Jakarta (ANTARA) - Program edukasi dan kampanye mencegah perokok anak harus terus dilakukan secara konsisten dan disiplin serta didukung banyak pihak sehingga efektif dalam mengurangi jumlah perokok anak di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan edukasi yang berjalan paralel dengan pengawasan dan penegakan aturan diharapkan bisa mencegah anak-anak menjadi perokok di usianya.

Saat ini, prevalensi perokok usia 10-18 tahun di Indonesia meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018. Angka ini diproyeksikan naik sampai 15,95 persen pada 2030 apabila tidak ada pencegahan kuat dari pemerintah.

Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim, dalam pernyataan bersama Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) dikutip Senin, mengatakan kampanye edukasi lintas platform yang diusung Gaprindo berperan sebagai katalis guna mendorong kesadaran masyarakat mencegah paparan rokok bagi anak di bawah umur.

"Hal ini kami rasa layak untuk dilanjutkan, terutama pemanfaatan media sosial agar publik mendapat akses informasi yang baik, ilmu yang tepat guna, dan tentunya target yang tepat sasaran. Pada dasarnya, kami akan mendukung segala upaya untuk mempercepat target penurunan prevalensi perokok anak," katanya.

Baca juga: Menkes diharapkan memimpin pengendalian tembakau

Ketua Gaprindo Benny Wachjudi menuturkan, sampai dengan pertengahan tahun 2021, animo masyarakat yang berkunjung ke portal informasi Cegah Perokok Anak terus meningkat.

"Menariknya, para orangtua paham bahwa kontrol terbesar justru ada pada diri masing-masing anak. Peran orangtua untuk mengarahkan, agar anak secara sadar menghindari pengaruh dari lingkungan, bahkan efek sosial media. Tujuan edukasi seperti ini kami rasa sangat relevan dengan kondisi mayoritas keluarga di Indonesia," kata Benny yang resmi menggantikan Muhaimin Moeftie di Gaprindo.

Menurut Benny, pengawasan yang dilakukan individu dewasa di lingkungan tempat tinggal harus dibangun sejak dini karena apa pun jargon yang dikampanyekan tanpa dibarengi ketegasan dan disiplin publik akan percuma.

"Apalagi, anak dan remaja di bawah umur punya rasa ingin tahu yang tinggi yang semakin dilarang justru semakin penasaran. Lantas, pembiaran ini mau sampai kapan kalau yang dewasa juga acuh pada sekitar," kata Benny.

Benny menyampaikan bahwa komitmen Gaprindo terhadap isu perkembangan perokok anak di Indonesia akan terus dilanjutkan dan mendapat dukungan banyak pihak. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia punya mekanisme edukasi publik yang terstruktur dan berkelanjutan, khususnya dalam upaya menekan angka perokok anak.

Dukungan publik dalam kampanye mencegah perokok anak juga tinggi tercermin dari jumlah pengunjung website cegahperokokanak.id yang mencapai hampir dua ribu pengunjung. Pada survei persepsi yang dilakukan Gaprindo, ratusan responden dewasa dari beberapa kota di Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, Denpasar, Kalimantan dan Sulawesi berpartisipasi.

Dalam survei tersebut, 90 persen responden sepakat bahwa edukasi terbaik untuk menekan perokok anak adalah pendekatan kepada orangtua dan guru, serta perlunya lebih banyak informasi soal risiko merokok di usia dini yang mudah dimengerti oleh anak.

Baca juga: Lentera Anak: Percepat revisi PP 109 turunkan jumlah perokok anak

Baca juga: Pemerintah serius turunkan prevalensi perokok anak

Baca juga: Aprindo dukung kampanye cegah perokok anak