Jakarta (ANTARA) - Asosiasi keselamatan jalan (Road Safety Assocation/RSA) meminta pemerintah dan pihak terkait lainnya membenahi infrastruktur jalan layang non tol (JLNT) jika pesepeda akhirnya mendapatkan izin untuk melintasinya.

"Kalau memangnya itu diizinkan, maka kalau mau melindungi pesepeda, infrastrukturnya harus diperbaiki dulu," kata Badan Kehormatan RSA Rio Octaviano, saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Rio menegaskan perbaikan infrastruktur JLNT antara lain mencakup mengurangi kecepatan angin hingga tinggi separator dan lainnya.

"Ini saja belum terpenuhi semua, tapi tiba-tiba dipaksakan jalur ini jadi jalur sepeda," ujar Rio.

Baca juga: JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang jadi jalur sepeda balap

Rio menjelaskan masyarakat maupun pesepeda harus memahami petugas menempatkan rambu-rambu larangan sepeda motor, gerobak, sepeda, dan pejalan kaki saat melintasi JLNT berdasarkan analisa dari Dinas Perhubungan, kepolisian, serta pemangku kepentingan lain.

Rio juga mengungkapkan kecepatan angin di atas JLNT sangat kencang dan harus mempertimbangkan beban kendaraan, serta tinggi separator yang hanya mencapai 1,5 meter.

Rio mencontohkan beberapa kecelakaan di atas JLNT salah satunya seorang ibu sedang mengandung calon bayi terpental karena suaminya melawan arus untuk menghindari petugas yang menindak bukti pelanggaran (tilang).

Rio menganggap persoalan izin pesepeda melintasi JLNT merupakan kesalahpahaman antara aktivis keselamatan jalan raya, komunitas sepeda, dengan pejalan kaki yang dinilai berselisih pemikiran.

Baca juga: Dishub: Perlu sosialisasi jenis sepeda untuk jalur Mas Mansyur-Hamka

Karena itu dia menambahkan, "Sebetulnya ini lebih kepada aspek keselamatan dan aturan."