Yogyakarta, 3/8 (ANTARA) - Teladan politik Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII memiliki arti sangat strategis bagi perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.

"Memori kolektif kita mencatat Sri Sultan HB IX sebagai orang yang memiliki pandangan kebangsaan jauh ke depan. Sri Sultan HB IX percaya bahwa lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah solusi paling revolusioner untuk mengakhiri kolonialisme-imperialisme yang telah lama menjajah Bangsa Indonesia," kata Ketua Panitia sarasehan `Mengingat Kembali Sejarah Maklumat 5 September 1945` Widiasto Wasana Putra di Yogyakarta, Jumat.

Ia mengatakan pada 20 Agustus 1945, Sri Sultan IX mengirimkan surat kawat yang isinya mengatakan dirinya sanggup berdiri di belakang pimpinan NKRI, Pernyataan yang sama juga dikirimkan Sri Paku Alam VIII

"Puncaknya, pada 5 September 1945, Sri Sultan HB IX mengeluarkan maklumat yang menyatakan Ngayogyakarta Hadiningrat berbentuk kerajaan yang merupakan bagian dari Republik Indonesia (RI)," katanya.

Dalam maklumat tersebut Sri Sultan HB IX juga menyatakan kerajaan yang dipimpinnya memiliki hubungan yang bersifat langsung dengan Pemerintah Pusat RI serta bertanggung jawah kepada Presiden RI.

"Pada 4 Januari 1946, Sultan menyambut kedatangan Bung Karno selaku kepala negara di Stasiun Tugu saat ibu kota pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta," katanya.

Menurut dia dukungan Sri Sultan HB IX terhadap RI sangat total, bahkan Sri Sultan HB IX rela menggunakan uang kerajaan untuk mendanai jalannya pemerintahan RI.

"Sri Sultan HB IX juga sosok yang memiliki pendirian kuat karena menolak keras ajakan Belanda untuk menjadikannya Wali Nagari untuk Jawa dan Madura," katanya.

Ia mengatakan sama sekali tidak ada keraguan dari Sri Sultan HB IX untuk menyatakan diri sebagai bagian dari RI.

"Untuk memaknai dan mengingat kembali arti penting Maklumat 5 September 1945 tersebut, `Java Development Institute` akan menyelenggarakan sarasehan kebangsaan dengan tema `Mengingat Kembali Sejarah Maklumat 5 September 1945`," katanya.

Sarasehan tersebut menurut Widiasto akan diselenggarakan pada 5 September 2010 di aula SMAN 11 Yogyakarta dengan menghadirkan Guru Besar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Joko Suryo, Asisten Sri Sultan IX-Paku Alam VIII Sudomo Sunaryo, dan Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta HM Jasir. (ANT/K004)