Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Irfan Kurniawan, memperkirakan bahwa rupiah berada dalam kisaran sempit antara Rp8.970-Rp9.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan mendatang, karena masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar uang untuk menjaga laju kenaikan rupiah itu.

Rupiah tidak akan berada pada kisaran yang melebar, karena BI akan tetap berada di pasar menjaga kenaikannya lebih lanjut, kata Equity Head PT First Asia Capital itu di Jakarta, Kamis.

Irfan Kurniawan yang menjabat Equity Head PT First Asia Capital mengatakan, posisi rupiah dikisaran Rp8.970-Rp9.000 per dolar AS akan terjadi dalam waktu lama, kecuali ada isu positif kuat yang mendorongnya untuk naik lebih tinggi.

"Kami memperkirakan rupiah akan masih berada dalam kisaran antara Rp8.970-Rp9.000 per dolar, " ucapnya.

Masih ketatnya pergerakan rupiah, menurut dia, karena pemerintah menginginkan mata uang Indonesia berada di atas Rp9.000 per dolar AS.

Nilai rupiah di atas Rp9.000 per dolar, maka pendapatan pemerintah dari ekspor akan tetap tinggi. Selain itu eksportir dan importir akan dapat melakukan usahanya, katanya.

Menurut dia, optimis rupiah pada akhirnya akan dapat menyentuh level Rp8.900 per dolar, karena arus dana asing yang masuk makin besar.

"Kami memperkirakan rupiah akan dapat menembus angka Rp8.900 per dolar AS pada saatnya nanti, " ucapnya.

Namun, ia menilai, apabila rupiah sampai di posisi Rp8.900 per dolar AS kemungkinan tidak bertahan lama, karena pemerintah khawatir akan pendapatannya dari ekspor berkurang. Pemerintah tidak mau mengorbankan pendapatan ekspornya.

Apalagi, kalau melihat asumsi makro ekonomi Anggaran Pendapatan & Belanja Negara (APBN) yang menetapkan rupiah berada di atas level Rp9.000 per dolar AS, katanya menambahkan.
(T.h-CS/A011/P003)