Menggantungkan asa pada jalan tol jadi "portal" pariwisata Jembrana
17 Juni 2021 16:22 WIB
Dua peserta beradu kecepatan dalam lomba Mekepung (karapan kerbau) Piala Gubernur Bali di Jembrana, Bali, Minggu (14/7/2019). Lomba balap kerbau yang diikuti 262 peserta dari kalangan petani tersebut digelar pasca musim panen padi untuk melestarikan warisan budaya pertanian sekaligus ajang promosi pariwisata di Kabupaten Jembrana. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/ama.
Negara, Jembrana (ANTARA) - Pembangunan jalan tol Bali yang melintasi Kabupaten Jembrana, diharapkan menjadi "portal" atau pintu gerbang pariwisata bagi daerah yang luput dari hingar bingar pariwisata Pulau Dewata tersebut.
Dari generasi ke generasi, dari perpindahan kepemimpinan daerah, sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana ibarat hanya bisa dijamah, namun tidak bisa digenggam. Berbagai upaya yang dilakukan, tidak mampu menjadikan daerah di ujung barat Pulau Bali ini menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara agar rutin melancong ke daerah itu.
Kedatangan wisatawan ke Jembrana masih bersifat parsial, pada momen-momen tertentu yang biasanya "digiring" oleh kegiatan-kegiatan pariwisata yang dilakukan pemerintah setempat.
Secara alamiah, belum ada daya tarik yang mampu membuat mereka datang kembali, apalagi dengan mengajak wisatawan lain untuk menjadikan Jembrana sebagai tujuan liburan utama mereka.
Berbagai pembahasan, persoalan dan ide untuk mengatasi sepinya sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana sudah sering mengemuka.
Banyak ide yang sudah dieksekusi seperti membangun objek-objek wisata, promosi kesana kemari, hingga membuat kegiatan untuk menarik wisatawan, namun wisatawan hanya datang sesekali, itu pun dalam jumlah kecil.
Harapan-harapan agar Kabupaten Jembrana menjadi daerah utama tujuan wisatawan, tentu tidak pernah padam.
Terbaru, dengan rencana pembangunan jalan tol di Provinsi Bali, yang melintasi, bahkan menempatkan Kabupaten Jembrana sebagai salah satu jalur utama, menumbuhkan kembali harapan kunjungan wisatawan ke daerah ini.
Optimisme bahwa jalan tol tersebut merupakan salah satu solusi pertumbuhan pariwisata di Jembrana, disampaikan langsung Bupati I Nengah Tamba, 26 Mei 2021.
Rencana pembangunan ruas jalan tol Gilimanuk - Mengwi yang saat ini memasuki tahap sosialisasi dan pendataan awal sepertinya memberikan harapan baru bagi pengembangan ekonomi dan pariwisata di wilayah itu.
Pembangunan dilakukan tiga tahap, Gilimanuk – Pekutatan sepanjang 55 kilometer, seksi dua Pekutatan-Soka sepanjang 21,65 kilometer dan sesi tiga Soka – Mengwi 18,85 kilometer. Pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi tersebut akan melintasi 33 desa atau kelurahan di 5 kecamatan yang ada di Jembrana.
Ide besarnya adalah menjadikan jalan tol tersebut sebagai "portal" pariwisata di Kabupaten Jembrana, sehingga minimal wisatawan domestik yang masuk ke Bali tidak hanya melintas di daerahnya.
Dari kalkulasi dan data, setiap hari sekitar 5.000 wisatawan yang masuk ke Bali lewat Pelabuhan Gilimanuk yang berada di wilayah Kabupaten Jembrana, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang singgah di daerah ini.
"Kami sudah memiliki desain besar untuk pembangunan sektor pariwisata Jembrana. Tujuan akhirnya, wisatawan tidak hanya melintas atau hanya sekedar singgah, tapi menjadikan daerah ini sebagai tujuan utama mereka," katanya.
Beberapa desain besar itu antara lain melakukan perombakan besar di wilayah Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya sebagai lintasan utama wisatawan dari Pulau Jawa yang masuk ke Bali.
Penataan total harus dilakukan mulai dari Pelabuhan Gilimanuk hingga gerbang tol yang juga berada di wilayah kelurahan tersebut.
Dengan dominasi hutan di wilayah Taman Nasional Bali Barat, penataan itu akan mengedepankan suasana dan pemandangan khas sesuai kawasan tersebut.
Baca juga: Wagub Bali: Sektor pertanian bisa jadi penunjang industri pariwisata
Baca juga: Jembrana kembangkan wisata dari ujung ke ujung
Dalam ide bupati yang baru menjabat seratus hari bersama Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna ini, mulai pintu keluar pelabuhan hingga gerbang tol, akan dibuat suasana teduh dengan pohon-pohon besar, yang pada musim tertentu akan memiliki bunga berwarna cerah.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pusat untuk mewujudkan ide tersebut. Apapun ide, dalam eksekusi tentu membutuhkan anggaran. "Nah, soal anggaran ini kami terus melakukan pendekatan ke berbagai pihak," katanya.
Gayung bersambut. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengadakan pertemuan bilateral dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Tae Sung Park di Jakarta (15/6/2021), untuk membahas peluang kerja sama pembangunan infrastruktur Light Rail Transit (LRT) di Bali dan MRT Jakarta fase 4 rute Fatmawati-Taman Mini Indonesia Indah (TMII) .
"Saya melakukan pertemuan dengan Dubes Korsel untuk Indonesia, membahas peluang kerja sama pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia, dan kami menyambut baik keinginan pihak Korsel untuk terlibat dalam pembangunan kereta api di Bali dan Jakarta," kata Menhub.
Terkait rencana pembangunan infrastruktur kereta api di Bali, Pemprov Bali telah bekerja sama dengan Korsel melalui Korea National Railway untuk menyusun kajian prastudi kelayakan (Pre Feasibility Study) terkait rencana pembangunan LRT rute Bandara Ngurah Rai - Seminyak sepanjang 9,46 km.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, rencana pembangunan LRT dibagi menjadi dua fase yaitu, Fase 1-A rute Bandara - Stasiun Central Park sepanjang 5,3 KM dan Fase 1-B rute Stasiun Central Park-Seminyak sepanjang 4,16 km.
Untuk fase berikutnya, Pemprov Bali bersama Korea National Railway masih melakukan kajian terkait rencana pembangunan LRT untuk fase kedua dengan rute Seminyak-Mengwitani.
Terkait rencana pembangunan LRT di Bali, pihak Pemprov Bali telah mengusulkan pembiayaan penyusunan studi kelayakan (Feasibility Study) dapat dikerjasamakan dengan pihak Korsel melalui skema hibah.
Namun demikian, masih harus menunggu Bappenas menyelesaikan penyusunan Rencana Mobilitas Perkotaan di akhir tahun 2021.
Baca juga: Menteri KKP janji perbaiki pelabuhan perikanan Pengambengan Bali
Baca juga: Kabupaten Jembrana miliki desa devisa sektor kakao
Kampung Kerapu dan Mangrove
Agar wisatawan betah berlama-lama di Kabupaten Jembrana, pihaknya sadar tidak hanya cukup penataan di Kelurahan Gilimanuk tersebut.
Sebagai pintu gerbang, Gilimanuk hanya menjadi miniatur untuk menyusupkan persepsi pada wisatawan yang masuk, bahwa mereka memasuki kabupaten yang memiliki objek-objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Untuk itu, dibutuhkan langkah yang besar untuk mengubah pandangan wisatawan terhadap Kabupaten Jembrana.
"Harus ada objek yang monumental di daerah ini jika ingin wisatawan berkunjung. Kami akan merealisasikan objek-objek wisata monumental tersebut," katanya, didampingi Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna.
Mantan wakil rakyat di DPRD Provinsi Bali ini mengatakan, sejumlah objek wisata monumental akan melengkapi jalur tol, khususnya di titik-titik yang diperkirakan akan dibutuhkan wisatawan untuk singgah.
Dengan perkiraan wisatawan dari Pulau Jawa saat memasuki Jembrana mencapai titik lelah dan membutuhkan istirahat yang nyaman, Bupati Tamba mengungkapkan, di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya akan dibangun kampung kerapu dan lobster.
Saat ini, di desa pinggir pantai tersebut sudah ada ribuan keramba kerapu dan lobster, yang kapasitasnya akan terus dinaikkan.
Dengan sentuhan tambahan berupa insfrastruktur pariwisata, kampung ini diyakini akan menjadi objek wisata kuliner terbesar. Bahkan, bisa dijadikan sebagai satu-satunya kampung kerapu dan lobster di Bali, sehingga menjadi ciri khas Kabupaten Jembrana.
Menjadikan Desa Candikusuma sebagai sentra kerapu dan lobster, tidak hanya sebagai objek wisata, tapi sekaligus akan memunculkan efek domino pemberdayaan ekonomi masyarakat baik dari sisi pariwisata maupun budi daya.
Bergeser ke kawasan lain, objek-objek wisata monumental juga akan berdiri di Kabupaten Jembrana berdampingan dengan jalan tol.
Di ujung timur yang masuk wilayah Kecamatan Pekutatan, kawasan ini sedang direncanakan pembangunan objek wisata terpadu dengan sentuhan dan fasilitas modern.
Menggunakan beberapa hektare lahan, di Pekutatan akan dibangun lapangan golf, wahana rekreasi seperti Disneyland hingga wisata kuliner yang berada dalam satu kawasan.
Keberadaan objek ini, optimis akan menjadikan Kabupaten Jembrana sebagai salah satu tujuan utama wisatawan ke Bali, apalagi lokasinya berdampingan dengan jalan tol.
Prinsipnya, pihaknya akan memadukan antara objek wisata modern dengan alam. Kedua jenis objek wisata tersebut bisa dilakukan di Jembrana.
Saat wisatawan terkesan dengan objek-objek monumental itu, akan memancing mereka untuk mendatangi objek wisata lainnya yang bertebaran di Kabupaten Jembrana.
Bupati Tamba sendiri menganggap kesan pertama yang melekat sangat penting, sehingga kebutuhan utama manusia saat berlibur yaitu ingin istirahat dan menghibur diri akan tercapai.
Untuk mencukupi rasa terpuaskan saat liburan itu, ia mengatakan, objek wisata lainnya juga dipersiapkan yang sebenarnya banyak bertebaran di Jembrana.
Salah satu contohnya, Kabupaten Jembrana ini memiliki hutan mangrove yang luas. Luasan hutan itu akan ditambah lagi, bahkan termasuk di beberapa wilayah yang menjadi lintasan jalan tol.
Jadi, siapapun yang melintas di jalan tol akan melihat pemandangan hutan mangrove yang bagus. Selain sebagai pelestarian, hutan mangrove ini akan menarik wisatawan untuk singgah.
Berbagai ide dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk mendulang wisatawan tersebut, tidak lepas dari pembangunan jalan tol Bali yang saat ini dalam tahap sosialisasi.
Semua harus optimtis bahwa jalan tol itu akan terwujud, karena jalan bebas hambatan ini merupakan kebutuhan bagi Pulau Bali.
Di sisi lain, dengan adanya jalan tol tersebut akan menumbuhkan pemerataan ekonomi, termasuk bagi sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana yang dari generasi ke generasi sulit berkembang.
Sejak dahulu, persoalan kunjungan wisatawan ke Jembrana adalah jarak waktu tempuh yang lama dari Denpasar dan sekitarnya sebagai sentral kedatangan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.
Dengan cara tempuh antara tiga sampai empat jam, adalah pertimbangan yang wajar apabila wisatawan enggan datang ke Jembrana, karena waktu mereka lebih banyak terbuang di perjalanan.
Infrakstruktur utama penghambat pariwisata Jembrana yaitu jarak tempuh tidak lama lagi akan teratasi, yang memunculkan harapan mampu mengurai persoalan sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana.
Namun tugas semua pihak, khususnya pemerintah daerah tentu tidak hanya berhenti pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan.
Yang juga tidak kalah penting adalah memproteksi masyarakat setempat agar tidak menjadi "korban" industri pariwisata, dalam arti hanya menjadi penonton saat gelimang kesejahteraan tumbuh dari hadirnya wisatawan.
Apakah industri pariwisata kerakyatan akan menjadi pilihan Pemerintah Kabupaten Jembrana? Kita tunggu saja.
Dari generasi ke generasi, dari perpindahan kepemimpinan daerah, sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana ibarat hanya bisa dijamah, namun tidak bisa digenggam. Berbagai upaya yang dilakukan, tidak mampu menjadikan daerah di ujung barat Pulau Bali ini menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara agar rutin melancong ke daerah itu.
Kedatangan wisatawan ke Jembrana masih bersifat parsial, pada momen-momen tertentu yang biasanya "digiring" oleh kegiatan-kegiatan pariwisata yang dilakukan pemerintah setempat.
Secara alamiah, belum ada daya tarik yang mampu membuat mereka datang kembali, apalagi dengan mengajak wisatawan lain untuk menjadikan Jembrana sebagai tujuan liburan utama mereka.
Berbagai pembahasan, persoalan dan ide untuk mengatasi sepinya sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana sudah sering mengemuka.
Banyak ide yang sudah dieksekusi seperti membangun objek-objek wisata, promosi kesana kemari, hingga membuat kegiatan untuk menarik wisatawan, namun wisatawan hanya datang sesekali, itu pun dalam jumlah kecil.
Harapan-harapan agar Kabupaten Jembrana menjadi daerah utama tujuan wisatawan, tentu tidak pernah padam.
Terbaru, dengan rencana pembangunan jalan tol di Provinsi Bali, yang melintasi, bahkan menempatkan Kabupaten Jembrana sebagai salah satu jalur utama, menumbuhkan kembali harapan kunjungan wisatawan ke daerah ini.
Optimisme bahwa jalan tol tersebut merupakan salah satu solusi pertumbuhan pariwisata di Jembrana, disampaikan langsung Bupati I Nengah Tamba, 26 Mei 2021.
Rencana pembangunan ruas jalan tol Gilimanuk - Mengwi yang saat ini memasuki tahap sosialisasi dan pendataan awal sepertinya memberikan harapan baru bagi pengembangan ekonomi dan pariwisata di wilayah itu.
Pembangunan dilakukan tiga tahap, Gilimanuk – Pekutatan sepanjang 55 kilometer, seksi dua Pekutatan-Soka sepanjang 21,65 kilometer dan sesi tiga Soka – Mengwi 18,85 kilometer. Pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi tersebut akan melintasi 33 desa atau kelurahan di 5 kecamatan yang ada di Jembrana.
Ide besarnya adalah menjadikan jalan tol tersebut sebagai "portal" pariwisata di Kabupaten Jembrana, sehingga minimal wisatawan domestik yang masuk ke Bali tidak hanya melintas di daerahnya.
Dari kalkulasi dan data, setiap hari sekitar 5.000 wisatawan yang masuk ke Bali lewat Pelabuhan Gilimanuk yang berada di wilayah Kabupaten Jembrana, namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang singgah di daerah ini.
"Kami sudah memiliki desain besar untuk pembangunan sektor pariwisata Jembrana. Tujuan akhirnya, wisatawan tidak hanya melintas atau hanya sekedar singgah, tapi menjadikan daerah ini sebagai tujuan utama mereka," katanya.
Beberapa desain besar itu antara lain melakukan perombakan besar di wilayah Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya sebagai lintasan utama wisatawan dari Pulau Jawa yang masuk ke Bali.
Penataan total harus dilakukan mulai dari Pelabuhan Gilimanuk hingga gerbang tol yang juga berada di wilayah kelurahan tersebut.
Dengan dominasi hutan di wilayah Taman Nasional Bali Barat, penataan itu akan mengedepankan suasana dan pemandangan khas sesuai kawasan tersebut.
Baca juga: Wagub Bali: Sektor pertanian bisa jadi penunjang industri pariwisata
Baca juga: Jembrana kembangkan wisata dari ujung ke ujung
Dalam ide bupati yang baru menjabat seratus hari bersama Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna ini, mulai pintu keluar pelabuhan hingga gerbang tol, akan dibuat suasana teduh dengan pohon-pohon besar, yang pada musim tertentu akan memiliki bunga berwarna cerah.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pusat untuk mewujudkan ide tersebut. Apapun ide, dalam eksekusi tentu membutuhkan anggaran. "Nah, soal anggaran ini kami terus melakukan pendekatan ke berbagai pihak," katanya.
Gayung bersambut. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengadakan pertemuan bilateral dengan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Tae Sung Park di Jakarta (15/6/2021), untuk membahas peluang kerja sama pembangunan infrastruktur Light Rail Transit (LRT) di Bali dan MRT Jakarta fase 4 rute Fatmawati-Taman Mini Indonesia Indah (TMII) .
"Saya melakukan pertemuan dengan Dubes Korsel untuk Indonesia, membahas peluang kerja sama pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia, dan kami menyambut baik keinginan pihak Korsel untuk terlibat dalam pembangunan kereta api di Bali dan Jakarta," kata Menhub.
Terkait rencana pembangunan infrastruktur kereta api di Bali, Pemprov Bali telah bekerja sama dengan Korsel melalui Korea National Railway untuk menyusun kajian prastudi kelayakan (Pre Feasibility Study) terkait rencana pembangunan LRT rute Bandara Ngurah Rai - Seminyak sepanjang 9,46 km.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, rencana pembangunan LRT dibagi menjadi dua fase yaitu, Fase 1-A rute Bandara - Stasiun Central Park sepanjang 5,3 KM dan Fase 1-B rute Stasiun Central Park-Seminyak sepanjang 4,16 km.
Untuk fase berikutnya, Pemprov Bali bersama Korea National Railway masih melakukan kajian terkait rencana pembangunan LRT untuk fase kedua dengan rute Seminyak-Mengwitani.
Terkait rencana pembangunan LRT di Bali, pihak Pemprov Bali telah mengusulkan pembiayaan penyusunan studi kelayakan (Feasibility Study) dapat dikerjasamakan dengan pihak Korsel melalui skema hibah.
Namun demikian, masih harus menunggu Bappenas menyelesaikan penyusunan Rencana Mobilitas Perkotaan di akhir tahun 2021.
Baca juga: Menteri KKP janji perbaiki pelabuhan perikanan Pengambengan Bali
Baca juga: Kabupaten Jembrana miliki desa devisa sektor kakao
Kampung Kerapu dan Mangrove
Agar wisatawan betah berlama-lama di Kabupaten Jembrana, pihaknya sadar tidak hanya cukup penataan di Kelurahan Gilimanuk tersebut.
Sebagai pintu gerbang, Gilimanuk hanya menjadi miniatur untuk menyusupkan persepsi pada wisatawan yang masuk, bahwa mereka memasuki kabupaten yang memiliki objek-objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Untuk itu, dibutuhkan langkah yang besar untuk mengubah pandangan wisatawan terhadap Kabupaten Jembrana.
"Harus ada objek yang monumental di daerah ini jika ingin wisatawan berkunjung. Kami akan merealisasikan objek-objek wisata monumental tersebut," katanya, didampingi Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna.
Mantan wakil rakyat di DPRD Provinsi Bali ini mengatakan, sejumlah objek wisata monumental akan melengkapi jalur tol, khususnya di titik-titik yang diperkirakan akan dibutuhkan wisatawan untuk singgah.
Dengan perkiraan wisatawan dari Pulau Jawa saat memasuki Jembrana mencapai titik lelah dan membutuhkan istirahat yang nyaman, Bupati Tamba mengungkapkan, di Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya akan dibangun kampung kerapu dan lobster.
Saat ini, di desa pinggir pantai tersebut sudah ada ribuan keramba kerapu dan lobster, yang kapasitasnya akan terus dinaikkan.
Dengan sentuhan tambahan berupa insfrastruktur pariwisata, kampung ini diyakini akan menjadi objek wisata kuliner terbesar. Bahkan, bisa dijadikan sebagai satu-satunya kampung kerapu dan lobster di Bali, sehingga menjadi ciri khas Kabupaten Jembrana.
Menjadikan Desa Candikusuma sebagai sentra kerapu dan lobster, tidak hanya sebagai objek wisata, tapi sekaligus akan memunculkan efek domino pemberdayaan ekonomi masyarakat baik dari sisi pariwisata maupun budi daya.
Bergeser ke kawasan lain, objek-objek wisata monumental juga akan berdiri di Kabupaten Jembrana berdampingan dengan jalan tol.
Di ujung timur yang masuk wilayah Kecamatan Pekutatan, kawasan ini sedang direncanakan pembangunan objek wisata terpadu dengan sentuhan dan fasilitas modern.
Menggunakan beberapa hektare lahan, di Pekutatan akan dibangun lapangan golf, wahana rekreasi seperti Disneyland hingga wisata kuliner yang berada dalam satu kawasan.
Keberadaan objek ini, optimis akan menjadikan Kabupaten Jembrana sebagai salah satu tujuan utama wisatawan ke Bali, apalagi lokasinya berdampingan dengan jalan tol.
Prinsipnya, pihaknya akan memadukan antara objek wisata modern dengan alam. Kedua jenis objek wisata tersebut bisa dilakukan di Jembrana.
Saat wisatawan terkesan dengan objek-objek monumental itu, akan memancing mereka untuk mendatangi objek wisata lainnya yang bertebaran di Kabupaten Jembrana.
Bupati Tamba sendiri menganggap kesan pertama yang melekat sangat penting, sehingga kebutuhan utama manusia saat berlibur yaitu ingin istirahat dan menghibur diri akan tercapai.
Untuk mencukupi rasa terpuaskan saat liburan itu, ia mengatakan, objek wisata lainnya juga dipersiapkan yang sebenarnya banyak bertebaran di Jembrana.
Salah satu contohnya, Kabupaten Jembrana ini memiliki hutan mangrove yang luas. Luasan hutan itu akan ditambah lagi, bahkan termasuk di beberapa wilayah yang menjadi lintasan jalan tol.
Jadi, siapapun yang melintas di jalan tol akan melihat pemandangan hutan mangrove yang bagus. Selain sebagai pelestarian, hutan mangrove ini akan menarik wisatawan untuk singgah.
Berbagai ide dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jembrana untuk mendulang wisatawan tersebut, tidak lepas dari pembangunan jalan tol Bali yang saat ini dalam tahap sosialisasi.
Semua harus optimtis bahwa jalan tol itu akan terwujud, karena jalan bebas hambatan ini merupakan kebutuhan bagi Pulau Bali.
Di sisi lain, dengan adanya jalan tol tersebut akan menumbuhkan pemerataan ekonomi, termasuk bagi sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana yang dari generasi ke generasi sulit berkembang.
Sejak dahulu, persoalan kunjungan wisatawan ke Jembrana adalah jarak waktu tempuh yang lama dari Denpasar dan sekitarnya sebagai sentral kedatangan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.
Dengan cara tempuh antara tiga sampai empat jam, adalah pertimbangan yang wajar apabila wisatawan enggan datang ke Jembrana, karena waktu mereka lebih banyak terbuang di perjalanan.
Infrakstruktur utama penghambat pariwisata Jembrana yaitu jarak tempuh tidak lama lagi akan teratasi, yang memunculkan harapan mampu mengurai persoalan sektor pariwisata di Kabupaten Jembrana.
Namun tugas semua pihak, khususnya pemerintah daerah tentu tidak hanya berhenti pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan.
Yang juga tidak kalah penting adalah memproteksi masyarakat setempat agar tidak menjadi "korban" industri pariwisata, dalam arti hanya menjadi penonton saat gelimang kesejahteraan tumbuh dari hadirnya wisatawan.
Apakah industri pariwisata kerakyatan akan menjadi pilihan Pemerintah Kabupaten Jembrana? Kita tunggu saja.
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Gembong Ismadi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: