Ngawi (ANTARA) - Sejumlah perajin tahu di sentra produksi Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengeluhkan tingginya harga kedelai yang menjadi bahan baku utama usaha mereka sehingga berpengaruh pada proses produksi.

Salah satu pengusaha tahu Murjoko mengatakan harga kedelai terus naik secara bertahap sejak pertengahan tahun lalu hingga saat ini.

"Bersamaan dengan masa pandemi COVID-19, harga kedelai baik lokal maupun impor terus naik. Kami para perajin tahu sangat keberatan, bahkan beberapa di antaranya sudah tutup karena tidak mampu bertahan," ujar Murjoko di Ngawi, Jumat.

Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah hentikan ketergantungan impor kedelai

Harga kedelai impor saat ini telah naik menjadi Rp12.000 per kilogram dari sebelumnya yang berkisar antara Rp8.500 hingga Rp10.000 per kilogram. Demikian juga kedelai lokal saat ini telah mencapai Rp12.000 per kilogram, padahal harga biasa hanya sekitar Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogram.

Untuk bertahan akibat harga bahan baku yang terus naik, ia terpaksa menaikkan harga jual tahunya.

"Jika biasanya satu kotak cetakan besar dijual Rp10.000, sekarang naik menjadi Rp15.000. Hal itu untuk membantu biaya produksi tahu," katanya.

Murjoko mengaku tidak mendapat untung yang layak jika harga bahan baku kedelai telah mencapai Rp12.000 per kilogram. Jika kondisi tersebut terus berlangsung, usahanya dipastikan akan gulung tikar.

Baca juga: Perajin tahu Jakarta Timur keluhkan tingginya harga kedelai

Menurut dia, di lingkungannya di Kecamatan Paron dulunya ada sebanyak 10 industri kecil pembuatan tahu, namun saat ini hanya tinggal empat perajin saja yang masih bertahan.

Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mengatakan tingginya harga kedelai di pasaran disebabkan dampak dari petani yang mulai kurang tertarik menanam kedelai.

"Kondisi itu membuat kita memiliki ketergantungan pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sisi lain, pandemi sempat membuat semua komoditas impor mengalami kelangkaan sehingga harga terus naik," kata Bupati Ony.

Pihaknya meminta petani Ngawi yang biasa menanam kedelai, kembali menanam komoditas tersebut sehingga nanti, hasilnya bisa dimaksimalkan.

Para perajin tahu dan tempe berharap pemerintah segera melakukan langkah untuk menurunkan harga kedelai, sebab jika kondisi tersebut berlanjut, mereka takut usahanya akan tutup.