeli Temasek?
Saya bermimpi, Indonesia juga bisa membeli Khasanah Nasional Bhd. dari Malaysia. Konglomerasi ini, sekarang menguasai sejumlah sektor bisnis di Indonesia. Mulai dari telekomunikasi hingga bank.
Di bidang telekomunikasi, Khasanah, misalnya menguasai operator seluler XL. Di perbankan, Khasanah menggenggam saham Bank Niaga dan Bank Lippo, yang kini setelah dimerger diubah namanya menjadi Bank CIMB Niaga.
Lalu Malayan Banking (Maybank) membeli 100 persen saham konsorsium Sorak Finansial Holdings Pte Ltd di PT Bank International Indonesia (BII) Tbk. Satu bank Malaysia juga sudah menguasai Bank Bumiputera.
Lalu Group Guthrie, menguasai 25 perusahaan perkebunan dari hasil lelang yang digelar BPPN. Dengan penguasaan lahan tersebut, Guthrie kini memiliki lebih dari 260 ribu hektare lahan kelapa sawit di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dunia Bangkrut, Indonesia Jaya
Sejauh ini kita tahu, banyak sudah perusahaan-perusahaan kelas dunia yang akhirnya jatuh bangkrut, karena terlalu mengandalkan apa yang belakangan ini disebut sebagai “kebaikan” pasar bebas alias, free trade dengan “tangan-tangan yang tidak terlihat” itu.
Free Trade sudah menjadi agama ekonomi yang kini sedang dianut Indonesia, dan setiap saat mengancam kebangkrutan Indonesia.
Dalam Free Trade, siapa pun termasuk dari negara-negara asing, bisa membeli apa saja dan kapan saja, sepanjang memiliki duit, termasuk membeli perusahaan strategis yang menjadi jantung penghidupan Indonesia. Tak ada perlindungan pemerintah, karena perlindungan dianggap haram.
Terbukti sekarang, kita bisa melihat bahwa perusahaan-perusahaan dunia itu pun kini jatuh bertumbangan, bangkrut, dan terpaksa pemerintahnya pun harus ikut campur tangan, untuk menghindari kebangkrutan sistemik yang lebih gila lagi.
Saya bermimpi, Indonesia terhindar dari kebangkrutan total, seperti yang terjadi dengan bangsa-bangsa lain saat ini. Kondisi kebangkrutan nasional kini mengintai Indonesia, mengingat sejumlah BUMN dan korporasi besar di Indonesia kini banyak yang dikuasai oleh asing, dikuasai negara asing yang kini juga sedang dilanda krisis.
Saya karena itu, sekali lagi bermimpi, untuk bukan hanya membeli perusahaan-perusahaan Indonesia yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing, tapi juga bermimpi membeli holding perusahaan-perusahaan asing itu.
Saya bermimpi, Indonesia tidak lagi menjadi bangsa pengemis utang pada negara-negara lain dengan menggadaikan kemandiriannya. Saya bermimpi, Indonesia justru mampu memberikan pinjaman bagi negara-negara lain. Indonesia mampu membantu negara-negara lain menjadi bangsa yang makmur.
Saya bermimpi, Indonesia membeli Chaebol-chaebol Korea, konglomerasi besar ala Korea. Lihat misalnya yang terjadi pada Ssangyong Motor, Korea Selatan yang mempekerjakan 7 ribuan orang. Perusahaan itu merupakan salah satu unit SUV yang sahamnya dibeli dan dimiliki produsen otomotif China, SAIC Motor.
Awal tahun ini, Ssangyong menjadi perusahaan terbesar di Korea Selatan yang pertama yang berdiri di tubir kebangkrutan. Itu sebabnya, awal tahun ini Ssangyong kemudian mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan kepada pemerintah Korea Selatan setelah mengalami kerugian sepanjang 2008.
Saya bermimpi, Indonesia membeli raksasa-raksasa bisnis Jepang, seperti Canon, Nikon, Sony, Panasonic, Toyota, Yamaha, Mitsubishi, Suzuki, Minolta, Kawasaki, Sanyo, Casio, Toshiba dan lain-lain.
Kita bisa lihat Sony di Jepang, yang merupakan perusahaan elektronik terbesar, kini juga sudah mengumumkan gelombang PHK menyusul kesulitan finansial karena mengalami kerugian tahunan pertama setelah 14 tahun.
Sony mengambil langkah mempertahankan tingkat profitabilitas dan menjaga agar terhindar dari kebangkrutan. CEO Sony mengumumkan perusahaan itu akan menutup satu dari dua pabrik TV mereka setelah penjualan TV LCD Bravia tidak berjalan maksimal akibat resesi.
Perusahaan ini juga akan melakukan PHK 2.000 karyawan. Panasonic dan Sharp juga mengalami keadaan yang sama.
Saya bermimpi, Indonesia bangkit, bangsanya sadar untuk tidak terus menerus didikte bangsa-bangsa asing. Saya bermimpi, bangsa Indonesia mampu mengelola kekayaan alam luar biasa yang dianugerahkan Tuhan bagi Indonesia.
Saya bermimpi, bangsa Indonesia mau belajar dan terus belajar, mau menimba sebanyak-banyak ilmu, mau untuk tidak bersifat rakus dan mementingkan diri sendiri, mau bersatu membangun ekonomi bangsa.
Saya bermimpi, Indonesia tidak lagi mengirim TKI yang mudah dibodohi, disiksa, diperkosa, bahkan dibunuh sesukanya tanpa perlindungan sama sekali dari negaranya. Saya bermimpi, bangsa Indonesia tidak lagi dileceh bangsa-bangsa lain.
Tapi saya bermimpi, bangsa Indonesia berada di seluruh penjuru dunia untuk mengelola dan menciptakan nilai tambah bagi kelangsungan hidup dunia, demi kejayaan Indonesia.
Saya bermimpi, Indonesia menjadi bangsa yang produktif, pandai menciptakan nilai tambah, tidak ada diskriminasi, dan semua anak-anak bangsa memiliki kebanggaan pada Indonesia, memiliki semangat bela negara yang tinggi.
Indonesia menjadi bangsa yang malu untuk korupsi, karena setiap anak bangsa mampu menciptakan nilai tambah, produktif dan cinta Indonesia.
Saya bermimpi, Indonesia menjadi bangsa yang tidak lagi minder dan kuper alias kurang pergaulan alias bagai katak dalam tempurung.
Saya bermimpi, Indonesia membeli dan menguasai Temasek, Khasanah, Chaebol dan perusahaan-perusahaan terkemuka dunia yang kini bangkrut.
Dalam pemilu ini kita, bangsa Indonesia harus memilih presiden yang tidak ditunggangi asing, yang kampanyenya tidak didanai asing, bukan boneka asing yang selalu didikte negara asing. Dengan begitu, akan semakin banyak orang-orang Indonesia yang terserap untuk bekerja. Indonesia juga akan semakin jaya, dan tidak diremehkan oleh negara- negara lain seperti yang sekarang kita alami.
Jangan salah memilih calon presiden yang tidak bijaksana. Dalam pemilu inilah momentumnya, salah memilih presiden, maka Indonesia akan kehilangan momentum menjadi bangsa yang mulia di dunia. Pikirkan masak-masak sebelum memilih, pilihlah calon presiden yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa mandiri, menjadi Indonesia Jaya. (*)
* Penulis adalah Managing Partner Strategic Indonesia
Saya Bermimpi: Indonesia Menguasai Temasek dan Khasanah
17 Juni 2009 14:40 WIB
Oleh Christovita Wiloto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009
Tags: