ITS adakan KKN bantu maksimalkan potensi Desa Wisata di Klungkung-Bali
21 Juni 2021 08:48 WIB
Dialog Tim ITS yang mengadakan KKN dengan masyarakat desa. KKN yang mengusung tema "Penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Melalui Pengembangan Unit Bisnis Wisata Alam Dan Budaya Di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung-Bali" itu diikuti oleh 15 mahasiswa dan sembilan dosen lintas departemen dan bertujuan untuk mengoptimalkan potensi desa wisata di Desa Tihingan. (Antara/HO-Humas ITS Surabaya/2021)
Klungkung (ANTARA) - Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengadakan program Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, selama empat bulan untuk membantu desa iu memaksimalkan potensinya sebagai salah satu Desa Wisata di Pulau Dewata.
"Sejak ditetapkan sebagai desa wisata oleh Pemkab Klungkung, ternyata Desa Tihingan belum memiliki dokumen perencanaan fisik dan konsep desa wisata yang akan ditawarkan, baik potensi alam maupun industri desa," kata Ketua Tim Abmas Desa Tihingan, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc., dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin.
Padahal, kata Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut, Tihingan telah kondang akan potensi keindahan alamnya dan juga dikenal sebagai pusat perajin gamelan Bali di tingkat nasional hingga internasional.
"Sebelumnya, kami telah mengadakan pembukaan sekaligus survei yang digelar selama empat hari dan berakhir Sabtu (19/6) lalu," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima dari Humas ITS Surabaya.
Baca juga: Rektor ITS: Industri 4.0 karena adanya teknologi dan keekonomian
Baca juga: Balitbanghub gandeng ITS siapkan transportasi modern di Jawa Timur
Oleh karena itu, ITS mengadakan KKN dengan mengusung tema "Penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Melalui Pengembangan Unit Bisnis Wisata Alam Dan Budaya Di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung-Bali" yang diikuti oleh 15 mahasiswa dan sembilan dosen lintas departemen.
Setelah melakukan survei selama empat hari dengan melibatkan wakil dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) dan Universitas Warmadewa, maka Tim KKN ITS menemukan beberapa potensi konsep desa wisata yang akan dicoba lebih lanjut, di antaranya Eduwisata Merdeka Belajar (EMB) dan Fasilitas Jogging/Tracking/Cycling yang akan memanfaatkan kealamian dan keindahan alam setempat.
"Konsep EMB ini digadang-gadang akan memanfaatkan kearifan lokal, karena sarana rumah yang dimiliki oleh warga desa akan digunakan sebagai homestay dan dalam kerangka pembelajaran di ruang/alam terbuka akan diakui sebagai credit earning ataupun pemenuhan kegiatan kurikuler bagi siswa SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi," katanya.
Materinya, menyoal budaya, kesenian, pertanian, hingga peternakan sebagai konten utama dalam proses pembelajaran di alam terbuka. Selain itu, kegiatan ini akan dibimbing oleh instruktur lokal yang umumnya merupakan guru-guru yang berasal dari desa setempat.
"Peserta eduwisata akan melakukan eksplorasi dalam konten tertentu dan akan diakomodasi dalam homestay yang dimiliki oleh penduduk dan dikelola BUMDes," katanya.
Untuk itu, penetapan standar pelayanan homestay, standar kebersihan, standar kurikulum merdeka belajar serta standar penyediaan makanan dan lainnya akan dirancang dan diajarkan kepada para instruktur melalui program pelatihan berjenjang.
Kegiatan ini, kata Ketut, akan menghasilkan luaran berupa masterplan Pengembangan Desa Wisata yang terdiri dari perencanaan infrastruktur dan desain ruang, perencanaan digital marketing, pembuatan sistem informasi manajemen, dan unit bisnis perdagangan untuk BUMDes.
"Selain itu, kami juga akan menghibahkan hardware dan software-nya, menyusun model bisnis dan kajian keekonomian serta merencanakan infrastruktur ICT pendukungnya. Penyusunan dokumen tersebut diharapkan dapat terselesaikan pada Oktober," katanya.
Selanjutnya, sosialisasi langsung kepada stakeholders di Desa Tihingan yang juga akan dilaksanakan di bulan yang sama setelah diskusi virtual untuk memastikan bahwa masterplan desa wisata yang disusun dalam KKN Abmas ini sesuai dengan harapan, kapasitas, serta kondisi sosial budaya yang ada.
Guna menjamin bahwa inisiatif desa wisata dan program yang direncanakan tidak akan berdampak pada kondisi sosial, budaya, adat dan nilai-nilai yang diusung masyarakat setempat, maka serangkaian pemetaan sosial (social mapping) dilaksanakan secara komprehensif melalui wawancara dan diskusi bersama perwakilan pemerintahan desa, tokoh dan masyarakat.
Selama kegiatan ini, Focus Group Discussion (FGD) antara tim KKN Abmas dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis), pengelola BUMDes, serta tokoh masyarakat dilaksanakan setiap malam. "Diskusi ini kami lakukan secara terbuka sehingga beberapa aspirasi dari semua komponen masyarakat dapat dijaring secara langsung," kata Ketut.
Di sela-sela kegiatan KKN Abmas tersebut, Tim ITS sempat dikunjungi oleh Wakil Ketua DPRD Gianyar, sekaligus tokoh masyarakat Gianyar I Gusti Ngurah Anom Masta, untuk memberi arahan terkait desa wisata.
"Bahkan, kami ditawarkan untuk melakukan benchmarking ke Kabupaten Gianyar dan akan difasilitasi untuk melihat tata kelola dan tata perencanaan desa wisata di Gianyar," ujar Ketut.
Ketut menambahkan keberhasilan program ini bergantung pada kerja cerdas serta komunikasi yang efektif dan terbuka antara Tim KKN Abmas ITS dengan pemangku kepentingan di Desa Tihingan.
"KKN ini merupakan bentuk riil dari konsep Merdeka Belajar, sehingga diharapkan menjadi model yang digunakan sebagai salah satu implementasi berbagai jenjang sekolah di Indonesia," katanya.*
Baca juga: Pakar kelautan ITS analisa dugaan KRI Nanggala-402 hilang kontak
Baca juga: Mensos datangi ITS petakan daerah rawan bencana di Indonesia
"Sejak ditetapkan sebagai desa wisata oleh Pemkab Klungkung, ternyata Desa Tihingan belum memiliki dokumen perencanaan fisik dan konsep desa wisata yang akan ditawarkan, baik potensi alam maupun industri desa," kata Ketua Tim Abmas Desa Tihingan, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc., dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin.
Padahal, kata Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut, Tihingan telah kondang akan potensi keindahan alamnya dan juga dikenal sebagai pusat perajin gamelan Bali di tingkat nasional hingga internasional.
"Sebelumnya, kami telah mengadakan pembukaan sekaligus survei yang digelar selama empat hari dan berakhir Sabtu (19/6) lalu," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima dari Humas ITS Surabaya.
Baca juga: Rektor ITS: Industri 4.0 karena adanya teknologi dan keekonomian
Baca juga: Balitbanghub gandeng ITS siapkan transportasi modern di Jawa Timur
Oleh karena itu, ITS mengadakan KKN dengan mengusung tema "Penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Melalui Pengembangan Unit Bisnis Wisata Alam Dan Budaya Di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung-Bali" yang diikuti oleh 15 mahasiswa dan sembilan dosen lintas departemen.
Setelah melakukan survei selama empat hari dengan melibatkan wakil dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) dan Universitas Warmadewa, maka Tim KKN ITS menemukan beberapa potensi konsep desa wisata yang akan dicoba lebih lanjut, di antaranya Eduwisata Merdeka Belajar (EMB) dan Fasilitas Jogging/Tracking/Cycling yang akan memanfaatkan kealamian dan keindahan alam setempat.
"Konsep EMB ini digadang-gadang akan memanfaatkan kearifan lokal, karena sarana rumah yang dimiliki oleh warga desa akan digunakan sebagai homestay dan dalam kerangka pembelajaran di ruang/alam terbuka akan diakui sebagai credit earning ataupun pemenuhan kegiatan kurikuler bagi siswa SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi," katanya.
Materinya, menyoal budaya, kesenian, pertanian, hingga peternakan sebagai konten utama dalam proses pembelajaran di alam terbuka. Selain itu, kegiatan ini akan dibimbing oleh instruktur lokal yang umumnya merupakan guru-guru yang berasal dari desa setempat.
"Peserta eduwisata akan melakukan eksplorasi dalam konten tertentu dan akan diakomodasi dalam homestay yang dimiliki oleh penduduk dan dikelola BUMDes," katanya.
Untuk itu, penetapan standar pelayanan homestay, standar kebersihan, standar kurikulum merdeka belajar serta standar penyediaan makanan dan lainnya akan dirancang dan diajarkan kepada para instruktur melalui program pelatihan berjenjang.
Kegiatan ini, kata Ketut, akan menghasilkan luaran berupa masterplan Pengembangan Desa Wisata yang terdiri dari perencanaan infrastruktur dan desain ruang, perencanaan digital marketing, pembuatan sistem informasi manajemen, dan unit bisnis perdagangan untuk BUMDes.
"Selain itu, kami juga akan menghibahkan hardware dan software-nya, menyusun model bisnis dan kajian keekonomian serta merencanakan infrastruktur ICT pendukungnya. Penyusunan dokumen tersebut diharapkan dapat terselesaikan pada Oktober," katanya.
Selanjutnya, sosialisasi langsung kepada stakeholders di Desa Tihingan yang juga akan dilaksanakan di bulan yang sama setelah diskusi virtual untuk memastikan bahwa masterplan desa wisata yang disusun dalam KKN Abmas ini sesuai dengan harapan, kapasitas, serta kondisi sosial budaya yang ada.
Guna menjamin bahwa inisiatif desa wisata dan program yang direncanakan tidak akan berdampak pada kondisi sosial, budaya, adat dan nilai-nilai yang diusung masyarakat setempat, maka serangkaian pemetaan sosial (social mapping) dilaksanakan secara komprehensif melalui wawancara dan diskusi bersama perwakilan pemerintahan desa, tokoh dan masyarakat.
Selama kegiatan ini, Focus Group Discussion (FGD) antara tim KKN Abmas dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis), pengelola BUMDes, serta tokoh masyarakat dilaksanakan setiap malam. "Diskusi ini kami lakukan secara terbuka sehingga beberapa aspirasi dari semua komponen masyarakat dapat dijaring secara langsung," kata Ketut.
Di sela-sela kegiatan KKN Abmas tersebut, Tim ITS sempat dikunjungi oleh Wakil Ketua DPRD Gianyar, sekaligus tokoh masyarakat Gianyar I Gusti Ngurah Anom Masta, untuk memberi arahan terkait desa wisata.
"Bahkan, kami ditawarkan untuk melakukan benchmarking ke Kabupaten Gianyar dan akan difasilitasi untuk melihat tata kelola dan tata perencanaan desa wisata di Gianyar," ujar Ketut.
Ketut menambahkan keberhasilan program ini bergantung pada kerja cerdas serta komunikasi yang efektif dan terbuka antara Tim KKN Abmas ITS dengan pemangku kepentingan di Desa Tihingan.
"KKN ini merupakan bentuk riil dari konsep Merdeka Belajar, sehingga diharapkan menjadi model yang digunakan sebagai salah satu implementasi berbagai jenjang sekolah di Indonesia," katanya.*
Baca juga: Pakar kelautan ITS analisa dugaan KRI Nanggala-402 hilang kontak
Baca juga: Mensos datangi ITS petakan daerah rawan bencana di Indonesia
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: