BMKG: Wilayah selatan Pulau Seram rawan tsunami
16 Juni 2021 21:06 WIB
Ilustrasi - Tumpukan kargo dan puing-puing batu akibat dihantam tsunami Selat Sunda 2018 masih tersisa di Pantai Carita, Pandeglang, Banten, Minggu (22/12/2019). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/af/aww.
Jakarta (ANTARA) - Wilayah selatan Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami, kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono.
"Di wilayah selatan Seram sebelumnya sudah pernah terjadi gempa dan tsunami destruktif," kata Daryono di Jakarta, Rabu.
Dia merincikan, kejadian gempa dan tsunami yang merusak di wilayah Seram antara lain gempa dan tsunami Ambon-Seram pada 1674 menyebabkan 2.243 orang meninggal. Kemudian gempa dan tsunami Elpaputih 1899 menyebabkan 4.000 orang meninggal.
Selain itu juga tercatat gempa dan tsunami merusak di Ambon pada 1950 serta gempa Ambon pada 2019 yang menyebabkan 31 orang meninggal.
Baca juga: Tsunami non tektonik berpotensi terjadi selama gempa susulan masih ada
Baca juga: BMKG: Belum ada negara yang mampu deteksi dini tsunami non tektonik
Gempa bumi kuat yang terbaru mengguncang Maluku Tengah dan sekitarnya dengan magnitudo update 6,0 pada Rabu (16/6) pukul 11.43.08 WIB.
Episenter gempa terletak di laut pada jarak 69 kilometer (km) arah tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah, dengan kedalaman hiposenter 19 km.
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif yang diduga berasosiasi dengan Zona Sesar Kawa.
Gempa menyebabkan dampak kerusakan ringan pada beberapa bangunan di Kecamatan Tehoru, seperti kerusakan pagar Gereja Sounulu di Kecamatan Tehoru dan beberapa rumah warga mengalami retak.
Baca juga: Pakar Unand ungkap empat syarat terjadinya tsunami usai gempa
Baca juga: BMKG : Waspadai potensi tsunami dampak gempa magnitudo 6,1
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami, namun demikian berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut menunjukkan ada kenaikan dan terjadi tsunami kecil yang diduga kuat berkaitan longsoran bawah laut yang dipicu gempa.
Kejadian tsunami kecil itu terekam di Stasiun Tide Gauge Tehoru yang dioperasikan oleh BIG dengan ketinggian maksimum sekitar 50 cm pada pukul 11.47 WIB atau empat menit setelah gempa. Kejadian tsunami kecil juga terekam di Stasiun Tide Gauge Banda (BIG) dengan ketinggian maksimum 7 cm pada pukul 12.02 WIB atau 19 menit setelah gempa.
Hingga petang pukul 16.00 WIB, hasil monitoring BMKG telah terjadinya 16 kali gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo berkisar antara 1,9 - 3,7.
Daryono mengatakan, di Indonesia tsunami yang dipicu longsoran sudah terjadi beberapa kali, sepert tsunami Selat Sunda 1883, tsunami Elpaputih 1899, tsunami Lembata 1979, tsunami Flores 1992 serta tsunami Palu dan tsunami Selat Sunda pada 2018.
Baca juga: BMKG ingatkan potensi tsunami akibat longsor bawah laut di Pulau Seram
Baca juga: BPPT kembangkan teknologi deteksi dini tsunami
Baca juga: BMKG: Gempa bumi dan tsunami di Pantai Selatan Jatim bersifat potensi
"Di wilayah selatan Seram sebelumnya sudah pernah terjadi gempa dan tsunami destruktif," kata Daryono di Jakarta, Rabu.
Dia merincikan, kejadian gempa dan tsunami yang merusak di wilayah Seram antara lain gempa dan tsunami Ambon-Seram pada 1674 menyebabkan 2.243 orang meninggal. Kemudian gempa dan tsunami Elpaputih 1899 menyebabkan 4.000 orang meninggal.
Selain itu juga tercatat gempa dan tsunami merusak di Ambon pada 1950 serta gempa Ambon pada 2019 yang menyebabkan 31 orang meninggal.
Baca juga: Tsunami non tektonik berpotensi terjadi selama gempa susulan masih ada
Baca juga: BMKG: Belum ada negara yang mampu deteksi dini tsunami non tektonik
Gempa bumi kuat yang terbaru mengguncang Maluku Tengah dan sekitarnya dengan magnitudo update 6,0 pada Rabu (16/6) pukul 11.43.08 WIB.
Episenter gempa terletak di laut pada jarak 69 kilometer (km) arah tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah, dengan kedalaman hiposenter 19 km.
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif yang diduga berasosiasi dengan Zona Sesar Kawa.
Gempa menyebabkan dampak kerusakan ringan pada beberapa bangunan di Kecamatan Tehoru, seperti kerusakan pagar Gereja Sounulu di Kecamatan Tehoru dan beberapa rumah warga mengalami retak.
Baca juga: Pakar Unand ungkap empat syarat terjadinya tsunami usai gempa
Baca juga: BMKG : Waspadai potensi tsunami dampak gempa magnitudo 6,1
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami, namun demikian berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut menunjukkan ada kenaikan dan terjadi tsunami kecil yang diduga kuat berkaitan longsoran bawah laut yang dipicu gempa.
Kejadian tsunami kecil itu terekam di Stasiun Tide Gauge Tehoru yang dioperasikan oleh BIG dengan ketinggian maksimum sekitar 50 cm pada pukul 11.47 WIB atau empat menit setelah gempa. Kejadian tsunami kecil juga terekam di Stasiun Tide Gauge Banda (BIG) dengan ketinggian maksimum 7 cm pada pukul 12.02 WIB atau 19 menit setelah gempa.
Hingga petang pukul 16.00 WIB, hasil monitoring BMKG telah terjadinya 16 kali gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo berkisar antara 1,9 - 3,7.
Daryono mengatakan, di Indonesia tsunami yang dipicu longsoran sudah terjadi beberapa kali, sepert tsunami Selat Sunda 1883, tsunami Elpaputih 1899, tsunami Lembata 1979, tsunami Flores 1992 serta tsunami Palu dan tsunami Selat Sunda pada 2018.
Baca juga: BMKG ingatkan potensi tsunami akibat longsor bawah laut di Pulau Seram
Baca juga: BPPT kembangkan teknologi deteksi dini tsunami
Baca juga: BMKG: Gempa bumi dan tsunami di Pantai Selatan Jatim bersifat potensi
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: