Tsunami non tektonik berpotensi terjadi selama gempa susulan masih ada
16 Juni 2021 17:59 WIB
Tangkapan layar. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (dua dari kiri) didampingi para pejabat BMKG memberikan penjelasan terkait gempa bumi magnitudo 6,1 yang terjadi di Maluku Tengah, Rabu (16/6/2021) (ANTARA/Desi Purnamawati)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muhammad Sadly mengatakan tsunami non tektonik (bukan akibat gempa bumi) masih berpotensi terjadi selama gempa susulan masih ada, sehingga masyarakat di Pulau Seram Maluku Tengah tetap harus waspada.
"Kita terus memantau tinggi muka air laut, rekaman tide gauge Tehoru menunjukkan masih ada kenaikan air laut. Jadi kita tunggu apakah masih ada gempa susulan atau tidak," kata Sadly dalam konferensi pers terkait gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Sadly mengatakan, BMKG telah memasang alat untuk memantau gempa dalam laut yang terhubung dengan tide gauge yang mendeteksi tinggi muka air laut milik Badan Informasi Geospasial (BIG).
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan cukup banyak sejarah kejadian gempa bumi dan tsunami di wilayah Maluku Tengah, sehingga daerah tersebut rawan tsunami.
Baca juga: BMKG: Belum ada negara yang mampu deteksi dini tsunami non tektonik
Baca juga: Gempa Pulau Seram sebabkan tanah amblas di Kecamatan Tehoru
Sebelumnya terjadi gempa dengan magnitudo 6,1 pada pukul 11.43 WIB yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0 yang berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada kedalaman 19 km.
Bambang menjelaskan, berdasarkan peta geotektonik Maluku, gempa tersebut diduga akibat aktivitas tektonik Zona Sesar Kawa.
Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa tektonik menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, namun berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
Selain Tide Gauge Tehoru, tsunami kecil dengan ketinggian tujuh centimeter juga terekam di stasiun Tide Gauge Banda pada pukul 12.02 WIB.
Bambang mengatakan, hingga pukul 14.35 WIB berdasarkan monitoring BMKG telah terekam 16 kali gempa susulan dengan magnitudo 1,9 hingga 3,7.
Baca juga: Pakar Unand ungkap empat syarat terjadinya tsunami usai gempa
Baca juga: BMKG: Muka air laut naik 0,5 meter akibat gempa di Pulau Seram
"Kita terus memantau tinggi muka air laut, rekaman tide gauge Tehoru menunjukkan masih ada kenaikan air laut. Jadi kita tunggu apakah masih ada gempa susulan atau tidak," kata Sadly dalam konferensi pers terkait gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Sadly mengatakan, BMKG telah memasang alat untuk memantau gempa dalam laut yang terhubung dengan tide gauge yang mendeteksi tinggi muka air laut milik Badan Informasi Geospasial (BIG).
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan cukup banyak sejarah kejadian gempa bumi dan tsunami di wilayah Maluku Tengah, sehingga daerah tersebut rawan tsunami.
Baca juga: BMKG: Belum ada negara yang mampu deteksi dini tsunami non tektonik
Baca juga: Gempa Pulau Seram sebabkan tanah amblas di Kecamatan Tehoru
Sebelumnya terjadi gempa dengan magnitudo 6,1 pada pukul 11.43 WIB yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0 yang berlokasi di laut pada jarak 69 km arah Tenggara Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku pada kedalaman 19 km.
Bambang menjelaskan, berdasarkan peta geotektonik Maluku, gempa tersebut diduga akibat aktivitas tektonik Zona Sesar Kawa.
Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa tektonik menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, namun berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut di stasiun Tide Gauge Tehoru menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 0,5 m. Hal ini diperkirakan akibat dari longsoran bawah laut.
Selain Tide Gauge Tehoru, tsunami kecil dengan ketinggian tujuh centimeter juga terekam di stasiun Tide Gauge Banda pada pukul 12.02 WIB.
Bambang mengatakan, hingga pukul 14.35 WIB berdasarkan monitoring BMKG telah terekam 16 kali gempa susulan dengan magnitudo 1,9 hingga 3,7.
Baca juga: Pakar Unand ungkap empat syarat terjadinya tsunami usai gempa
Baca juga: BMKG: Muka air laut naik 0,5 meter akibat gempa di Pulau Seram
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: