Palu (ANTARA News) - Riuh tepuk tangan memecah keseriusan penonton di gedung pertunjukan film l di Taman Budaya Palu, Sulawesi Tengah, Minggu malam.

"Senandung Ikan Baru" adalah judul film dokumenter yang disutradarai Nurhuda dan Wahdania, dua sosok perempuan yang berprofesi sebagai guru di Kabupaten Parigi Moutong.

Nurhuda guru Fisika di SMK Negeri 1 Parigi dan Wahdania guru Biologi di SMP Negeri 2 Parigi. Keduanya terlibat dalam menyutradarai film yang pemutaran perdananya dimulai dari Kota Palu dan selanjutnya ditayangkan di lima kabupaten di Sulteng.

Film cerita nonfiksi masyarakat nelayan di Parigi bersama tiga film lainnya di daerah yang berbeda ini akan tayangkan hingga 29 September mendatang.

"Senandung Ikan Baru" melibatkan pemeran utama Fandi dan Arul, dua anak nelayan dalam keluarga nelayan yang miskin di Parigi. Fandi terpaksa putus sekolah di kelas III sekolah dasar (SD), hanya karena tidak mampu membeli buku pelajaran Sains.

Ayahnya tidak mampu membeli buku karena krisis keuangan dalam rumah tangga mereka tak kunjung berakhir. Fandi malu pergi sekolah jika tidak bawa buku itu. Saat itulah Fandi tidak masuk sekolah lagi dan berhenti hingga saat ini.

Ia terpaksa membantu orang tuanya melaut. Saban malam, dia turun melaut dan pagi harinya menjual ikan hasil tangkapannya. Salah satu rute yang dilaluinya saat menjual ikan adalah SD tempatnya sekolah dulu.

"Ini kehidupan nyata yang dialami anak-anak nelayan di Parigi," kata Nurhuda.

Sementara Arul agak beruntung dibanding Fandi karena dia tetap melanjutkan sekolah. Sepulang sekolah, dia juga pergi melaut membantu ayahnya. Pulang malam hari dan langsung menjual ikan malam itu juga. Ia berkeliling masuk-keluar lorong di Pairigi, ibu kota Parigi Moutong.

Malam hari yang mestinya dimanfaatkan untuk belajar justru digunakan mencari nafkah membantu orang tuanya. Arul akhirnya tak punya waktu belajar.

"Sebagai seorang guru saya melihat fenomena ini menarik. Saya merasa kasian dengan kehidupan anak-anak nelayan di daerah saya. Ide inilah saya angkat menjadi film," kata Nurhuda.

Perempuan kelahiran Parigi, 23 Februari 1985, itu menyelesaikan studi di Universitas Tadulako Palu, jurusan Fisika, tahun 2009. Setelah lulus, dia mengajar di dua sekolah dengan status honor.

"Dengan guru saya bisa mendidik, dengan film saya bisa menyampaikan ke masyarakat luas," kata Nurhuda.

Nurhuda adalah putri terakhir dari lima bersaudara. Dia mengaku kerjanya sebagai guru tidak terganggu meski dia juga terlibat sebagai sutradara.

"Untuk film kedua saya sudah punya ide, tinggal mau dieksplorasi dan studi lagi," katanya.

"Senandung ikan baru" dengan durasi sekitar 30 menit dia garap kurang lebih empat bulan dengan berbagai tahapan, mulai dari "workshop", studi lapangan, pengambilan gambar, dan editing.

"Kami sampai bermalam di rumah nelayan. Seluruh aktivitasnya kami rekam," katanya.

Dalam penggarapannya, Nurhuda tidak bekerja sendiri, selain melibatkan kru lainnya, dia juga dibantu Wahdania dalam menyutradarai film yang biaya produksinya ditanggung In-Docs, Jalin, dan Rumah Ide Makassar itu.

Wahdania guru bidang studi Biologi di SMP Negeri 2 Parigi. Ia kemudian bertemu dengan Nurhuda di SMP Negeri 1 atap. Keduanya mendapat kepercayaan sebagai guru bidang studi di sekolah itu.

Wahdania lulusan Universitas Negeri Makassar tahun 2008. Perempuan kelahiran Bone 1985 ini merantau ke Parigi Moutong bermodalkan ijazah sarjana Biologi yang kini sedang mempersiapkan ide baru untuk film terbaru mereka.
(A055/D007)