Madrid (ANTARA News/AFP) - Separatis Basque ETA hari Minggu mengumumkan gencatan senjata dalam perang gerilya mereka untuk mendirikan sebuah negara merdeka dari Spanyol.

ETA, yang dituduh bertanggung jawab atas kematian 829 orang, menyatakan memutuskan beberapa bulan lalu bahwa mereka "tidak akan melancarkan serangan-serangan bersenjata". Sebaliknya, mereka berjanji mengupayakan penyelesaian demokratis.

Kelompok itu tidak menjelaskan apakah gencatan senjata tersebut permanen atau sementara.

ETA menyampaikan pengumuman itu dalam sebuah rekaman video yang dikirim ke BBC dan harian pro-kemerdekaan Basque, Gara, yang menunjukkan tiga orang dengan topi baret dan tutup kepala kuning yang duduk di sebuah meja yang diapit bendera Basque dan dengan simbol ETA di dinding di belakangnya.

ETA, yang didaftar sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa, tidak melancarkan serangan di wilayah Spanyol sejak Agustus 2009, dan pihak berwenang Spanyol dan Prancis telah menangkap banyak pemimpin tinggi mereka.

"ETA mengukuhkan lagi komitmennya untuk mencari penyelesaian demokratis atas konflik tersebut," kata seorang wanita yang duduk di tengah.

"Dalam komitmennya menuju sebuah proses demokratis untuk memutuskan masa depan kami secara bebas dan demokratis, melalui dialog dan negosiasi, ETA siap hari ini, seperti kemarin, untuk menyetujui kondisi demokratis minimum yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah proses demokratis, jika pemerintah Spanyol bersedia," katanya.

Pemerintah Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero bereaksi dengan hati-hati, setelah mengambil langkah politik ketika ETA melanggar gencatan senjata terakhirnya pada 2006 dan membom bandara utama Madrid.

Kementerian dalam negeri masih mengkaji deklarasi gencatan senjata itu, kata seorang juru bicara. Kementerian tersebut telah berbicara dengan berbagai kelompok parlemen, termasuk Partido Popular yang beroposisi.

Para pejabat pemerintah yang dikutip surat kabar El Pais mengatakan, deklarasi itu merupakan langkah ke arah yang benar, namun ETA harus secara pasti meninggalkan gerakan bersenjatanya.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 41 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Prancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun. (M014/K004)