Mamuju (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Sulawesi Barat (Sulawesi Barat), Anwar Adnan Saleh, mengatakan, masyarakat Sulbar cukup trauma dengan kejadian pemberontakan di tanah air, yang terjadi setelah bangsa ini merayakan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus tahun 1945.

"Masyarakat Sulbar sangat trauma dengan peristiwa pemberontakan yang menimbulkan kekacauan dan menelan korban jiwa di masa pemberontakan PRRI/Permesta maupun DI/TII serta pasukan batalyon 710 sekitar tahun 1960 di Sulbar," kata Gubernur saat menerima Pandam VII Wirabuana, Mayjen TNI Hari Krisnomo, pada hari ulang tahun (HUT) ke VI Provinsi Sulbar, di Mamuju, Kamis.

Ia mengatakan, peristiwa pemberontakan yang terjadi setelah kemerdekaan itu telah membuat masyarakat Sulbar trauma, karena membuat mereka menjadi tercerai berai karena mereka takut dengan pemberontakan yang terjadi kala itu.

"Pak Pandam, Masyarakat Sulbar itu banyak yang lari ke pulau Kalimantan, Ke Kota Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan, dan Kota Palu Sulawesi Tengah dan berbagai kota lainnya di Indonesia karena takut dan trauma dari situasi pemberontakan dari gerombolan kala itu," katanya.

Menurut dia, masyarakat Sulbar yang lari dari kampung halamannya ke daerah lain di sejumlah wilayah di Indonesia tidak mau lagi kembali kekampunnya meski pemberontakan usai dan memilih berdiam didaerah tempat mereka mengunsi untuk menjalani hidup.

Namun ia mengatakan, setelah terbentuknya Provinsi Sulbar menjadi daerah otonom baru sesuai dengan undang-undang No 26 tahun 2004 sepertinya menjadi momentum bagi masyarakat Sulbar yang selama ini bercerai-cerai dengan mengunsi kederah lain untuk kemudian bersatu.

"Setelah Sulbar terbentuk menjadi sebuah Provinsi baru diera kemerdekaan ini, membuat banyak masyarakat Sulbar yang berada didaerah lain tersadar dan ingin kembali kekampung halamannya untuk bekerja membangun kembali daerahnya," katanya.

Sehingga ia mengatakan, dengan terbentuknya Sulbar menjadi sesuatu daerah otonom baru menjadi sesuatu yang bersifat positif karena menjadi motivasi bagi masyarakat daerah ini yang selama ini berada didaerah lain karena trauma pemberontakan untuk kembali membangun daerahnya.

Menurutnya mereka yang kembali akan membawa sebuah spirit perubahan untuk lebih maju membangun daerahnya dengan tekad mengejar ketertinggalan untuk pembangunan dimasa mendatang.

"Masyarakat Sulbar dari luar yang kembali ke daerah ini saya yakin akan bekerja sungguh-sungguh membangun daerah ini karena mereka memiliki sebuah spirit untuk maju," katanya.

Oleh karenanya ia juga meminta dengan terbentuknya Sulbar menjadi provinsi baru ini dapat mengajarkan kita agar pengalaman buruk dimasa lalu dengan melahirkan pemberontakan yang dapat mengacaukan daerah ini sehingga tidak berlansung kondusif hendaknya tidak diulangi .

"Apa yang terjadi di masa lalu seperti pemberontakan hendaknya tidak terulang, dan tidak terjadi lagi, agar masyarakat di Sulbar tidak lagi tercerai berai dan tetap bersatu serta memiliki tekad untuk membangun daerahnya," katanya.

Ia meminta kepada TNI sebagai penjaga ketertiban dan keamanan masyarakat bekerja maksimal dalam menjaga kedamaian di daerah ini agar tetap kondusif dan pembangunan bisa berlansung lancar. (MFH/K004)