SBR010 dinilai bisa jadi pilihan investasi bagi investor pemula
21 Juni 2021 13:28 WIB
Tangkapan layar Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan saat peluncuran SBR010 secara daring di Jakarta, Senin. (ANTARA/Citro Atmoko)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Deni Ridwan menilai instrumen Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR010 yang mulai resmi ditawarkan oleh pemerintah pada Senin ini dapat menjadi pilihan investasi yang bijak bagi investor pemula.
"Sebagai bahan pertimbangan, misalnya reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, itu adalah sesuatu instrumen investasi yang cukup menarik dan cukup aman juga. Nah kalau pemerintah punya juga, pemerintah menawarkan SBN ritel yang hari ini kita tawarkan adalah SBR010," ujar Deni saat peluncuran SBR010 secara daring di Jakarta, Senin.
Deni menyampaikan pada masa pandemi, justru kesadaran masyarakat terkait investasi semakin meningkat. Pertumbuhan jumlah investor baik di pasar saham maupun di pasar obligasi, termasuk Surat Berharga Negara (SBN), meningkat tajam.
Pemerintah pun menyambut baik minat masyarakat tersebut, terutama dari kalangan muda, untuk berinvestasi namun tentunya harus dibarengi juga dengan peningkatan literasi terkait investasi atau literasi keuangan.
"Meski kita lihat tadi jumlah investor muda di pasar saham atau SBN meningkat, tapi ternyata lebih besar lagi yang investasi di crypto asset. Jadi yang dikhawatirkan, investor pemula langsung masuk ke instrumen yang berisiko tinggi seperti forex trading, kripto. Padahal kripto ini kan kita tahu harganya seperti roller coaster, sehari naik 30 persen besoknya turun 50 persen. Ini kalau tidak siap mental investasi di kripto, bukannya dapat cuan malah dapat serangan jantung," kata Deni.
Baca juga: Pemerintah buka penawaran SBR 010 perluas basis investor milenial
Ia pun menyarankan bagi investor pemula untuk masuk ke investasi yang konservatif terlebih dahulu yang imbal hasilnya minimal lebih tinggi dibandingkan inflasi sehingga dana yang disimpan tidak tergerus.
"Jadi yang konservatif dulu, yang penting tidak dimakan inflasi, ada hasilnya, dan aman. Setelah itu, baru portofolio kita bertumbuh berkembang dan memasukkan tambahan instrumen lain yang bisa menawarkan potensi cuan atau potensi imbal hasil yang lebih tinggi yang tentu dengan risiko yang lebih tinggi juga," ujar Deni.
SBR010 hadir sebagai alternatif investasi dengan masa penawaran 21 Juni 2021 pukul 09.00 WIB hingga 15 Juli 2021 pukul 10.00 WIB, dengan tanggal penetapan hasil penjualan adalah 19 Juli 2021, tanggal setelmen pada 22 Juli 2021, dan tanggal jatuh tempo pada 10 Juli 2023.
Minimum pemesanan SBR010 adalah sebesar Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Tingkat kupon SBR010 untuk periode tiga bulan pertama mulai 22 Juli sampai 10 Oktober 2021 sebesar 5,1 persen berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu sebesar 3,5 persen ditambah spread tetap 160 bps atau 1,6 persen.
Sementara tingkat Kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo yang didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 160 bps atau 1,6 persen.
Baca juga: Kemenkeu tawarkan SBR010 berkupon 5,10 persen
"Sebagai bahan pertimbangan, misalnya reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, itu adalah sesuatu instrumen investasi yang cukup menarik dan cukup aman juga. Nah kalau pemerintah punya juga, pemerintah menawarkan SBN ritel yang hari ini kita tawarkan adalah SBR010," ujar Deni saat peluncuran SBR010 secara daring di Jakarta, Senin.
Deni menyampaikan pada masa pandemi, justru kesadaran masyarakat terkait investasi semakin meningkat. Pertumbuhan jumlah investor baik di pasar saham maupun di pasar obligasi, termasuk Surat Berharga Negara (SBN), meningkat tajam.
Pemerintah pun menyambut baik minat masyarakat tersebut, terutama dari kalangan muda, untuk berinvestasi namun tentunya harus dibarengi juga dengan peningkatan literasi terkait investasi atau literasi keuangan.
"Meski kita lihat tadi jumlah investor muda di pasar saham atau SBN meningkat, tapi ternyata lebih besar lagi yang investasi di crypto asset. Jadi yang dikhawatirkan, investor pemula langsung masuk ke instrumen yang berisiko tinggi seperti forex trading, kripto. Padahal kripto ini kan kita tahu harganya seperti roller coaster, sehari naik 30 persen besoknya turun 50 persen. Ini kalau tidak siap mental investasi di kripto, bukannya dapat cuan malah dapat serangan jantung," kata Deni.
Baca juga: Pemerintah buka penawaran SBR 010 perluas basis investor milenial
Ia pun menyarankan bagi investor pemula untuk masuk ke investasi yang konservatif terlebih dahulu yang imbal hasilnya minimal lebih tinggi dibandingkan inflasi sehingga dana yang disimpan tidak tergerus.
"Jadi yang konservatif dulu, yang penting tidak dimakan inflasi, ada hasilnya, dan aman. Setelah itu, baru portofolio kita bertumbuh berkembang dan memasukkan tambahan instrumen lain yang bisa menawarkan potensi cuan atau potensi imbal hasil yang lebih tinggi yang tentu dengan risiko yang lebih tinggi juga," ujar Deni.
SBR010 hadir sebagai alternatif investasi dengan masa penawaran 21 Juni 2021 pukul 09.00 WIB hingga 15 Juli 2021 pukul 10.00 WIB, dengan tanggal penetapan hasil penjualan adalah 19 Juli 2021, tanggal setelmen pada 22 Juli 2021, dan tanggal jatuh tempo pada 10 Juli 2023.
Minimum pemesanan SBR010 adalah sebesar Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Tingkat kupon SBR010 untuk periode tiga bulan pertama mulai 22 Juli sampai 10 Oktober 2021 sebesar 5,1 persen berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu sebesar 3,5 persen ditambah spread tetap 160 bps atau 1,6 persen.
Sementara tingkat Kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo yang didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 160 bps atau 1,6 persen.
Baca juga: Kemenkeu tawarkan SBR010 berkupon 5,10 persen
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: