Sintang (ANTARA News) - Air dua sungai yang melintasi Kota Sintang yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi kembali naik menyusul hujan yang mengguyur kota itu dan di daerah perhuluan sungai beberapa hari terakhir.
Genangan air terlihat di sejumlah jalan utama warga yang berada di pinggiran sungai seperti di Jalan Teuku Umar Kelurahan Ladang dan sejumlah jalan lainnya di Kelurahan Kapuas Kanan Hilir dan Kapuas Kiri Hilir.
Suasana Lebaran yang diwarnai banjir membuat warga terpaksa membuka pintu belakang rumahnya agar tamu bisa bertandang lantaran untuk masuk dari pintu depan rumah tidak memungkinkan karena jalan sudah digenangi air.
Rata-rata kedalaman air di jalan utama warga di pinggiran sungai mencapai 30 sentimeter sehingga kendaraan bermotorpun sulit melintas di jalan itu.
"Kalau kondisi banjir seperti ini, tamu terpaksa lewat belakang rumah karena kebetulan di bagian belakang rumah agak tinggi dan memang banyak jalan-jalan setapak di bagian belakang rumah kami," kata Heru, warga Kelurahan Ladang Sintang.
Ia masih ingat terakhir kali Lebaran diwarnai banjir pada 2003 lalu dan baru sekarang banjir kembali terjadi ketika Lebaran. Padahal baru dua pekan lalu banjir yang menggenangi Sintang surut dan dengan banjir ini terhitung sudah tiga kali banjir terjadi selama tiga bulan terakhir.
Rencana pawai takbiran keliling yang diagendakan Panitia Hari Besar Islam pun nyaris urung lantaran sejak petang hujan deras terus mengguyur Kota Sintang. Namun takbiran keliling pun tetap dilaksanakan ditengah guyuran hujan yang sudah tidak terlalu deras meskipun hanya diikuti dengan kendaraan roda empat.
Warga berharap hujan tidak terus mengguyur Kota Sintang terutama di daerah perhuluan sungai sehingga banjir ini bisa cepat surut.
"Lebaran begini kalau sudah banjir semua jadi serba sulit, mau ke rumah saudara juga jadi malas dan mudah-mudahan besok atau lusa sudah bisa surut," kata Fauzi, warga Sintang. (ANT-172/K004)
Lebaran di Sintang Diwarnai Banjir
10 September 2010 03:47 WIB
Ilustrasi (ANTARA/Irwan Arfa)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: