Jakarta (ANTARA) - Sepertinya bagian terbesar dunia tertarik mengikuti hingar bingar Piala Eropa yang segera digelar mulai Jumat, 11 Juni. Padahal ada turnamen sepak bola akbar lainnya yang tak kalah menarik yang dilangsungkan di paruh selatan benua Amerika. Namanya Copa America.

Baik Euro 2020 maupun Copa America 2020 sama-sama terpaksa dimundurkan akibat badai pandemi virus corona yang menyapu dunia, termasuk Eropa dan Amerika Selatan.

Di dua kawasan ini, tercipta episentrum-episentrum pandemi. Pertama Italia, lalu melintas Atlantik ke Amerika Serikat, dan lalu Brazil yang ironisnya malah diputuskan menjadi tuan rumah Copa America 2020.

Baca juga: CONMEBOL pindahkan Copa America 2021 ke Brazil dari Argentina

Jika di Eropa segalanya dirancang rapi sehingga menyamarkan motif bisnis dari industri sepak bola modern, maka di Amerika Selatan tidak serapi itu.

Terutama soal tuan rumah, mendadak berubah setelah keadaan luar biasa terjadi di Argentina dan Kolombia, dua negara yang tadinya bakal menuanrumahi Copa America.

Pada 17 Maret 2020, badan sepak bola Amerika Latin atau CONMEBOL mengumumkan bahwa mengingat pandemi COVID-19, maka Copa dimundurkan ke 2021. Keputusan UEFA dalam memundurkan Euro 2020 ke 2021 menjadi rujukan CONMEBOL.

Copa America awalnya hendak digelar dari 12 Juni sampai 12 Juli 2020 di Argentina dan Kolombia.

Menggelar turnamen ini di dua negara adalah baru kali ini ditempuh. Kalau UEFA menggelar Euro 2020 di belasan kota di belasan negara di Benua Biru berkaitan dengan alasan jelas demi memperingati 60 tahun turnamen kontinental ini, maka alasan CONMEBOL menggelar Copa di dua negara adalah semata politis.

Argentina berusaha menjadi tuan rumah karena ingin menjadikan turnamen ini sebagai ajang mempromosikan tekad tuan rumah bersama Piala Dunia 2030 bersama Uruguay, Paraguay dan Chile. Mengingat Uruguay kekurangan venue, Argentina yang lebih kaya dengan stadion-stadion representatif digandeng Uruguay.

Ambisi ini didasari oleh keinginan memperingati 100 tahun Piala Dunia yang memang pertama kali diadakan di Amerika Latin, tepatnya di Uruguay pada 1930.

Tapi keinginan Argentina menjadi tuan rumah Copa membuat Kolombia tidak senang. Seharusnya 2020 adalah giliran Kolombia menjadi tuan rumah Copa yang biasa diadakan bergilir.

CONMEBOL kemudian menengahi. Copa America pun diputuskan dituanrumahi bersama oleh Argentina dan Kolombia.

Selesai masalah itu, datang pandemi. Yang satu ini malah menciptakan perubahan besar yang membuat pusing CONMEBOL.

Baca juga: Bolsonaro klaim Brazil siap jadi tuan rumah Copa America 2021


Krisis politik dan COVID-19

Biasanya turnamen ini diikuti 12 negara yang terdiri atas 10 negara Amerika Selatan dan dua peserta tamu. Untuk edisi 2020 ini mereka mengundang Australia dan Qatar. Turnamen ini tadinya akan dipecah menjadi tiga grup yang masing-masing diisi empat negara.

Tetapi pandemi merusak skenario itu. Jadwal yang kacau di mana-mana, membuat Australia dan Qatar terpaksa tak mengikuti Copa karena saat bersamaan Juni ini kedua negara menghadapi jadwal kualifikasi Piala Dunia 2022.

Maka, dikerutkanlah grup Copa menjadi dua grup yang masing-masing dihuni lima negara. Hanya juru kunci dari kedua grup yang dinyatakan tereliminiasi dari fase grup. Sisanya masuk babak knockout.

Ternyata itu bukan satu-satunya masalah. Krisis politik yang memicu gelombang protes terhadap Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez memaksa CONMEBOL mencoret Kolombia dari tuan rumah Copa America pada 20 Mei 2021.

Ternyata Argentina juga dihadapkan kepada masalah, yakni terus melonjaknya kasus infeksi COVID-19. Di negeri berpenduduk 44.9 juta orang ini, tiga juta orang terpapar virus corona dan 68.000 di antaranya meninggal dunia.

CONMEBOL pun akhirnya juga mencoret Argentina dari tuan rumah Copa pada 30 Mei 2021. Keputusan ini diambil hanya dua pekan sebelum kickoff Copa America 2020.

CONMEBOL kebingungan. Negara manakah gerangan yang mesti menjadi tuan rumah Copa 2020 ini?

Tak ada yang bisa dianggap siap kecuali Brazil. Chile mungkin bisa tapi menyelenggarakan secara penuh 28 pertandingan Copa Amerika terlalu berat bagi Chile.

Baca juga: Karena COVID, Komisi Senat Brazil yakini Copa America harus ditunda

Akhirnya pilihan jatuh ke tangan Brazil yang menjadi tuan rumah edisi 2019 dan juara bertahan, sekalipun kasus infeksi di sini jauh lebih buruk dari Argentina, bahkan Brazil pernah menjadi episentrum pandemi global.

Sebenarnya Amerika Serikat menjadi pilihan dan bersedia menggelar turnamen ini. Masalahnya, AS yang ada di bagian utara benua ini sehingga bukan peserta Copa America, ditentang CONMEBOL karena federasi sepak bola Amerika Selatan ini berseteru dengan rekannya federasi sepak bola Amerika utara, tengah dan Karibia atau CONCACAF sejak menggelar turnamen besar benua Amerika pada 2016.

Brazil juga dipilih karena presiden mereka, Jair Bolsonaro, menawarkan diri menjadi tuan rumah Copa, sekalipun ditentang bagian besar rakyatnya.

Bolsonaro yang memiliki motif politik mengatakan Rio de Janeiro, Brasilia, Goiania dan Cuiaba akan menjadi tuan rumah semua pertandingan Copa America 2020.

Ironisnya, sebagian besar rakyat Brazil yang belum hilang ingatannya dari malapetaka COVID-19 yang sudah merenggut 470 ribu nyawa penduduknya dan sekaligus menulari 16,9 juta orang, menentang keputusan Bolsonaro itu.

Bolsonaro malah dituding menghina mereka yang menjadi korban COVID-19. Kritik juga dialamatkan kepada otoritas sepak bola Brazil, salah satunya mantan pemain Walter Casagrande. “Sejak awal pandemi, para pemimpin sepak bola Brazil hanya memikirkan diri sendiri dan uang,” kata Casagrande.

Baca juga: CONMEBOL cabut hak tuan rumah Argentina untuk Copa America 2021

Lionel Messi

Ironisnya komunitas sepakbola Brazil sendiri mengkritik keputusan menjadi tuan rumah Copa America, termasuk sejumlah bintang yang bahkan mengancam memboikot turnamen ini. Pemain Brazil Casemiro yang paling vokal mengkritik Copa di Brazil itu.

Casemiro berkata, "Bukan cuma saya (yang menentang Copa America 2020), bukan hanya pemain-pemain yang bermain di Eropa. Semua orang menentangnya, termasuk Tite (pelatih timnas Brazil)".

Tak hanya pemain Brazil, pemain-pemain Amerika Latin juga mengungkapkan keprihatinan sama.

Edinson Cavani dan Luis Suarez dari Uruguay, serta Sergio Aguero dari Argentina juga mendukung boikot. Sementara Wali Kota Rio de Janeiro Eduardo Paes mengancam tidak akan mengizinkan pertandingan dimainkan jika situasi kesehatan tetap seperti sekarang.

Sementara dari Eropa muncul kabar tak sedap bahwa klub-klub Eropa tak akan mengizinkan pemain-pemain asal Amerika Latin mereka mengikuti Copa America 2020.

Namun sikap federasi-federasi sepak bola Amerika Selatan umumnya sama. Mereka berketetapan hati bahwa turnamen ini harus jalan terus, apa pun caranya.

Salah satunya Asosiasi Sepak bola Argentina (AFA) yang pada 6 Juni memastikan keikutsertaan Argentina dalam Copa America di Brazil edisi ke-47 itu.

Sama dengan semua federasi kawasan ini, AFA beranggapan jadwal harus jalan karena berkaitan dengan keseimbangan sistem kompetisi sepak bola pada berbagai level.

Baca juga: Messi sumbang 50 ribu vaksin COVID-19 untuk sepak bola Amerika Selatan

Tetapi AFA bisa saja tidak enak hati kepada Lionel Messi yang merupakan salah satu pesepak bola terbesar sepanjang masa tapi tak pernah merasakan trofi kejuaraan besar tingkat negara, baik Piala Dunia maupun Copa America.

Messi yang jauh-jauh hari menyatakan siap berlaga dalam Copa America 2020 sudah menjadi harta karun bagi Argentina sehingga hasratnya mengangkat trofi kejuaraan besar antarnegara bisa disokong negara.

Messi sudah empat kali mengantarkan Argentina ke final kejuaraan besar, masing-masing Copa America 2007, 2015 dan 2016, serta Piala Dunia 2014.

Jika dari sudut usia, Copa edisi ini ideal bagi Messi. Tahun depan pada Piala Dunia Qatar, Messi akan berusia 35 tahun dan Argentina bukan favorit kuat juara. Lalu pada Copa America 2024, dia akan berusia 37 tahun. Mungkin sudah memudar.

Oleh karena itu Copa America 2020 menjadi kesempatan terbaik Messi untuk menyempurnakan predikat terhebat di dunia.

Tapi bukan semata Messi yang menarik. Masih banyak bintang lain termasuk Neymar yang bisa mengubah turnamen kontroversial dari 14 Juni sampai 11 Juli ini menjadi turnamen yang tetap nikmat untuk disaksikan.

Untuk itu, walau kontroversial dan lebih senyap ketimbang Euro 2020 karena semua pertandingan Copa America 2020 digelar tanpa penonton, turnamen ini tetap menjanjikan kepuasan bagi penggemar sepak bola di mana pun, termasuk mereka yang sudah tak sabar menyaksikan Euro 2020.

Baca juga: Lionel Messi incar lebih banyak gelar usai juarai Copa del Rey