MUI-ACT teken MoU di berbagai bidang kemanusiaan
23 Juni 2021 19:37 WIB
Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar (kiri) dan pendiri lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin (kanan) setelah menandatangani nota kesepahaman (MoU) di berbagai bidang kemanusiaan. (ANTARA/HO-MUI)
Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) meneken nota kesepahaman (MoU) di berbagai bidang kemanusiaan seperti pangan, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan sebagai perwujudan sinergi antara ulama dan umat.
“Ini sebuah pertemuan yang bermartabat antara ACT dan MUI. Sebuah momentum yang sangat tepat, sebuah langkah cerdas, sekaligus gerak cepat. ACT mempercayakan diri kepada MUI untuk kebaikan-kebaikan yang akan disampaikan," ujar Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, MoU dengan ACT ini membuktikan semakin banyaknya kepercayaan berbagai pihak kepada MUI untuk bekerja sama demi kemaslahatan umat.
Ia mengatakan kolaborasi antara MUI dan ACT ini bakal memperkuat dakwah baik secara langsung maupun tidak langsung. MUI dengan dakwah-dakwah yang mencerahkan, sementara ACT bergerak membantu mereka yang tengah membutuhkan.
Baca juga: ACT Sumbagteng targetkan 5.500 hewan kurban tahun ini
Baca juga: ACT-MRI salurkan makanan siap saji untuk anak pengungsi korban gempa
"Ini langkah cerdas, yang mana ACT selalu menyediakan tempat bagi umat yang membutuhkan. Bagi kami, ini sekaligus dakwah," katanya.
Sementara itu, Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan menambahkan kerjasama dengan ACT ini memperlebar kesempatan untuk ulur tangan semua pihak dalam menangani COVID-19. Kerjasama dengan ACT ini setidaknya bisa mengurangi beban masyarakat yang terdampak COVID-19.
"Mudah-mudahan MoU yang kita laksanakan, kita tindak lanjut dengan bentuk yang lebih konkret baik di bidang kesehatan maupun ekonomi," katanya.
Di sisi lain, Pendiri ACT Ahyudin menyatakan MoU dengan MUI begitu penting karena posisi MUI sebagai rumah bersama umat Islam di Indonesia. Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 yang tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, namun juga resesi, bahkan depresi membuatnya merasa kerjasama ini harus segera dilaksanakan.
Di bidang pangan, ACT merancang program pangan dengan membangun wakaf sawah produktif. ACT memberikan bantuan permodalan bagi petani, sehingga mereka tak perlu risau lagi akan kebutuhan di lapangan.
"Saat ini, yang kita tanda tangani adalah kesepakatan umum bahwa antara MUI dan ACT saling terpanggil melakukan kemanusiaan, sehingga peran umat Islam lebih bertenaga dalam merespon akibat COVID-19. Mengapa pangan? Dampak pandemi yang paling signifikan secara global adalah pangan," kata dia.
Setelah penandatanganan ini, ACT mengajak MUI meresmikan pabrik air minum dengan volume 25 juta liter di Sukabumi. Air itu akan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Pabrik tersebut merupakan hasil dari Global Wakaf, sebuah lembaga di bawah ACT.*
Baca juga: ACT Cabang Ambon kerahkan tim medis bantu korban terdampak gempa
Baca juga: Layanan kesehatan gratis di kaki Gunung Rinjani dibuka ACT NTB
“Ini sebuah pertemuan yang bermartabat antara ACT dan MUI. Sebuah momentum yang sangat tepat, sebuah langkah cerdas, sekaligus gerak cepat. ACT mempercayakan diri kepada MUI untuk kebaikan-kebaikan yang akan disampaikan," ujar Ketua Umum MUI Miftachul Akhyar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, MoU dengan ACT ini membuktikan semakin banyaknya kepercayaan berbagai pihak kepada MUI untuk bekerja sama demi kemaslahatan umat.
Ia mengatakan kolaborasi antara MUI dan ACT ini bakal memperkuat dakwah baik secara langsung maupun tidak langsung. MUI dengan dakwah-dakwah yang mencerahkan, sementara ACT bergerak membantu mereka yang tengah membutuhkan.
Baca juga: ACT Sumbagteng targetkan 5.500 hewan kurban tahun ini
Baca juga: ACT-MRI salurkan makanan siap saji untuk anak pengungsi korban gempa
"Ini langkah cerdas, yang mana ACT selalu menyediakan tempat bagi umat yang membutuhkan. Bagi kami, ini sekaligus dakwah," katanya.
Sementara itu, Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan menambahkan kerjasama dengan ACT ini memperlebar kesempatan untuk ulur tangan semua pihak dalam menangani COVID-19. Kerjasama dengan ACT ini setidaknya bisa mengurangi beban masyarakat yang terdampak COVID-19.
"Mudah-mudahan MoU yang kita laksanakan, kita tindak lanjut dengan bentuk yang lebih konkret baik di bidang kesehatan maupun ekonomi," katanya.
Di sisi lain, Pendiri ACT Ahyudin menyatakan MoU dengan MUI begitu penting karena posisi MUI sebagai rumah bersama umat Islam di Indonesia. Selain itu, kondisi pandemi COVID-19 yang tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, namun juga resesi, bahkan depresi membuatnya merasa kerjasama ini harus segera dilaksanakan.
Di bidang pangan, ACT merancang program pangan dengan membangun wakaf sawah produktif. ACT memberikan bantuan permodalan bagi petani, sehingga mereka tak perlu risau lagi akan kebutuhan di lapangan.
"Saat ini, yang kita tanda tangani adalah kesepakatan umum bahwa antara MUI dan ACT saling terpanggil melakukan kemanusiaan, sehingga peran umat Islam lebih bertenaga dalam merespon akibat COVID-19. Mengapa pangan? Dampak pandemi yang paling signifikan secara global adalah pangan," kata dia.
Setelah penandatanganan ini, ACT mengajak MUI meresmikan pabrik air minum dengan volume 25 juta liter di Sukabumi. Air itu akan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Pabrik tersebut merupakan hasil dari Global Wakaf, sebuah lembaga di bawah ACT.*
Baca juga: ACT Cabang Ambon kerahkan tim medis bantu korban terdampak gempa
Baca juga: Layanan kesehatan gratis di kaki Gunung Rinjani dibuka ACT NTB
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: