Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan otoritas kesehatan masyarakat di Inggris melaporkan varian B1617.2 (Delta) berpengaruh menurunkan efektivitas vaksin dibandingkan varian B117 (Alfa).

"Laporan itu disampaikan otoritas Inggris pada 11 Juni 2021. Situasi ini menunjukkan bahwa varian Delta berpengaruh menurunkan efektifitas vaksin dibandingkan varian Alfa," katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kemenkes konfirmasi kasus baru penularan corona varian B117 dan B1351

Baca juga: Kemenkes: Empat pasien yang terserang corona B117 tak bergejala berat


Tjandra mengatakan mereka yang baru dapat satu kali suntikan vaksin, maka terjadi penurunan efektivitas perlindungan terhadap gejala sebesar 15 hingga 20 persen.

Oleh karena itu, kata Tjandra, Indonesia perlu mengamati kemungkinan dampak seperti yang terjadi di Inggris mengingat program vaksinasi sedang terus digalakkan.

"Hanya saja, tentu kita tidak akan membandingkan varian Delta dengan varian Alfa seperti yang Inggris lakukan, karena varian Alfa bukanlah varian yang dominan di negara kita sebelum ini," katanya.

Otoritas kesehatan di Inggris telah memiliki alat yang mampu mendeteksi varian Delta hanya dalam waktu 48 jam, kata Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu.

"Yang menarik adalah di Inggris mereka menggunakan novel genotyping test untuk mendeteksi adanya varian Delta. Tes ini dapat memberi hasil dalam 48 jam saja, dan hasilnya kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan whole genome sequencing dan hasilnya positif, oleh otoritas kesehatan masyarakat Inggris disebut sebagai extremly accurate," katanya.

Baca juga: Petugas medis: Steroid semestinya ampuh lawan varian baru COVID

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melaporkan hingga 13 Juni 2021, dari total 1.989 sekuens yang diperiksa, telah dideteksi 145 sekuens Vatiant of Concern (VoC) yang diyakini menular lebih cepat serta memperparah pasien saat jatuh sakit.

Sebanyak 36 kasus terdeteksi sebagai B117 (Alfa), lima kasus B1351 (Delta) dan 104 kasus B1617.2 (Delta) yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Riau, dan Kepulauan Riau.