Menteri ESDM ungkap strategi RI capai target karbon netral pada 2060
7 Juni 2021 16:12 WIB
Tangkapan layar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam webinar "Indonesia-Norway Investment Opportunities in Hydro and Solar Energy in Indonesia" yang diselenggarakan oleh KBRI Oslo, Senin (7/6/2021). (ANTARA/HO Youtube KBRI Oslo TV)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan sejumlah strategi jangka panjang di sektor energi untuk bisa mencapai target karbon netral atau net zero emission (bebas emisi karbon) pada 2060 mendatang.
"Di sektor energi, kami menargetkan bisa mencapai karbon netral pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional dengan sejumlah strategi. Pertama, melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) yang masif," kata Arifin dalam webinar bertajuk "Indonesia-Norway Investment Opportunities in Hydro and Solar Energy in Indonesia" yang diselenggarakan oleh KBRI Oslo, Senin.
Pengembangan EBT meliputi solar panel, angin, biomassa, panas bumi, tenaga air, laut, hidrogen, juga Battery Energy Storage System (BESS).
Strategi lain, yakni dengan mengurangi utilisasi sumber energi fosil dengan "co-firing" biomassa serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU).
"PLTU terakhir akan diberhentikan pada 2058 dan PLTGU di 2054," ujarnya.
Pada periode tersebut, tercatat bahwa tidak diperbolehkan adanya PLTU baru, kecuali telah memiliki perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) atau yang tengah dalam masa pembangunan.
Pengurangan sumber energi fosil juga dilakukan dengan melakukan konversi pembangkit diesel dengan pembangkit EBT.
Arifin melanjutkan, strategi lain yakni pengembangan interkoneksi transmisi dan jaringan listrik pintar. Strategi terakhir, yaitu terus mendorong penggunaan kendaraan listrik pada 2030 dengan target 2 juta mobil listrik dan 1,3 juta motor listrik.
Pemerintah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030 sebesar 834 juta ton Co2. Ada pun sektor energi diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 314 juta ton Co2 dengan kemampuan sendiri dan 398 juta ton Co2 dengan bantuan internasional.
Sementara itu, realisasi hingga 2020, penurunan emisi Co2 sektor energi mencapai 64,4 juta ton atau 111 persen dari target sebesar 58 juta ton. Capain tersebut dikontribusi dari energi baru dan terbarukan, efisiensi energi dan bahan bakar rendah karbon.
Baca juga: Pemerintah terus dorong target bebas emisi karbon lebih cepat
Baca juga: Mulai 2022, Daimler produksi mobil netral karbon
Baca juga: Pemerintah diminta beri insentif pajak bagi industri netral karbon
"Di sektor energi, kami menargetkan bisa mencapai karbon netral pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional dengan sejumlah strategi. Pertama, melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) yang masif," kata Arifin dalam webinar bertajuk "Indonesia-Norway Investment Opportunities in Hydro and Solar Energy in Indonesia" yang diselenggarakan oleh KBRI Oslo, Senin.
Pengembangan EBT meliputi solar panel, angin, biomassa, panas bumi, tenaga air, laut, hidrogen, juga Battery Energy Storage System (BESS).
Strategi lain, yakni dengan mengurangi utilisasi sumber energi fosil dengan "co-firing" biomassa serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU).
"PLTU terakhir akan diberhentikan pada 2058 dan PLTGU di 2054," ujarnya.
Pada periode tersebut, tercatat bahwa tidak diperbolehkan adanya PLTU baru, kecuali telah memiliki perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) atau yang tengah dalam masa pembangunan.
Pengurangan sumber energi fosil juga dilakukan dengan melakukan konversi pembangkit diesel dengan pembangkit EBT.
Arifin melanjutkan, strategi lain yakni pengembangan interkoneksi transmisi dan jaringan listrik pintar. Strategi terakhir, yaitu terus mendorong penggunaan kendaraan listrik pada 2030 dengan target 2 juta mobil listrik dan 1,3 juta motor listrik.
Pemerintah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030 sebesar 834 juta ton Co2. Ada pun sektor energi diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 314 juta ton Co2 dengan kemampuan sendiri dan 398 juta ton Co2 dengan bantuan internasional.
Sementara itu, realisasi hingga 2020, penurunan emisi Co2 sektor energi mencapai 64,4 juta ton atau 111 persen dari target sebesar 58 juta ton. Capain tersebut dikontribusi dari energi baru dan terbarukan, efisiensi energi dan bahan bakar rendah karbon.
Baca juga: Pemerintah terus dorong target bebas emisi karbon lebih cepat
Baca juga: Mulai 2022, Daimler produksi mobil netral karbon
Baca juga: Pemerintah diminta beri insentif pajak bagi industri netral karbon
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: