Artikel
Berbagai jurus Pemprov Jabar cegah lonjakan COVID-19
Oleh Ajat Sudrajat
22 Juni 2021 10:37 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengecek ketersediaan tempat tidur di RSUD Al-Ihsan dan RSUD Otto Iskandardinata Kabupaten Bandung, Sabtu (19/6/2021). ANTARA/HO-Humas Pemprov Jabar/am.
Bandung (ANTARA) - Varian Delta dari COVID-19 telah ditemukan di wilayah Jabar, yakni di Kabupaten Karawang dan Kota Depok.
Karena itu Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil seusai Rapat Komite Percepatan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah yang dilakukan secara daring, di Gedung Negara Bandung, Senin (21/6) meminta semua pihak waspada.
Temuan tersebut berdasarkan hasil pengiriman sampel oleh Labkesda dan ITB yang kemudian dilakukan kajian genome sequencing oleh LIPI dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sangat mewanti-wanti kepada warga Jabar agar waspada dengan ditemukannya varian delta tersebut karena penularannya lebih cepat dibandingkan dengan varian virus corona sebelumnya.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar, kenaikan kasus positif COVID-19 mulai terjadi 15 hari setelah libur Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2021, setelah 28 Mei.
Memasuki awal Juni 2021, tambahan kasus positif COVID-19 di Jabar mencapai di atas 1.000 pasien per hari.
Imbasnya, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien COVID-19 di rumah sakit yang ada di Jabar meningkat, bahkan sudah melewati batas yang ditetapkan oleh WHO, yakni di atas 60 persen.
Melihat kondisi tersebut, Kang Emil dan tim tak tinggal diam. Sejumlah upaya dilakukan oleh Pemprov Jabar untuk menekan lonjakan kasus COVID-19.
Upaya itu, mulai dari penambahan tempat tidur hingga rekrutmen relawan medis dan vaksinasi massal.
2.400 tempat tidur
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menyiapkan 2.400 tempat tidur tambahan di rumah sakit untuk pasien COVID-19.
Saat ini 382 rumah sakit di Jabar sedang mengalami lonjakan pasien dan petugas medis kewalahan, kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat mengunjungi RSUD Al-Ihsan dan RSUD Otto Iskandardinata di Kabupaten Bandung, Sabtu (19/6/).
Kang Emil menjelaskan tingkat keterisian rumah sakit (BOR) yang sedang hangat dibicarakan publik.
“Yang sekarang terjadi itu jatah tempat tidur untuk COVID-19 memang mendekati 100 persen, namun bukan dari total seluruh jumlah tempat tidur di RS tersebut . Misalnya dari 500 bed, jatah COVID-nya 20 persen berarti kan 100 tempat tidur. Nah kalau 100-nya terpakai, itu baru 100 persen. Tapi bukan 100 persen dari 500,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Kang Emil, dirinya bersama Satgas COVID-19 Jabar mengantisipasi dengan menambah setiap rumah sakit yang mengalami peningkatan keterisian tempat tidurnya. Dari 382 rumah sakit rujukan, tingkat keterisian memang terus meningkat.
Sehingga pada tahap sekarang sesuai prosedur kedaruratan COVID-19, Pemerintah Provinsi Jabar menambahi dari yang rata-rata 20 persen menjadi 30 persen. Makna 30 persen itu adalah mempersiapkan 2.400 tempat tidur tambahan.
Kang Emil mengapresiasi penanganan yang dilakukan RSUD Al-Ihsan yang memanfaatkan gedung perawatan anak untuk dijadikan tempat pasien COVID-19.
Sehingga Al-Ihsan yang hari ini jatah bed COVID-nya sudah penuh 100 persen ditambahi sekitar 50, maka masih ada yang dapat digunakan.
Apabila setiap rumah sakit mengalami peningkatan keterisian tempat tidur, walaupun sudah ditambah, maka Jabar akan siapkan rumah sakit darurat guna mengantisipasi lonjakan tersebut.
Urutannya, menurut Kang Emil, dari 20 persen yang dialokasikan sekarang kebijakannya dinaikkan menjadi 30 persen. Kalau masih kurang dinaikkan lagi naik ke 40 persen, sampai betul-betul tidak memungkinkan, barulah masuk ke tahap berikutnya, yaitu membuat rumah sakit darurat.
Tak hanya itu, Kang Emil akan memanfaatkan gedung baru RSUD Otto Iskandardinata yang berada di Soreang, Kabupaten Bandung, untuk dijadikan tempat perawatan pasien COVID-19.
Memang, katanya, rencananya yang COVID-19 di rumah sakit lama di Soreang, rumah sakit umum Soreang pindah ke RSUD Otista. Akan tetapi, mengingat urgensi waktu tinggal dua minggu, menurut statistik kedaruratan ini, dia menyarankan ke bupati agar RS ini langsung digunakan untuk pasien COVID-19.
Kang Emil berharap dengan strategi penambahan ini, bisa mengurangi tekanan terhadap rumah sakit yang sudah beroperasi melayani pasien COVID-19.
Fasilitas yang tersedia di RS baru tersebut, menurut Kang Emil, sangat memadai. Sudah ada fasilitas kasur untuk tempat tidur pasien, ruangannya pun sudah bersih.
Pemerintah Provinsi Jabar pun telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengisi kekurangan tenaga kesehatan di RS rujukan pasien COVID-19 dan juga RS baru di Soreang.
Sebelumnya Pemprov Jabar sempat memberhentikan 500 relawan tenaga kesehatan karena pada saat Shalat Idul Fitri keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Maka relawan-relawannya dipulangkan. Kini, para relawan itu dipanggil lagi karena kondisinya sangat mendesak.
Kang Emil mengingatkan konversi tempat tidur ke pasien COVID-19 tetap berdampak pada risiko penurunan layanan bagi pasien non-COVID19, seperti kecepatan layanan dan ketersediaan tenaga kesehatan di saat bersamaan.
Untuk itu gubernur mengimbau warga terus mematuhi protokol kesehatan 5M. Dengan semakin sedikit pasien COVID-19 masuk rumah sakit, semakin leluasa kamar untuk semua pasien.
Rekrut relawan
Menghadapi lonjakan pasien, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga membuka rekrutmen Tim Relawan Medis Penanganan COVID-19.
Rekrutmen dilakukan guna memperkuat SDM tenaga kesehatan di rumah sakit yang kini makin kewalahan karena menghadapi lonjakan kasus COVID-19.
Nantinya, relawan yang mendaftar akan ditempatkan di sejumlah rumah sakit pemerintah, khususnya di Bandung Raya.
Seperti diketahui Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Provinsi Jawa Barat menetapkan Bandung Raya dalam status Siaga 1 akibat lonjakan kasus luar biasa pascalibur Lebaran.
Menurut Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Juanita Paticia Fatima, setidaknya Jabar membutuhkan 400 relawan untuk diperbantukan.
Posisi relawan yang dibutuhkan, meliputi dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, ahli teknologi laboratorium medik, ahli rekam medis, sanitarian, nutrisionis serta radiografer.
Rekrutmen relawan medis, kata Juanita, perlu dilakukan menyusul peningkatan kasus dan keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) se-Bandung Raya.
Cara mendaftar menjadi relawan kini lebih praktis. Bekerja sama dengan Jabar Digital Service, masyarakat dapat mendaftar lewat Fitur Daftar Relawan yang ada di aplikasi Pikobar https://www.indorelawan.org/p/pikobar.
Syarat yang diperlukan hanya STR atau sertifikat kompetensi dan keanggotaan BPJS aktif. Juanita berharap makin banyak relawan yang dapat bergabung untuk pemulihan pandemi di Jabar.
Pikobar selama ini dipakai untuk merekrut relawan COVID-19. Sepanjang 2020, lebih dari 5.000 relawan telah memanfaatkan fitur ini. Sebanyak 619 relawan di antaranya telah berkontribusi sebagai relawan medis, relawan non-medis, serta relawan komunitas di kota/kabupaten di Jabar.
Berkolaborasi dengan www.indorelawan.org, informasi terkait kerelawanan penanganan pandemi di Jabar lengkap dan diperbarui secara berkala dalam sistem terintegrasi Pikobar.
Untuk 400 lebih relawan yang dibutuhkan, kata Juanita, kini sudah terdeteksi banyak relawan mendaftar dan sedang dalam proses seleksi. Rekrutmen sudah dibuka dan akan ditutup pada 30 Juni 2021.
Vaksinasi massal
Pelaksanaan vaksinasi massal di wilayah Jawa Barat merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh TNI dan Polri.
Stadion dan ruang pertemuan dipilih menjadi tempat pelaksanaan vaksinasi massal tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung program vaksinasi massal TNI dan Polri yang akan menyasar 10.000 orang di beberapa daerah di Jabar selama dua hari, seperti yang dilaksanakan di Ballroom Sudirman, Kota Bandung, pada 10-11 Juni 2021.
Vaksinasi massal juga diselenggarakan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, pada Kamis (17/6).
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang juga Ketua Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jabar menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dan timbulnya kerumunan dalam pelaksanaan vaksinasi massal di GBLA, Kota Bandung.
Kerumunan bermula dari robohnya 11 tenda akibat hujan deras yang disertai angin kencang di Stadion GBLA. Peristiwa tersebut membuat penyuntikan vaksin dipindahkan ke bangunan dalam stadion yang kemudian protokol kesehatan jaga jarak menjadi buyar.
Sementara itu, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha, Kota Bekasi, akan dijadikan model vaksinasi massal di kota/kabupaten lainnya di Indonesia.
Selain itu, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha, Kota Bekasi akan dijadikan model vaksinasi massal di kota/ kabupaten lainnya di Indonesia, sebagaimana dikatakan Presiden RI Joko Widodo, usai meninjau vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha Kota Bekasi, pada Senin (14/6).
Turut mendampingi Jokowi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Karena itu Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil seusai Rapat Komite Percepatan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah yang dilakukan secara daring, di Gedung Negara Bandung, Senin (21/6) meminta semua pihak waspada.
Temuan tersebut berdasarkan hasil pengiriman sampel oleh Labkesda dan ITB yang kemudian dilakukan kajian genome sequencing oleh LIPI dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, sangat mewanti-wanti kepada warga Jabar agar waspada dengan ditemukannya varian delta tersebut karena penularannya lebih cepat dibandingkan dengan varian virus corona sebelumnya.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar, kenaikan kasus positif COVID-19 mulai terjadi 15 hari setelah libur Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2021, setelah 28 Mei.
Memasuki awal Juni 2021, tambahan kasus positif COVID-19 di Jabar mencapai di atas 1.000 pasien per hari.
Imbasnya, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) untuk pasien COVID-19 di rumah sakit yang ada di Jabar meningkat, bahkan sudah melewati batas yang ditetapkan oleh WHO, yakni di atas 60 persen.
Melihat kondisi tersebut, Kang Emil dan tim tak tinggal diam. Sejumlah upaya dilakukan oleh Pemprov Jabar untuk menekan lonjakan kasus COVID-19.
Upaya itu, mulai dari penambahan tempat tidur hingga rekrutmen relawan medis dan vaksinasi massal.
2.400 tempat tidur
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menyiapkan 2.400 tempat tidur tambahan di rumah sakit untuk pasien COVID-19.
Saat ini 382 rumah sakit di Jabar sedang mengalami lonjakan pasien dan petugas medis kewalahan, kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat mengunjungi RSUD Al-Ihsan dan RSUD Otto Iskandardinata di Kabupaten Bandung, Sabtu (19/6/).
Kang Emil menjelaskan tingkat keterisian rumah sakit (BOR) yang sedang hangat dibicarakan publik.
“Yang sekarang terjadi itu jatah tempat tidur untuk COVID-19 memang mendekati 100 persen, namun bukan dari total seluruh jumlah tempat tidur di RS tersebut . Misalnya dari 500 bed, jatah COVID-nya 20 persen berarti kan 100 tempat tidur. Nah kalau 100-nya terpakai, itu baru 100 persen. Tapi bukan 100 persen dari 500,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Kang Emil, dirinya bersama Satgas COVID-19 Jabar mengantisipasi dengan menambah setiap rumah sakit yang mengalami peningkatan keterisian tempat tidurnya. Dari 382 rumah sakit rujukan, tingkat keterisian memang terus meningkat.
Sehingga pada tahap sekarang sesuai prosedur kedaruratan COVID-19, Pemerintah Provinsi Jabar menambahi dari yang rata-rata 20 persen menjadi 30 persen. Makna 30 persen itu adalah mempersiapkan 2.400 tempat tidur tambahan.
Kang Emil mengapresiasi penanganan yang dilakukan RSUD Al-Ihsan yang memanfaatkan gedung perawatan anak untuk dijadikan tempat pasien COVID-19.
Sehingga Al-Ihsan yang hari ini jatah bed COVID-nya sudah penuh 100 persen ditambahi sekitar 50, maka masih ada yang dapat digunakan.
Apabila setiap rumah sakit mengalami peningkatan keterisian tempat tidur, walaupun sudah ditambah, maka Jabar akan siapkan rumah sakit darurat guna mengantisipasi lonjakan tersebut.
Urutannya, menurut Kang Emil, dari 20 persen yang dialokasikan sekarang kebijakannya dinaikkan menjadi 30 persen. Kalau masih kurang dinaikkan lagi naik ke 40 persen, sampai betul-betul tidak memungkinkan, barulah masuk ke tahap berikutnya, yaitu membuat rumah sakit darurat.
Tak hanya itu, Kang Emil akan memanfaatkan gedung baru RSUD Otto Iskandardinata yang berada di Soreang, Kabupaten Bandung, untuk dijadikan tempat perawatan pasien COVID-19.
Memang, katanya, rencananya yang COVID-19 di rumah sakit lama di Soreang, rumah sakit umum Soreang pindah ke RSUD Otista. Akan tetapi, mengingat urgensi waktu tinggal dua minggu, menurut statistik kedaruratan ini, dia menyarankan ke bupati agar RS ini langsung digunakan untuk pasien COVID-19.
Kang Emil berharap dengan strategi penambahan ini, bisa mengurangi tekanan terhadap rumah sakit yang sudah beroperasi melayani pasien COVID-19.
Fasilitas yang tersedia di RS baru tersebut, menurut Kang Emil, sangat memadai. Sudah ada fasilitas kasur untuk tempat tidur pasien, ruangannya pun sudah bersih.
Pemerintah Provinsi Jabar pun telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengisi kekurangan tenaga kesehatan di RS rujukan pasien COVID-19 dan juga RS baru di Soreang.
Sebelumnya Pemprov Jabar sempat memberhentikan 500 relawan tenaga kesehatan karena pada saat Shalat Idul Fitri keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Maka relawan-relawannya dipulangkan. Kini, para relawan itu dipanggil lagi karena kondisinya sangat mendesak.
Kang Emil mengingatkan konversi tempat tidur ke pasien COVID-19 tetap berdampak pada risiko penurunan layanan bagi pasien non-COVID19, seperti kecepatan layanan dan ketersediaan tenaga kesehatan di saat bersamaan.
Untuk itu gubernur mengimbau warga terus mematuhi protokol kesehatan 5M. Dengan semakin sedikit pasien COVID-19 masuk rumah sakit, semakin leluasa kamar untuk semua pasien.
Rekrut relawan
Menghadapi lonjakan pasien, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga membuka rekrutmen Tim Relawan Medis Penanganan COVID-19.
Rekrutmen dilakukan guna memperkuat SDM tenaga kesehatan di rumah sakit yang kini makin kewalahan karena menghadapi lonjakan kasus COVID-19.
Nantinya, relawan yang mendaftar akan ditempatkan di sejumlah rumah sakit pemerintah, khususnya di Bandung Raya.
Seperti diketahui Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Provinsi Jawa Barat menetapkan Bandung Raya dalam status Siaga 1 akibat lonjakan kasus luar biasa pascalibur Lebaran.
Menurut Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Juanita Paticia Fatima, setidaknya Jabar membutuhkan 400 relawan untuk diperbantukan.
Posisi relawan yang dibutuhkan, meliputi dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, ahli teknologi laboratorium medik, ahli rekam medis, sanitarian, nutrisionis serta radiografer.
Rekrutmen relawan medis, kata Juanita, perlu dilakukan menyusul peningkatan kasus dan keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) se-Bandung Raya.
Cara mendaftar menjadi relawan kini lebih praktis. Bekerja sama dengan Jabar Digital Service, masyarakat dapat mendaftar lewat Fitur Daftar Relawan yang ada di aplikasi Pikobar https://www.indorelawan.org/p/pikobar.
Syarat yang diperlukan hanya STR atau sertifikat kompetensi dan keanggotaan BPJS aktif. Juanita berharap makin banyak relawan yang dapat bergabung untuk pemulihan pandemi di Jabar.
Pikobar selama ini dipakai untuk merekrut relawan COVID-19. Sepanjang 2020, lebih dari 5.000 relawan telah memanfaatkan fitur ini. Sebanyak 619 relawan di antaranya telah berkontribusi sebagai relawan medis, relawan non-medis, serta relawan komunitas di kota/kabupaten di Jabar.
Berkolaborasi dengan www.indorelawan.org, informasi terkait kerelawanan penanganan pandemi di Jabar lengkap dan diperbarui secara berkala dalam sistem terintegrasi Pikobar.
Untuk 400 lebih relawan yang dibutuhkan, kata Juanita, kini sudah terdeteksi banyak relawan mendaftar dan sedang dalam proses seleksi. Rekrutmen sudah dibuka dan akan ditutup pada 30 Juni 2021.
Vaksinasi massal
Pelaksanaan vaksinasi massal di wilayah Jawa Barat merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh TNI dan Polri.
Stadion dan ruang pertemuan dipilih menjadi tempat pelaksanaan vaksinasi massal tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung program vaksinasi massal TNI dan Polri yang akan menyasar 10.000 orang di beberapa daerah di Jabar selama dua hari, seperti yang dilaksanakan di Ballroom Sudirman, Kota Bandung, pada 10-11 Juni 2021.
Vaksinasi massal juga diselenggarakan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, pada Kamis (17/6).
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang juga Ketua Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Jabar menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dan timbulnya kerumunan dalam pelaksanaan vaksinasi massal di GBLA, Kota Bandung.
Kerumunan bermula dari robohnya 11 tenda akibat hujan deras yang disertai angin kencang di Stadion GBLA. Peristiwa tersebut membuat penyuntikan vaksin dipindahkan ke bangunan dalam stadion yang kemudian protokol kesehatan jaga jarak menjadi buyar.
Sementara itu, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha, Kota Bekasi, akan dijadikan model vaksinasi massal di kota/kabupaten lainnya di Indonesia.
Selain itu, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha, Kota Bekasi akan dijadikan model vaksinasi massal di kota/ kabupaten lainnya di Indonesia, sebagaimana dikatakan Presiden RI Joko Widodo, usai meninjau vaksinasi COVID-19 di Stadion Candrabagha Kota Bekasi, pada Senin (14/6).
Turut mendampingi Jokowi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: