Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan defisit neraca perdagangan tidak selalu menunjukkan kondisi negatif perekonomian suatu negara.

"Jangan serta merta melihat defisit itu sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan, lihat dulu komposisi impornya," kata Rusman di Gedung Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Senin malam.

Menurut dia, jika sebagian besar impor berupa barang-barang modal maka hal itu menunjukkan hal positif bagi perekonomian.

"Kalau dia (impor) lebih banyak barang modal maka itu hal baik untuk tiga-empat bulan ke depan di mana produksi akan mulai terlihat," katanya.

Namun jika memang sebagian besar impor merupakan barang-barang konsumsi maka hal itu merupakan kondisi yang harus diwaspadai, katanya.

Ia memperkirakan, impor pada Agustus dan September akan lebih banyak berupa barang-barang konsumsi sebagai antisipasi meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang puasa dan lebaran.

Mengenai defisit neraca perdagangan pada Juli 2010, Rusman mengatakan, kemungkinan hanya merupakan trend sementara.

"Ekspor non migas masih tetap surplus. Sementara migas negatif (defisit). Ini artinya ada ketergantungan terhadap impor migas yang meningkat," katanya.

Menurut dia, kondisi itu patut dipertanyakan mengingat Indonesia merupakan produsen LNG atau gas.

"Jadi kita benar-benar menjadi net importir migas. Ini mudah-mudahan sifatnya sementara," katanya.

Sebelumnya, BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit pada Juli 2010 sebesar 128,7 juta dolar AS. Namun secara kumulatif dari Januari hingga Juli 2010 neraca perdagangan tersebut masih surplus seberar 9,46 miliar dolar AS.(*)
(A039/R009)