Karimun, Kepri (ANTARA News) - Laskar Melayu Bersatu Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau menyesalkan aksi provokasi menentang Malaysia yang dilakukan beberapa kelompok massa di tanah air terkait insiden Tanjung Berakit, Bintan 13 Agustus 2010.

``Seharusnya kita melihat dulu akar masalahnya, bukan malah melakukan tindakan provokasi yang makin memperkeruh hubungan kedua negara (Indonesia-Malaysia),`` kata Datuk Panglima Muda Dewan Pimpinan Daerah Laskar Melayu Bersatu (LMB) Karimun Azman Zainal, di Tanjung Balai Karimun, Minggu.

Menurut Azman Zainal, pembakaran bendera Malaysia dalam berbagai demonstrasi di tanah air tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, justru memperburuk hubungan negara serumpun yang memiliki hubungan kultur dan budaya secara turun temurun.

``Kawasan perbatasan, termasuk Karimun merupakan kawasan yang paling merasakan dampak buruk hubungan kedua negara, baik bidang ekonomi maupun budaya mengingat Melayu karimun memiliki jalinan kekerabatan yang erat dengan warga Malaysia,`` ucapnya.

Dia menuturkan, insiden Tanjung Berakit merupakan buah dari ketidakjelasan batas teritorial negara. Untuk itu, ketidakjelasan itu harus diakhiri sehingga konflik serupa tidak terjadi di kemudian hari.

``Ibarat pepatah, marah dengan nyamuk jangan kelambu yang dibakar. Begitu juga dengan masalah ini, gara-gara sengketa wilayah, sesama negara serumpun harus bermusuhan yang justru merugikan kedua belah pihak,`` katanya.

Menurut dia, LMB siap di garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan NKRI jika wilayah Indonesia dicaplok negara lain.

``Situasi akan berbeda jika perairan itu jelas-jelas wilayah kita. Kami siap berada di depan mempertahankannya,`` ucapnya.

Dia mengungkapkan, langkah diplomasi yang ditempuh sudah tepat mengingat kedua negara masih memiliki hubungan kultur yang erat.

``Langkah diplomasi itu juga akan menjaga citra dan kredibilitas Indonesia di mata negara-negara Asia Tenggara dunia. Sebagai bangsa besar, Indonesia harus menjadi panutan, bukan malah bersikap emosional,`` ucapnya.

Dia juga mengatakan, pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta Rabu pekan ini cukup baik dan patut diapresiasi sebagai salah satu pemimpin yang bijaksana.

``Pidato Presiden akan menjadi acuan bagi pemimpin negara lain,`` katanya.

Dia menambahkan, rakyat Indonesia seharusnya menahan diri sambil menunggu perkembangan perundingan Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menlu Malaysia di Kinabalu, 6 September 2010. (ANT-028/K004)