Menparekraf jadikan Hari Musik Dunia untuk bangkitkan musik Indonesia
22 Juni 2021 09:12 WIB
Anggota komunitas penggemar musik berpose di samping patung lilin pemusik BB King di Museum Musik Dunia, Jatim Park 2, Batu, Jawa Timur, Senin (21/6/2021). Sejumlah komunitas penggemar musik mengunjungi museum tersebut untuk merayakan Hari Musik Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 Juni. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, ingin menjadikan hari musik dunia yang jatuh setiap 21 Juni sebagai momentum untuk kebangkitan industri ekonomi kreatif dan industri musik di Tanah Air dengan berinovasi dan beradaptasi di tengah pandemi.
Menparekraf Sandiaga Uno saat Webinar ‘Global Center of Excellence for International Cooperation and Creative Economy’ (G-CINC) Expert Series: “Resilient Ecosystem, Stronger Crescendo” yang digelar secara hibrida dari Ambon, Senin (21/6) menjelaskan, pandemi telah membuat kebiasaan hidup berubah, termasuk cara melakukan bisnis. Yang semula konvensional beralih ke digital. Hal serupa juga dialami berbagai subsektor ekonomi kreatif di Tanah Air, salah satunya industri musik.
“Mari kita jadikan momentum hari musik dunia yang jatuh pada hari ini, sebagai upaya untuk bangkit dari keterpurukan. Para pelaku dan industri musik harus bisa beradaptasi, berkolaborasi, dan berinovasi agar industri yang digemari banyak kalangan ini dapat segera bangkit,” katanya dikutip dari siaran resmi, Selasa.
Baca juga: Kemenparekraf harapkan musisi manfaatkan digitalisasi untuk berkarya
Menparekraf Sandiaga juga menjelaskan, dampak pandemi bagi industri musik dirasakan sangat dalam pada tahun 2020. Mulai dari banyaknya konser musik yang dibatalkan, rekaman ditunda, hingga banyak kru-kru musik yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi. Bahkan Majalah Pollstar mengestimasi industri musik telah kehilangan lebih dari 30 miliar dolar AS sepanjang tahun 2020 lantaran pembatalan konser dan pertunjukan musik lainnya.
“Kita perlu menemukan perspektif segar tentang cara mengubah bisnis dari industri musik. Untuk itu kegiatan ini diharapkan dapat menemukan solusi dan mengeksplorasi strategi bisnis yang dapat dijalankan ke depan, agar ekosistem musik tanah air dapat segera bangkit,” ujarnya.
Kemenparekraf bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB membentuk G-CINC yang menjadi salah satu wadah bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengarusutamakan sektor ekonomi kreatif hingga memunculkan peluang kerja sama antar mitra ekonomi kreatif di dunia.
“Program G-CINC mendatangkan para pakar dari berbagai negara untuk ‘sharing’ pengalaman dan ‘expertise’ di bidang ekonomi kreatif,” katanya.
Pada kesempatan kali ini, G-CINC berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Havana, Kuba, menggelar expert series di Ambon yang telah dinobatkan sebagai kota musik oleh UNESCO. Dubes RI untuk Kuba, Nana Yuliana, mengharapkan melalui event ini dapat terjalin kerja sama Ambon dan Havana, tidak hanya melalui musik, namun juga bidang perdagangan dan Pendidikan. Dubes Kuba di Indonesia juga menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk pertukaran praktik kebudayaan dan musik antara kedua negara yang sudah bersahabat selama kurang lebih 60 tahun.
“Kerja sama antara Ambon dan Havana (Ibukota Kuba) harus menjadi contoh kerja sama masa depan bagi industri musik, keduanya menjadi gambaran bagaimana musik dapat bergerak dan mengubah masyarakat. Industri musik Indonesia kurang lengkap dan bersemangat tanpa Ambon, begitu juga Kuba tanpa Havana, mari sama-sama jadikan momentum hari musik dunia sebagai momentum untuk berkolaborasi dan bangkit dari pandemi,” ujarnya.
Baca juga: Kartika Jahja: Masih ada bias gender di dunia musik
Baca juga: Pangdam IV/Diponegoro usulkan keroncong jadi warisan dunia
Baca juga: Hari Musik Sedunia 21 Juni dan sejarahnya
Menparekraf Sandiaga Uno saat Webinar ‘Global Center of Excellence for International Cooperation and Creative Economy’ (G-CINC) Expert Series: “Resilient Ecosystem, Stronger Crescendo” yang digelar secara hibrida dari Ambon, Senin (21/6) menjelaskan, pandemi telah membuat kebiasaan hidup berubah, termasuk cara melakukan bisnis. Yang semula konvensional beralih ke digital. Hal serupa juga dialami berbagai subsektor ekonomi kreatif di Tanah Air, salah satunya industri musik.
“Mari kita jadikan momentum hari musik dunia yang jatuh pada hari ini, sebagai upaya untuk bangkit dari keterpurukan. Para pelaku dan industri musik harus bisa beradaptasi, berkolaborasi, dan berinovasi agar industri yang digemari banyak kalangan ini dapat segera bangkit,” katanya dikutip dari siaran resmi, Selasa.
Baca juga: Kemenparekraf harapkan musisi manfaatkan digitalisasi untuk berkarya
Menparekraf Sandiaga juga menjelaskan, dampak pandemi bagi industri musik dirasakan sangat dalam pada tahun 2020. Mulai dari banyaknya konser musik yang dibatalkan, rekaman ditunda, hingga banyak kru-kru musik yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi. Bahkan Majalah Pollstar mengestimasi industri musik telah kehilangan lebih dari 30 miliar dolar AS sepanjang tahun 2020 lantaran pembatalan konser dan pertunjukan musik lainnya.
“Kita perlu menemukan perspektif segar tentang cara mengubah bisnis dari industri musik. Untuk itu kegiatan ini diharapkan dapat menemukan solusi dan mengeksplorasi strategi bisnis yang dapat dijalankan ke depan, agar ekosistem musik tanah air dapat segera bangkit,” ujarnya.
Kemenparekraf bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB membentuk G-CINC yang menjadi salah satu wadah bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengarusutamakan sektor ekonomi kreatif hingga memunculkan peluang kerja sama antar mitra ekonomi kreatif di dunia.
“Program G-CINC mendatangkan para pakar dari berbagai negara untuk ‘sharing’ pengalaman dan ‘expertise’ di bidang ekonomi kreatif,” katanya.
Pada kesempatan kali ini, G-CINC berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Havana, Kuba, menggelar expert series di Ambon yang telah dinobatkan sebagai kota musik oleh UNESCO. Dubes RI untuk Kuba, Nana Yuliana, mengharapkan melalui event ini dapat terjalin kerja sama Ambon dan Havana, tidak hanya melalui musik, namun juga bidang perdagangan dan Pendidikan. Dubes Kuba di Indonesia juga menyambut baik kegiatan ini sebagai bentuk pertukaran praktik kebudayaan dan musik antara kedua negara yang sudah bersahabat selama kurang lebih 60 tahun.
“Kerja sama antara Ambon dan Havana (Ibukota Kuba) harus menjadi contoh kerja sama masa depan bagi industri musik, keduanya menjadi gambaran bagaimana musik dapat bergerak dan mengubah masyarakat. Industri musik Indonesia kurang lengkap dan bersemangat tanpa Ambon, begitu juga Kuba tanpa Havana, mari sama-sama jadikan momentum hari musik dunia sebagai momentum untuk berkolaborasi dan bangkit dari pandemi,” ujarnya.
Baca juga: Kartika Jahja: Masih ada bias gender di dunia musik
Baca juga: Pangdam IV/Diponegoro usulkan keroncong jadi warisan dunia
Baca juga: Hari Musik Sedunia 21 Juni dan sejarahnya
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021
Tags: