Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan pendekatan wasathiyah atau moderat merupakan konsep paling penting dilakukan masyarakat muslim untuk memahami Islam di dunia.

"Pendekatan yang terpenting adalah pendekatan wasathiyah/moderat, yang kemudian dijadikan sebagai model dalam memahami Islam di dunia yakni Islam moderat," kata Wapres saat memberikan sambutan dalam acara Bedah Buku “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan” secara daring dari Jakarta, Senin.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah menetapkan konsep wasathiyah tersebut dalam Musyawarah Nasional IX pada 2015 di Surabaya, ucap Wapres menambahkan.

Wasathiyah ialah jalan tengah di antara dua sisi atau dua bentuk pemahaman, katanya, sehingga pemahaman Al Quran apat dilakukan umat Islam dari segi tekstual serta penafsiran-nya.

"Menurut hemat saya, pemahaman Islam wasathiyah adalah pemahaman yang tidak tekstual dan tidak pula liberal, tidak berlebihan tetapi juga tidak gegabah, dan tidak pula memperberat tetapi juga tidak mempermudah," tutur-nya.

Baca juga: Wapres sebut ceramah keagamaan masih singgung khilafah

Wapres juga menjelaskan implementasi moderasi beragama Islam dalam bingkai Darul Mitsaq di Indonesia dapat meliputi empat hal, yakni terkait toleransi, antikekerasan, komitmen kebangsaan serta akomodatif terhadap budaya lokal dan perkembangan zaman.

"Toleransi adalah sikap dan perilaku seseorang yang menerima, menghargai keberadaan orang lain dan tidak mengganggu mereka, termasuk hak berkeyakinan dan mengekspresikan keyakinan agama mereka, meskipun keyakinan mereka berbeda dengan keyakinan dirinya," kata Wapres.

Sedangkan moderasi beragama, lanjutnya, ialah tidak membenarkan adanya tindak kekerasan, baik secara verbal maupun fisik, yang mengatasnamakan agama Islam untuk melakukan perubahan.

Selanjutnya, komitmen kebangsaan merupakan tanggung jawab dalam menerima Pancasila sebagai ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi dan NKRI sebagai pilihan bentuk negara Indonesia.

"Keempat, pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif terhadap budaya lokal atau konteks Indonesia yang multi-kultural dan multi-agama, serta perkembangan zaman yang semakin maju," ujarnya.