Washington (ANTARA News) - Minggu ini mahasiswa dan dosen opada sebuah universitas di Pennsylvania dilarang memposting di "Twitter," memperbarui laman Facebook-nya, mengirimkan pesan instan atau mengunjungi MySpace.

Universitas itu, Harrisburg University of Science and Technology, satu perguruan tinggi swasta di kota Harrisburg dengan jumlah mahasiswa sekitar 570 orang, telah memaklumatkan pelarangan jejaring sosial selama pekan itu.

Larangan berjejaring sosial selama sepekan yang dimulai Senin kemarin itu, bukanlah hukuman, melainkan percobaan yang dilakukan universitas tersebut dalam merancang pemahaman dari mahasiswanya, staf, dan fakultas untuk berpikir tentang jejaring sosial manakala media itu tidak ada."

Universitas itu memblokir sejumlah IP di komputer kampus untuk menutup akses Facebook, Twitter, MySpace dan layanan pesan instan seperti AOL.

"Tujuan kami adalah menantang orang untuk berpikir bagaimana harus bergantung pada (media sosial)," kata Steve Infanti, Wakil Presiden bidang Komunikasi dan Pemasaran Universitas Harrisburg.

"Fakultas di uiversitas khususnya, menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan mengenai bahan kurikulum, tetapi bagaimana jika mereka harus mengandalkan pertemuan tatap muka?" tanya Infanti dalam posting blog di Harrisburg.net.

"Kami mengandaikan apakah itu memakan waktu lebih lama, atau malah hasilnya menjadi lain?" tanya Infanti.

Dia menekankan bahwa universitas yang didirikan pada 2001 dan terletak di antara Pittsburgh dan Philadelphia itu bukan anti jejaring sosial.

"(Universitas Harrisburg) memandang media (jejaring) sosial sebagai fakta kehidupan jutaan orang," kata Infanti.

"Jadi pertanyaan sesungguhnya bukan apakah kita dihubungkan, tapi dimana dan dengan cara apa seharusnya kita terhubung kepada kemanfaatan jaringan online dan menghindari dampak buruknya," katanya.

Mahasiswa Harrisburg akan diminta untuk menuliskan esai mengenai pengalaman hidup tanpa jejaring sosial, begitu pelatihan itu selesai.

Universitas ini juga menggelar "Social Media Summit" pada hari Rabu yang menampilkan para pakar yang berbicara tentang topik seperti "Twittervention: Media Sosial dan Isu Hukum untuk Pengusaha, Pendidik dan Orangtua."

Kepada Inside Higher Ed sebuah jurnal online pergurutan tinggi, Eric Darr, pembantu rektor Harrisburg, menerangkan pelarangan berjejaring sosial itu terinspirasi dari putrinya yang berumur 16 tahun sedang mengerjakan ragam tuhas antara Facebook dan percakapan iPhone.

"Terus terang saya kagum," kata Darr. "Saya pikir, Bagaimana kamu hidup seperti ini? Tiba-tiba saya berpikir, Bagaimana jika semua ini tidak ada?"

"Ah bukan itu, sebagai institusi, kita membenci Facebook," kata Darr.

"Sebaliknya, ini berhenti sejenak untuk mengevaluasi sejauh mana media sosial yang ditenun ke dalam kehidupan profesional dan pribadi orang-orang di kampus Harrisburg, dan merenungi apa yang telah diperoleh dan apa yang telah dikorbankan."

Dengan mencabut Twitter, Facebook dan jejaring sosial lainnya selama seminggu, "Saya ingin membuatnya nyata bagi semua orang - bukan sebagai percobaan intelektual," kata Darr. (*)

Reuters/Adam/Jafar