Bulu tangkis
Rionny paparkan kekurangan atlet Olimpiade saat turnamen simulasi
21 Juni 2021 17:13 WIB
Ilustrasi - Sejumlah atlet bulutangkis melakukan latihan jelang Kejuaraan Piala Sudirman 2019 di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (7/5/2019). Tim Bulutangkis Indonesia berada di Grup 1B bersama Denmark dan Inggris dalam kejuaraan Piala Sudirman 2019 yang akan berlangsung di Nanning, Cina pada 19-26 Mei. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky memaparkan sejumlah kekurangan yang dialami atlet wakil Olimpiade Tokyo 2020 saat menjalani turnamen simulasi pekan lalu.
Untuk Gregoria Mariska Tunjung, Rionny menilai wakil Indonesia di sektor tunggal putri itu belum bisa bermain secara lepas dan ragu-ragu, sehingga akhirnya bisa terkejar oleh juniornya yaitu Ester Nurumi Tri Wardoyo.
"Gregoria mengaku belum lepas mainnya. Di gim kedua sudah mulai dapat polanya tapi dirasa belum memuaskan. Di gim ketiga dia menurunkan kecepatan, ya mungkin dia merasa lawan bisa diatasi, tapi karena atlet muda ternyata masih bisa melawan balik. Jadi malah balik lagi dan tidak lepas lagi mainnya. Ada rasa ragu-ragu," tuturnya dalam rilis resmi PBSI, Senin.
Baca juga: PBSI belum puas dengan hasil turnamen simulasi Olimpiade Tokyo
Sementara untuk wakil tunggal putra yaitu Anthony Sinisuka Ginting dinilai masih lemah dari aspek tenaga. Sempat memimpin di gim pertama, atlet asal Cimahi Jawa Barat itu justru kendor di gim kedua saat meladeni Shesar Hiren Rhustavito.
"Untuk Ginting mulainya bagus tapi kurang menjaga stamina, sehingga turun kondisinya di gim selanjutnya. Saya lihat tidak hanya di simulasi, tapi di turnamen sebelumnya. Tipe permainannya sama seperti Grego, suka menyerang dan kendalinya harus konsisten dan tidak boleh lengah," katanya mengungkapkan.
Baca juga: Marcus/Kevin belum puas dengan hasil simulasi Olimpiade meski menang
Sedangkan untuk Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dinilai sudah optimal namun tak disangka muncul cedera yang dialami Praveen yang menentukan kekalahan mereka.
"Mereka tampil hanya 50 persen karena Praveen ada sakit dan geraknya jadi tidak leluasa, semoga bisa segera pulih. Ahsan/Hendra sudah bagus tapi lawannya memang seimbang," ungkapnya.
Secara keseluruhan, PBSI optimis Indonesia bisa meraih prestasi terbaik di pesta olahraga terakbar Olimpiade.
"Dari simulasi ini kami sudah punya gambaran apa yang bagus dan apa yang masih kurang. Saya melihat bukan hanya dari simulasi, tapi di latihan mereka sehari-hari motivasinya tinggi dan juga persiapan yang bagus. Semoga kita bisa mencapai tujuan meraih medali sebanyak-banyaknya," pungkasnya.
Baca juga: PBSI ingin evaluasi atlet dari hasil simulasi Olimpiade Tokyo
Baca juga: Shesar sampaikan pesan untuk Ginting dan Jojo di Olimpiade
Baca juga: Hendra/Ahsan akui belum temukan permainan terbaik hadapi Rian/Reza
Untuk Gregoria Mariska Tunjung, Rionny menilai wakil Indonesia di sektor tunggal putri itu belum bisa bermain secara lepas dan ragu-ragu, sehingga akhirnya bisa terkejar oleh juniornya yaitu Ester Nurumi Tri Wardoyo.
"Gregoria mengaku belum lepas mainnya. Di gim kedua sudah mulai dapat polanya tapi dirasa belum memuaskan. Di gim ketiga dia menurunkan kecepatan, ya mungkin dia merasa lawan bisa diatasi, tapi karena atlet muda ternyata masih bisa melawan balik. Jadi malah balik lagi dan tidak lepas lagi mainnya. Ada rasa ragu-ragu," tuturnya dalam rilis resmi PBSI, Senin.
Baca juga: PBSI belum puas dengan hasil turnamen simulasi Olimpiade Tokyo
Sementara untuk wakil tunggal putra yaitu Anthony Sinisuka Ginting dinilai masih lemah dari aspek tenaga. Sempat memimpin di gim pertama, atlet asal Cimahi Jawa Barat itu justru kendor di gim kedua saat meladeni Shesar Hiren Rhustavito.
"Untuk Ginting mulainya bagus tapi kurang menjaga stamina, sehingga turun kondisinya di gim selanjutnya. Saya lihat tidak hanya di simulasi, tapi di turnamen sebelumnya. Tipe permainannya sama seperti Grego, suka menyerang dan kendalinya harus konsisten dan tidak boleh lengah," katanya mengungkapkan.
Baca juga: Marcus/Kevin belum puas dengan hasil simulasi Olimpiade meski menang
Sedangkan untuk Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dinilai sudah optimal namun tak disangka muncul cedera yang dialami Praveen yang menentukan kekalahan mereka.
"Mereka tampil hanya 50 persen karena Praveen ada sakit dan geraknya jadi tidak leluasa, semoga bisa segera pulih. Ahsan/Hendra sudah bagus tapi lawannya memang seimbang," ungkapnya.
Secara keseluruhan, PBSI optimis Indonesia bisa meraih prestasi terbaik di pesta olahraga terakbar Olimpiade.
"Dari simulasi ini kami sudah punya gambaran apa yang bagus dan apa yang masih kurang. Saya melihat bukan hanya dari simulasi, tapi di latihan mereka sehari-hari motivasinya tinggi dan juga persiapan yang bagus. Semoga kita bisa mencapai tujuan meraih medali sebanyak-banyaknya," pungkasnya.
Baca juga: PBSI ingin evaluasi atlet dari hasil simulasi Olimpiade Tokyo
Baca juga: Shesar sampaikan pesan untuk Ginting dan Jojo di Olimpiade
Baca juga: Hendra/Ahsan akui belum temukan permainan terbaik hadapi Rian/Reza
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: