Bogor (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2010 kembali melakukan penetapan spesies prioritas konservasi untuk dijadikan sebagai salah satu acuan utama dalam pelaksanaan aksi konservasi tumbuhan Indonesia.

Penetapan spesies prioritas tersebut dibahas dalam workshop bertema Penetapan Spesies Prioritas Konservasi : Disterocarpaceae dan Thymelaeaceae.

Kepala PKT Kebun Raya Bogor, Ir Mustaid Siregar, Senin menyebutkan penyelenggaraan workshop tersebut bertujuan untuk memperoleh sebuah daftar spesies prioritas untuk dijadikan sebagai salah satu acuan utama dalam aksi konservasi tumbuhan.

"Penetapan spesies prioritas agar aksi konservasi yang dilakukan lebih terfokus, efektif dan efisien," kata Mustaid.

Workshop yang digelar di lantai tiga gedung Konservasi Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor tersebut diikuti oleh para peserta yakni peneliti dari LIPI dan Universitas Negeri Jakarta.

Ia mengatakan, workshop tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan serupa yang diselenggarakan pada Juni 2009 lalu.

"Di mana ada empat jenis tumbuhan yang dinilai yakni anggota dari family Arecaceae, Orchidaceae, Nepenthaceae dan Cyatheaceae," ujarnya.

Dijelaskannya, secara signifikan penentuan jenis-jenis prioritas untuk konservasi tumbuhan Indonesia tidak terlepas dari keterbatasan sumberdaya yang tersedia untuk mendukung aksi konservasi.

Sementara itu, lanjutnya, urgensi dari kegiatan ini dapat ditemukan pada tingkat deforestasi dan degradasi habitat alami yang semakin mengkhawatirkan, yang mengakibatkan tingkat kepunahan jenis semakin tinggi.

"Upaya Konservasi yang tepat sasaran harus dilakukan sesegera mungkin," katanya.

Pemilihan
Dikatakannya, pemilihan Disterocarpaceae dan Thymelaeaceae sebagai target pada workshop kali ini diantaranya didasarkan pada kenyataan bahwa jenis-jenis tumbuhan anggota famili tersebut yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

"Selain itu, jenis tanaman ini juga tergolong jenis tanaman yang menghadapi ancaman kepunahan yang tinggi, khususnya akibat pemanenan yang berlebihan," jelasnya.

Penetapan spesies prioritas, kata Mustaid, dilakukan melalui proses penilaian oleh panel pakar terdiri dari ahli-ahli. Metode penilaian menggunakan modifikasi dari Molloy dan Davis, katanya.

Pemilihan metode tersebut, kata Mustaid, dipilih karena beberapa pertimbangan, diantaranya bersifat komprehensif dan meliputi berbagai aspek yang bermakna, seperti keunikan taksonomi, dan geografis, status populasi di alam, keterancaman, kerawanan, potensi propagasi serta nilai pemanfaatan bagi manusia.

"Pertimbangan lain bersifat sederhana namun terukur, sehingga lebih mudah digunakan dan memberikan hasil yang lebih konsisten," katanya sembari menambahkan pertimbangan juga bersifat spesifikasi karena untuk kelompok tumbuhan dibuat terpisah dari penilaian untuk kelompok hewan.

Acara pada hari pertamanya menghadirkan tiga orang pembicara yakni Dr Didik Widyatmoko, M.Sc salah satu penggagas penetapan Prioritas Konservasi. Pembicara kedua yakni Dr Tukiri Partomiharjo dan pembicara ketiga Dr Harry Wiriadinata.

Dr Didik Widyatmoko, M.Sc menyebutkan penetapan spesies prioritas konservasi sudah merupakan tahun ke dua.

"Ini adalah tahun kedua, tahun lalu ada empat jenis yang kita tetapkan, jadi totalnya sudah ada enam jenis yang kita tetapkan prioritas konservasinya. Target kita ada 16 jenis," katanya.

Penetapan spesies priroritas ini kata Didik, dilakukan sebagai salah satu upaya para peneliti khususnya LIPI dalam melindungi spesies tumbuhan Indonesia yang terancam punah.

Sementara itu, target dari penetapan spesies prioritas tersebut sebanyak 50 hingga 500 jenis spesies yang dihasilkan, seperti tahun lalu dari empat famili yang menghasilkan 100 spesies.
(KR-LR/Z003)