Korban Antre Silaturahim Sempat Minta Air
10 September 2010 20:54 WIB
Sejumlah petugas medis dari Palang Merah Indonesia berada di samping keranda di atas mobil ambulance yang berisi jenazah salah seorang warga atas nama Joni Malela (45) yang meninggal dunia akibat berdesakan saat antri di pintu gerbang Sekretariat Negara untuk bersilahturahim Idul Fitri dengan Presiden SBY dan keluarga di Jalan Majapahit, Jakarta, Jumat (10/9). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Joni Malela, tuna netra yang meninggal akibat berdesakan di depan Istana saat antri silaturahim dengan presiden, sempat minta air minum karena kehausan.
"Saat dia roboh, kami mengangkatnya lalu merebahkan dia. Korban harus dan minta air. Setelah minum, tak lama kemudian badannya dingin. Dia lalu dibawa ambulans," kata Wahiman, saksi yang ikut memberikan pertolongan pertama kepada korban.
Wahiman, yang tak mengenal Joni, ikut memberikan keterangan di Polsek Metro Gambir bersama istri korban.
Sementara itu Euis Rusmiyati (38) istri korban, mengatakan mereka berdua tinggal di Ciputat. "Kami berangkat ke istana diajak oleh kelompok pengajian Sasana Kebajikan. Ada delapan tuna netra dan sebelum ke istana kumpul dulu di mushala Cirendeu," kata Euis di RSCM.
Dia mengemukakan, tahun lalu mereka berdua juga datang ke open house di istana dan saat itu pengaturannya lebih baik dan mereka diberi tempat duduk sebelum silaturahim.
Euis mengemukakan jumlah santunan atas musibah yang mereka alami mencapai Rp40 juta. "Tapi saya tak pegang," katanya.
Sekitar pukul 20.30 WIB, Euis dengan ambulans berisi jenazah suaminya meluncur ke Garut, kampung halaman mereka.
(Ber/A038/BRT)
"Saat dia roboh, kami mengangkatnya lalu merebahkan dia. Korban harus dan minta air. Setelah minum, tak lama kemudian badannya dingin. Dia lalu dibawa ambulans," kata Wahiman, saksi yang ikut memberikan pertolongan pertama kepada korban.
Wahiman, yang tak mengenal Joni, ikut memberikan keterangan di Polsek Metro Gambir bersama istri korban.
Sementara itu Euis Rusmiyati (38) istri korban, mengatakan mereka berdua tinggal di Ciputat. "Kami berangkat ke istana diajak oleh kelompok pengajian Sasana Kebajikan. Ada delapan tuna netra dan sebelum ke istana kumpul dulu di mushala Cirendeu," kata Euis di RSCM.
Dia mengemukakan, tahun lalu mereka berdua juga datang ke open house di istana dan saat itu pengaturannya lebih baik dan mereka diberi tempat duduk sebelum silaturahim.
Euis mengemukakan jumlah santunan atas musibah yang mereka alami mencapai Rp40 juta. "Tapi saya tak pegang," katanya.
Sekitar pukul 20.30 WIB, Euis dengan ambulans berisi jenazah suaminya meluncur ke Garut, kampung halaman mereka.
(Ber/A038/BRT)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: