Inggris perpanjang izin tes cepat COVID-19
18 Juni 2021 10:10 WIB
Murid dari antrian Fulham Boys School akan menjalani tes virus corona (COVID-19) selama program pengujian massal di sekolah tersebut di London, Inggris, Jumat (5/3/2021). Pelonggaran penguncian nasional Inggris akan dimulai pada hari Senin, ketika sekolah dibuka kembali. REUTERS/Kevin Coombs/AWW/sa. (REUTERS/KEVIN COOMBS)
London (ANTARA) - Regulator obat Inggris pada Kamis (17/6) memperpanjang izin penggunaan darurat (EUA) tes COVID-19 aliran lateral Innova, mengaku puas dengan tinjauan tes tersebut setelah mitranya dari Amerika Serikat mengeluarkan peringatan soal itu.
Tes Innova disetujui untuk pengujian tanpa gejala sebagai bagian dari sistem uji dan lacak Inggris.
Pekan lalu Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS mendesak masyarakat untuk tidak lagi menggunakan tes tersebut, memperingatkan bahwa kinerjanya belum memadai.
"Kami kini telah menyimpulkan tinjauan kami mengenai penilaian risiko dan merasa puas bahwa tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan atau yang disarankan pada saat ini," kata Graeme Tunbridge, Direktur Perangkat di Badan Regulasi Obat dan Kesehatan (MHRA).
"Ini memberi lampu hijau kepada kami untuk memperpanjang EUA agar memungkinkan pasokan LFD selama beberapa bulan ke depan."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pengujian tanpa gejala dan rutin memiliki peranan yang besar dalam membuka kembali ekonomi. Namun, sejumlah ilmuwan mempertanyakan keakuratan tes cepat yang digunakan di Inggris, mengatakan bahwa tes tersebut bisa jadi lebih membahayakan ketimbang memberikan manfaat.
Menurut Public Health England (PHE), tes tersebut menjalani validasi yang ketat, dan mampu menghentikan wabah dengan mengangkat kasus COVID-19 yang tak terdeteksi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris tak berencana hentikan program tes cepat COVID-19
Baca juga: Orang yang tiba di Inggris akan dites COVID dua kali
Baca juga: Kesalahan tes di Inggris, 1.300 orang keliru dinyatakan positif corona
Tes Innova disetujui untuk pengujian tanpa gejala sebagai bagian dari sistem uji dan lacak Inggris.
Pekan lalu Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS mendesak masyarakat untuk tidak lagi menggunakan tes tersebut, memperingatkan bahwa kinerjanya belum memadai.
"Kami kini telah menyimpulkan tinjauan kami mengenai penilaian risiko dan merasa puas bahwa tidak ada tindakan lebih lanjut yang diperlukan atau yang disarankan pada saat ini," kata Graeme Tunbridge, Direktur Perangkat di Badan Regulasi Obat dan Kesehatan (MHRA).
"Ini memberi lampu hijau kepada kami untuk memperpanjang EUA agar memungkinkan pasokan LFD selama beberapa bulan ke depan."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pengujian tanpa gejala dan rutin memiliki peranan yang besar dalam membuka kembali ekonomi. Namun, sejumlah ilmuwan mempertanyakan keakuratan tes cepat yang digunakan di Inggris, mengatakan bahwa tes tersebut bisa jadi lebih membahayakan ketimbang memberikan manfaat.
Menurut Public Health England (PHE), tes tersebut menjalani validasi yang ketat, dan mampu menghentikan wabah dengan mengangkat kasus COVID-19 yang tak terdeteksi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris tak berencana hentikan program tes cepat COVID-19
Baca juga: Orang yang tiba di Inggris akan dites COVID dua kali
Baca juga: Kesalahan tes di Inggris, 1.300 orang keliru dinyatakan positif corona
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: