New York (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono direncanakan tidak bertemu secara khusus dengan Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak untuk membahas berbagai hubungan bilateral kedua negara disela penyelenggaraan KTT Asean-AS di New York, Amerika Serikat.

"Wapres tidak diagendakan bertemu secra khusus dengan perdana menteri Malaysia untuk membahas bilateral seperti perbatasan dan TKI dalam pertemuan kali ini," kata Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat kepada pers, di New York, Amerika Serikat, Rabu malam atau Kamis pagi waktu Indonesia.

Menurutnya, walaupun antara Indonesia dan Malaysia belakangan ini sempat memanas hubungannya soal perbatasan dan tenaga kerja tapi Wapres Boediono menilai tidak perlu dibahas di sela KTT Asean-Amerika Serikat di New York.

Pertemuan di Kinibalu, Malaysia, yang dilakukan oleh menlu, katanya, dinilai sudah cukup untuk membahas masalah tersebut.

"Memang antara kedua sempat ada masalah tapi kami menilai tidak perlu dibicarakan di dalam pertemuan yang diadakan di Singapura, sekalipun pertemuannya diadakan di sela KTT," kata Yopie.

Dia mengatakan, tidaklah tepat apabila Indonesia dan Malaysia membicarakan masalah perbatasan dan tenaga kerja di sela penyelenggaraan KTT Asean-As.

"Tidak perlulah membahas permasalahan sampai ke Amerika Serikat. kalaupun ada masalah bisa diselesaikan setiap saat toh lokasi kedua negara saling berdekatan," katanya.


Agenda Wapres

Mengenai agenda Wapres yang akan menghadiri KTT Asean-AS, Yopie mengatakan, pada Jumat (24/9) waktu setempat, Boediono pada pagi hari akan mengadakan "breakfast meeting" dengan para pemimpin Asean dan Amerika Serikat.

Selanjutnya pada pukul 13.00, Wapres akan mengikuti KTT Asean-AS yang direncanakan akan dibuka oleh Presiden Barack Obama, dan selanjutnya para pemimpin Asean secara bergiliran akan menyampaikan pidato.

"Wapres Boediono juga akan menyampaikan pidato dalam KTT tersebut disamping seluruh pemimpin Asean," katanya.

Tapi sebelumnya pada Kamis (23/9) atau Jumat waktu Indonesia, Wapres akan melakukan diskusi dengan mantan Presiden Bill Clinton bersama 15 CeO perusahaan membahas teknologi yang ramah lingkungan. (ANT/K004)