Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan keprihatinannya pada masih terjadinya kejahatan korupsi walaupun kampanye pemberantasan korupsi giat dilakukan.

Keprihatinan itu disampaikan Presiden saat bersilaturahmi dan berbuka puasa bersama dengan para pimpinan media massa dan wartawan Istana Kepresidenan di Istana Negara Jakarta, Rabu malam.

"Saya masih prihatin. Sampai sekarang Kapolri dan jaksa agung masih mengajukan permintaan tandatangan usulan untuk memeriksa pejabat negara baik jajaran pemerintah seperti gubernur, bupati dan walikota. Meski kampanye gencar, masih ada praktik (korupsi-red) itu," kata Presiden.

Meski demikian, Kepala Negara mengatakan ia berkomitmen kuat untuk terus menegakkan hukum dan memerangi praktik korupsi.

"Saya ingin pastikan apa pun dinamika hiruk pikuk kabar tentang pemberantasan korupsi, bagi pemerintah dan saya, pemberantasan tetap jadi prioritas dan saya tetap konsisten," tegasnya.

Karena itu, ia menyatakan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangat penting termasuk memiliki kepemimpinan yang kuat.

Terkait hal tersebut, Presiden mengatakan ia telah mengajukan dua nama untuk pimpinan Komis Pemberantasan Korupsi (KPK), yakni Bambang Widjojanto dan Busyro Muqqodas.

Keduanya merupakan kandidat yang dipilih oleh panitia seleksi dan akan diajukan ke DPR-RI.

Presiden Yudhoyono menilai kedua sosok calon ketua KPK tersebut memiliki integritas dan kemampuan untuk memimpin komisi tersebut.

Isu korupsi juga sempat disinggung Kepala Negara dalam pidatonya Rabu malam itu.

Dalam pidatonya, Presiden menyatakan tekadnya untuk memprioritaskan pemberantasan korupsi.

Menanggapi isi pidato Presiden ini, Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, Presiden tidak menjelaskan perihal pemberian grasi dan remisi kepada para narapidana, termasuk narapidana korupsi yang membuat masyarakat kecewa.(*)
(T.P008*D013/R009)