Jakarta (ANTARA) - Sun Yang itu korban "political posturing" atau politik olahraga (menyudutkan satu atlet untuk keuntungan atlet lainnya) dan tidak melanggar aturan doping, kata pengacaranya seperti dikutip AFP.

Sun Yang dilarang tampil selama empat tahun sehingga dia tak mungkin mengikuti Olimpiade Tokyo.

Karir juara Olimpiade tiga kali itu berantakan setelah Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) menskornya karena tak memberikan sampel darah kepada petugas pemeriksa doping.

CAS yang berpusat di Lausanne, Swiss, itu sendiri mengurangi larangan kepada Sun Yang yang awalnya delapan tahun setelah Sun yang berusia 9 tahun menggugat banding di pengadilan tinggi federal Swiss karena tudingan bias.

Baca juga: Sun Yang lewatkan Olimpiade Tokyo setelah disanksi CAS empat tahun
Baca juga: Bos renang Australia masalahkan Sun Yang jika ikut Olimpiade


Hukuman baru selama empat tahun tiga bulan mulai Februari 2020 itu membuat pemegang rekor dunia 1.500m gaya bebas putra itu tak bisa tampil dalam Olimpiade Tokyo bulan depan dan Asian Games 2022 yang diadakan di Hangzhou.

Sun baru bisa tampil lagi dalam Olimpiade Paris 2024 ketika usianya sudah 32 tahun.

Menulis dalam media sosial China, pengacaranya Zhang Qihuai menyebut perjuangan hukum Sun "telah mengungkapkan kompleksitas yang terlibat dalam memperjuangkan kasus-kasus internasional dan berkaitan dengan hubungan luar negeri (dalam olahraga), kelemahan dan cacat sistem domestik dan aturan perlindungan atlet."

"Sun Yang telah memenuhi tanggungjawabnya, tetapi dia menjadi korban politik olahraga dalam kasus internasional ini," kaya Qihuai. "Saya bisa bilang untuk selamanya bahwa Sun Yang tidak melanggar aturan dan tidak pelanggaran yang terdeteksi (dari tes doping)."

Baca juga: Dua perenang Indonesia kantongi wild card ke Olimpiade Tokyo
Baca juga: PRSI datangkan pelatih renang dari Australia demi Olimpiade
Baca juga: Tim renang Kanada batalkan kamp pelatihan pra-Olimpiade di Jepang