BI: Pertumbuhan uang beredar Mei melambat, capai Rp6.994,9 triliun
22 Juni 2021 11:54 WIB
Ilustrasi: Pekerja membawa uang rupiah di cash center sebuah bank di Jakarta. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/ama.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia mencatatkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2021 tetap terjaga yaitu sebesar Rp6.994,9 triliun atau tumbuh 8,1 persen (yoy) namun melambat dibanding bulan sebelumnya sebesar 11,5 persen (yoy).
“Perlambatan terjadi pada mayoritas komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Pertumbuhan M1 pada Mei 2021 sebesar 12,6 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April 2021 sebesar 17,4 persen (yoy).
Pertumbuhan uang kuasi juga melambat dari sebesar 9,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,8 persen (yoy) pada Mei 2021.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 pada Mei 2021 terutama dipengaruhi oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih.
Baca juga: BI: Uang beredar April capai Rp6.957,3 triliun, tumbuh 11,5 persen
Faktor aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh 6,4 persen (yoy) atau melambat dibandingkan 10,7 persen (yoy) pada April 2021.
Sementara itu tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh mencapai 61,4 persen (yoy) yang lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 45 persen (yoy).
Selain itu untuk kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk pinjaman atau loans dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman tumbuh minus 1,3 persen (yoy).
Kredit tersebut tercatat kontraksi meskipun terus menunjukkan perbaikan dibandingkan pertumbuhan Maret dan April 2021 masing-masing sebesar minus 3,7 persen (yoy) dan minus 2,4 persen (yoy).
Baca juga: Pariwisata lesu, uang beredar di Bali anjlok 55 persen pada triwulan I
“Perlambatan terjadi pada mayoritas komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Pertumbuhan M1 pada Mei 2021 sebesar 12,6 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan April 2021 sebesar 17,4 persen (yoy).
Pertumbuhan uang kuasi juga melambat dari sebesar 9,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 6,8 persen (yoy) pada Mei 2021.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 pada Mei 2021 terutama dipengaruhi oleh perlambatan aktiva luar negeri bersih.
Baca juga: BI: Uang beredar April capai Rp6.957,3 triliun, tumbuh 11,5 persen
Faktor aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh 6,4 persen (yoy) atau melambat dibandingkan 10,7 persen (yoy) pada April 2021.
Sementara itu tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh mencapai 61,4 persen (yoy) yang lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 45 persen (yoy).
Selain itu untuk kredit yang diberikan terbatas hanya dalam bentuk pinjaman atau loans dan tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman tumbuh minus 1,3 persen (yoy).
Kredit tersebut tercatat kontraksi meskipun terus menunjukkan perbaikan dibandingkan pertumbuhan Maret dan April 2021 masing-masing sebesar minus 3,7 persen (yoy) dan minus 2,4 persen (yoy).
Baca juga: Pariwisata lesu, uang beredar di Bali anjlok 55 persen pada triwulan I
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: