Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup melemah, seiring rekor baru kasus harian COVID-19 yang menembus 15.000 kasus.

Rupiah ditutup terkoreksi tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.440 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.433 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis, mengatakan, sentimen yang mendorong pelemahan rupiah hari ini masih relatif sama dengan hari sebelumnya yaitu sikap bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dan kenaikan kasus positif COVID-19 di dalam negeri.

"Semalam beberapa petinggi bank sentral AS masih menyuarakan potensi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih cepat dari proyeksi sebelumnya karena inflasi yang meninggi meskipun sementara, tapi inflasi ini akan bertahan dalam waktu yang lebih lama," ujar Ariston.

Baca juga: Dolar sedikit menguat ketika perdebatan Fed tentang inflasi berlanjut

Menurut Ariston, komentar-komentar tersebut mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.

Dari dalam negeri, pasar kemungkinan masih mengkhawatirkan kasus COVID-19 yang masih terus menciptakan rekor kasus baru.

"Pembatasan aktivitas yang lebih lama karena kasus baru masih terus meningkat, bisa menghambat laju pemulihan ekonomi," kata Ariston.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.440 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.440 per dolar AS hingga Rp14.460 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke posisi Rp14.462 dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.454 per dolar AS.

Baca juga: Kurs rupiah merosot, tertekan kekhawatiran naiknya kasus COVID-19