New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak hampir dua persen ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), didukung oleh ekspektasi permintaan akan pulih dengan cepat pada paruh kedua 2021, setelah sehari sebelumnya relatif stabil.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 1,13 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 73,99 dolar AS per barel. Patokan global ini selama sesi sempat mencapai 74,07 dolar AS per barel, tertinggi sejak April 2019.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 1,24 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 72,12 dolar AS per barel. WTI mencapai tertinggi sesi 72,19 dolar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.

Mengangkat harga-harga, pedagang minyak terbesar dunia mengatakan pada Selasa (15/6/2021) bahwa mereka memperkirakan harga minyak tetap di atas 70 dolar AS per barel karena permintaan diperkirakan akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada paruh kedua 2022.

Kepala Eksekutif Vitol, Russell Hardy memperkirakan harga minyak akan bergerak antara 70 dolar AS dan 80 dolar AS per barel untuk sisa tahun ini, dengan harapan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menjaga disiplin pasokan, bahkan ketika ekspor Iran dapat dilanjutkan jika Amerika Serikat bergabung kembali dengan perjanjian nuklir dengan Teheran.

"Kami telah mengalami penarikan-penarikan stok tersebut selama beberapa bulan, pasar menuju ke arah yang benar," kata Hardy kepada FT Commodities Global Summit.

Kepala Eksekutif Trafigura, Jeremy Weir mengatakan pada acara yang sama ada peluang bagus harga bisa mencapai 100 dolar AS per barel karena penurunan cadangan sebelum dunia mencapai puncak permintaan minyak.

Produsen OPEC+ secara bertahap melonggarkan pembatasan produksi dalam beberapa bulan terakhir.

"Keputusan OPEC+ untuk terlalu berhati-hati dalam mengembalikan pasokan ke pasar, apakah ini benar-benar hati-hati atau mereka sengaja menaikkan harga minyak, telah menjadi penghela utama dalam melihat Brent 73 dolar AS per barel," kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energy.

Stok minyak mentah AS turun 8,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 11 Juni, menurut dua sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa (15/6/2021). Persediaan bensin naik 2,85 juta barel dan stok sulingan naik 1,96 juta barel, data menunjukkan, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim.

Data resmi pemerintah akan dirilis pada Rabu waktu setempat.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS telah jatuh selama empat minggu berturut-turut, turun sekitar 3,3 juta barel pekan lalu. Data industri akan dirilis pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat, diikuti oleh angka resmi pada Rabu pagi waktu setempat.

Investor dan pedagang juga mengamati hasil pertemuan dua hari Federal Reserve AS yang dimulai pada Selasa (15/6/2021) untuk sinyal tentang kapan akan mulai mengurangi stimulus moneter.

The Fed bersiap-siap untuk memperdebatkan bagaimana dan kapan mulai mengurangi program pembelian aset besar-besaran yang membantu mendukung ekonomi AS selama pandemi.