Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier mendorong inovasi produk elektronika untuk memproduksi kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpahankam).

“Sesuai dengan perkembangan kompleksitas Alpahankam, Kemenperin akan mendorong industri elektronika dalam negeri untuk terus berinovasi agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai holding BUMN industri pertahanan, Len harus didukung agar menjadi yang terdepan dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan high-level nantinya,” kata Taufiek lewat keterangannya diterima di Jakarta, Jumat.

Taufik menyampaikan hal itu saat mendampingi Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi perusahaan peralatan elektronik PT Len Industri.

Dalam kunjungan itu, Menperin beserta rombongan melihat langsung demo produk Radar Surveillance Len S-200, Ruang C4ISR, fasilitas produksi modul surya dan fasilitas produksi alat komunikasi (alkom).

Baca juga: Apresiasi industri Batam, Kemenperin pacu investasi elektronik

Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin menjelaskan pihaknya akan menjadi lead integrator BUMN industri pertahanan dan sebagai brainware alutsista yang digunakan oleh TNI, baik matra darat, laut, maupun udara.

Sehingga sangat dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar anggota BUMN industri pertahanan, yaitu Len Industri, Pindad, Dirgantara Indonesia, Dahana dan PAL Indonesia.

Berbeda dengan BUMN pertahanan lain yang berfokus pada kemandirian dalam memproduksi alutsista dan amunisi, PT Len Industri di dalam holding BUMN industri pertahanan berperan menjadi sistem integrator dari alutsista-alutsista tersebut. Baik itu alutsista baru hasil produksi dalam negeri, luar negeri, maupun alutsista yang sudah ada di TNI.

”Untuk menjawab tantangan dalam memenuhi peran sebagai integrator tersebut, PT Len Industri telah memiliki hasil pengembangan berbagai produk lini pertahanan mulai dari Sistem Command & Control (C2), Sistem Sensor, dan Sistem Komunikasi,” kata Bobby.

Pengembangan tersebut diperlukan dalam pembangunan sistem integrasi alutsista yang dikenal sebagai konsep terintegrasi C4ISR (Command, Control, Communication, Computer, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) dan menerapkan Network Centric Warfare (NCW) sesuai doktrin dan kebutuhan pertahanan TNI di Indonesia.

Baca juga: Dukung industri elektronika, Kemenperin apresiasi Program Polisi 4.0

Bobby mengharapkan dukungan dari Kemenperin mengenai regulasi khusus untuk perhitungan TKDN produk elektronika pertahanan, memasukkan persyaratan TKDN pada tender proyek pertahanan dan transportasi.

“Selain itu, dukungan investasi dalam pembangunan pabrik solar cell dan semikonduktor maupun pembangunan pusat inovasi dan industri radar nasional yang akan dikembangkan PT Len Industri,” ujarnya.

Bobby juga berharap Kemenperin bisa menjadi inisiator dalam membentuk ekosistem industri-industri dalam negeri, khususnya di bidang pertahanan.

“Banyak produk PT Len Industri yang sudah memiliki nilai TKDN tinggi, misalnya sistem persinyalan kereta yang mencapai 40,69 persen (Sistem Interlocking SiLSafe) dan 59,96 persen (Trackside Signalling SiLTrack), di mana sistem tersebut sudah terpasang di lebih dari 250 stasiun di seluruh Indonesia. Dan juga sudah membuat sistem kereta api otomatis pertama di Indonesia menggunakan teknologi CBTC di Skytrain Bandara Soekarno Hatta,” katanya.

Baca juga: Komisi I DPR akan tanyakan Kemhan terkait Rancangan Perpres Alpahankam