Kemenkes: Perlu perhatian untuk peningkatan kualitas hidup lansia
11 Juni 2021 15:57 WIB
Tangkapan layar dari Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Erna Mulati dalam diskusi virtual, Jakarta, Jumat (11/6/2021). ANTARA/Prisca Triferna.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Erna Mulati mengatakan jumlah orang lanjut usia di Indonesia semakin meningkat dan seiring dengan itu perlu perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas hidup lansia.
"Jumlah lansia semakin lama semakin meningkat, hampir seiring dengan jumlah dari balita. Ini merupakan tantangan yang cukup besar, selain itu juga menunjukkan pada kita semua bahwa pada saat ini jumlah lansia kisarannya sekitar 10 persen (dari penduduk Indonesia) dan terus meningkat dengan berjalannya waktu," kata Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Erna Mulati dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat.
Angka itu diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan diprediksi pada 2045 jumlah lansia akan berada pada angka 19,9 persen dari total populasi di Indonesia.
Baca juga: Dokter ingatkan pentingnya deteksi dini kondisi kerentaan pada lansia
Kenyataan itu, ujar Erna, tentunya perlu dijadikan salah satu pertimbangan dalam berbagai kebijakan, tidak hanya dalam sektor kesehatan tapi terkait lintas sektor lain. Hal itu terutama untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia tersebut.
Karena itu kesehatan lansia menjadi sangat penting karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi mereka termasuk permasalahan kesehatan. Selain itu terdapat tantangan besar dalam kondisi kerentaan atau frailty yang akan meningkatkan risiko komplikasi penyakit.
Isu kesehatan terkait lansia itu dibuktikan dengan 24 persen dari biaya klaim BPJS Kesehatan pada 2017 adalah untuk kebutuhan perawatan kesehatan lansia. Padahal saat itu, jumlah lansia hanya sembilan persen dari total penduduk Indonesia.
Menurut Erna, hasil survei yang dilakukan pada 2019 dikatakan umur harapan hidup orang Indonesia berada di kisaran 71,5 tahun. Namun, umur harapan hidup sehat adalah 63 tahun. Jadi, ada delapan tahun rata-rata setiap penduduk menderita sakit.
"Tidak kalah penting adalah terjadi penurunan kualitas hidup dari para lansia dan hilangnya produktivitas dan ini akan menyebabkan terjadinya ketergantungan," ujarnya.
Baca juga: Pakar Gerontologi peringatkan risiko fenomena kerentaan pada lansia
"Jumlah lansia semakin lama semakin meningkat, hampir seiring dengan jumlah dari balita. Ini merupakan tantangan yang cukup besar, selain itu juga menunjukkan pada kita semua bahwa pada saat ini jumlah lansia kisarannya sekitar 10 persen (dari penduduk Indonesia) dan terus meningkat dengan berjalannya waktu," kata Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Erna Mulati dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat.
Angka itu diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan diprediksi pada 2045 jumlah lansia akan berada pada angka 19,9 persen dari total populasi di Indonesia.
Baca juga: Dokter ingatkan pentingnya deteksi dini kondisi kerentaan pada lansia
Kenyataan itu, ujar Erna, tentunya perlu dijadikan salah satu pertimbangan dalam berbagai kebijakan, tidak hanya dalam sektor kesehatan tapi terkait lintas sektor lain. Hal itu terutama untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia tersebut.
Karena itu kesehatan lansia menjadi sangat penting karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi mereka termasuk permasalahan kesehatan. Selain itu terdapat tantangan besar dalam kondisi kerentaan atau frailty yang akan meningkatkan risiko komplikasi penyakit.
Isu kesehatan terkait lansia itu dibuktikan dengan 24 persen dari biaya klaim BPJS Kesehatan pada 2017 adalah untuk kebutuhan perawatan kesehatan lansia. Padahal saat itu, jumlah lansia hanya sembilan persen dari total penduduk Indonesia.
Menurut Erna, hasil survei yang dilakukan pada 2019 dikatakan umur harapan hidup orang Indonesia berada di kisaran 71,5 tahun. Namun, umur harapan hidup sehat adalah 63 tahun. Jadi, ada delapan tahun rata-rata setiap penduduk menderita sakit.
"Tidak kalah penting adalah terjadi penurunan kualitas hidup dari para lansia dan hilangnya produktivitas dan ini akan menyebabkan terjadinya ketergantungan," ujarnya.
Baca juga: Pakar Gerontologi peringatkan risiko fenomena kerentaan pada lansia
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: