Jakarta (ANTARA) - Pelita Jaya Bakrie Jakarta siap memaksa rangkaian final IBL 2021 dimainkan dalam tiga gim.

Ambisi awal Pelita Jaya untuk menjadi juara dua gim langsung harus runtuh lantaran di gim pertama final mereka menelan kekalahan 50-70 dari Satria Muda Pertamina Jakarta di Mahaka Square Arena, Jakarta, Kamis.

Dengan demikian, Pelita Jaya akan menghadapi gim kedua di tempat yang sama pada Jumat (4/6) dengan beban wajib menang jika masih ingin memelihara asa juara IBL 2021.

"Di Pelita Jaya ini tidak pernah ada istilah ragu-ragu, kami akan selalu berusaha, termasuk memaksa final menjadi tiga gim," kata pelatih kepala Pelita Jaya Octaviarro Tamtelahitu dalam jumpa pers virtual selepas gim pertama.

Baca juga: Satria Muda rebut gim pertama final IBL, menang 70-50 atas Pelita Jaya

Pelatih yang akrab disapa Ocky itu mengaku bahwa timnya banyak memetik pelajaran berharga dari Satria Muda di gim pertama terutama dalam departemen pertahanan.

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa Pelita Jaya akan bermain lebih baik lagi di gim kedua.

Sepanjang gim pertama, Pelita Jaya kerap bergonta ganti pola pertahanan dengan menerapkan zone defense maupun man-to-man.

Sayangnya itu belum cukup menghentikan Satria Muda yang bisa meraih 28 poin di paint area atau hanya empat poin lebih sedikit dibandingkan Pelita Jaya.

Di waktu bersamaan Satria Muda relatif akurat dalam tripoin mereka yang melesakkan sembilan dari 26 percobaan dibandingkan Pelita Jaya yang hanya satu dari 19 percobaan.

"Pada dasarnya zone defense maupun man-to-man supaya mereka tidak mudah menerobos pertahanan kami, makanya terus berubah-ubah sepanjang laga untuk mengadaptasi keadaan," kata Ocky.

Baca juga: Gim pertama final IBL 2021 dalam angka
Baca juga: Data dan fakta final IBL 2021: Pelita Jaya vs Satria Muda


Ocky mengakui masalah terbesar Pelita Jaya di gim pertama adalah eksekusi akhir yang tidak sempurna dari strategi yang ingin diterapkannya.

Salah satunya pola permainan cepat yang dilancarkan para pemain Pelita Jaya, yang sayangnya tidak berakhir dengan angka. Konversi poin tersebut, kata Ocky, membedakan antara permainan cepat dengan permainan terburu-buru.

Jika menjadi angka permainan cepat akan terlihat berbahaya, tetapi jika gagal hanya terlihat sebagai serangan yang terburu-buru.

"Tiap gim ada baik buruknya, malam ini kami memang terlihat terburu-buru, serangan cepat akan bagus ketika jadi poin, tapi karena tidak jadi terlihat terburu-buru," katanya.

"Pada dasarnya semua game plan tidak berjalan sesuai yang diharapkan, eksekusinya kurang baik malam ini," tutup Ocky.

Baca juga: Final IBL bakal jadi puncak hiburan musim ini
Baca juga: IBL 2021 menjawab dua keraguan
Baca juga: Jelang final IBL 2021, Pertamina siap lanjutkan sponsor musim depan