Dirut Garuda: Manajemen fokus pulihkan kinerja perusahaan
3 Juni 2021 16:41 WIB
Ilustrasi - Pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc/pri.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan manajemen saat ini sedang fokus memulihkan kinerja melalui berbagai program strategis agar dapat mengembalikan performa perusahaan.
"Saat ini kami jajaran manajemen Garuda berkeinginan untuk fokus dan memaksimalkan upaya pemulihan kinerja serta berbagai program strategis yang tengah dijalankan perusahaan," kata Irfan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Irfan menjelaskan pihak manajemen berkomitmen penuh untuk selalu memprioritaskan transparansi kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk kepada media massa sebagai mitra strategis perusahaan.
Menurut dia, media memiliki peranan penting melalui penyampaian pemberitaan yang bijak, berimbang, dan komprehensif terhadap kondisi yang tengah dihadapi perusahaan.
"Saya turut menyampaikan apresiasi atas segala bentuk pendapat yang dikemukakan oleh pihak-pihak terkait mengenai kondisi Garuda Indonesia melalui kanal yang beragam," kata Irfan.
Baca juga: Erick Thohir sebut akan negosiasi keras ke lessor Garuda yang koruptif
Lebih lanjut ia meminta pemakluman karena belum bisa memberikan tanggapan terkait opini yang mengemuka saat ini agar tidak menciptakan polemik-polemik baru.
"Saya secara pribadi menyampaikan permohonan maaf dari lubuk hati saya jika dalam situasi yang menantang seperti saat ini belum dapat membalas maupun menjawab secara satu persatu pertanyaan dan konfirmasi yang rekan-rekan media sampaikan," kata Irfan.
Berdasarkan data laporan keuangan terakhir yang dirilis Garuda Indonesia pada kuartal III 2020, BUMN penerbangan itu mempunyai utang sebesar Rp98,79 triliun yang terdiri dari utang jangka pendek Rp32,51 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp66,28 triliun.
Sebelum pandemi COVID-19, perseroan sempat membukukan keuntungan hampir mencapai Rp100 miliar pada 2019. Namun, pandemi yang melanda Indonesia pada awal 2020 hingga sekarang telah memukul keuangan perusahaan.
Pada kuartal III 2019, Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebanyak Rp1,73 triliun, lalu merugi hingga Rp15,19 triliun pada kuartal III 2020 akibat dampak pandemi.
Pendapatan Garuda Indonesia tercatat turun dari awalnya Rp50,26 triliun pada kuartal III 2019 menjadi hanya Rp16,04 triliun pada kuartal III 2020.
Perseroan lantas menawarkan program pensiun dini untuk para karyawan hingga 19 Juni 2021 mendatang demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi dan utang. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 100 karyawan yang mengajukan pensiun dini.
Baca juga: Kendati berat dan rumit, Wamen BUMN ungkap rencana selamatkan Garuda
Selain pensiun dini, sejumlah aksi yang turut dilakukan Garuda Indonesia di antaranya memaksimalkan kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong peningkatan pendapatan.
Sementara itu dari pihak pemerintah berencana memangkas jumlah komisaris Garuda Indonesia hingga mengubah orientasi bisnis perseroan yang semula melayani rute penerbangan internasional menjadi hanya berfokus pada penerbangan domestik saja.
"Saat ini kami jajaran manajemen Garuda berkeinginan untuk fokus dan memaksimalkan upaya pemulihan kinerja serta berbagai program strategis yang tengah dijalankan perusahaan," kata Irfan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Irfan menjelaskan pihak manajemen berkomitmen penuh untuk selalu memprioritaskan transparansi kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk kepada media massa sebagai mitra strategis perusahaan.
Menurut dia, media memiliki peranan penting melalui penyampaian pemberitaan yang bijak, berimbang, dan komprehensif terhadap kondisi yang tengah dihadapi perusahaan.
"Saya turut menyampaikan apresiasi atas segala bentuk pendapat yang dikemukakan oleh pihak-pihak terkait mengenai kondisi Garuda Indonesia melalui kanal yang beragam," kata Irfan.
Baca juga: Erick Thohir sebut akan negosiasi keras ke lessor Garuda yang koruptif
Lebih lanjut ia meminta pemakluman karena belum bisa memberikan tanggapan terkait opini yang mengemuka saat ini agar tidak menciptakan polemik-polemik baru.
"Saya secara pribadi menyampaikan permohonan maaf dari lubuk hati saya jika dalam situasi yang menantang seperti saat ini belum dapat membalas maupun menjawab secara satu persatu pertanyaan dan konfirmasi yang rekan-rekan media sampaikan," kata Irfan.
Berdasarkan data laporan keuangan terakhir yang dirilis Garuda Indonesia pada kuartal III 2020, BUMN penerbangan itu mempunyai utang sebesar Rp98,79 triliun yang terdiri dari utang jangka pendek Rp32,51 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp66,28 triliun.
Sebelum pandemi COVID-19, perseroan sempat membukukan keuntungan hampir mencapai Rp100 miliar pada 2019. Namun, pandemi yang melanda Indonesia pada awal 2020 hingga sekarang telah memukul keuangan perusahaan.
Pada kuartal III 2019, Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebanyak Rp1,73 triliun, lalu merugi hingga Rp15,19 triliun pada kuartal III 2020 akibat dampak pandemi.
Pendapatan Garuda Indonesia tercatat turun dari awalnya Rp50,26 triliun pada kuartal III 2019 menjadi hanya Rp16,04 triliun pada kuartal III 2020.
Perseroan lantas menawarkan program pensiun dini untuk para karyawan hingga 19 Juni 2021 mendatang demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi dan utang. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 100 karyawan yang mengajukan pensiun dini.
Baca juga: Kendati berat dan rumit, Wamen BUMN ungkap rencana selamatkan Garuda
Selain pensiun dini, sejumlah aksi yang turut dilakukan Garuda Indonesia di antaranya memaksimalkan kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong peningkatan pendapatan.
Sementara itu dari pihak pemerintah berencana memangkas jumlah komisaris Garuda Indonesia hingga mengubah orientasi bisnis perseroan yang semula melayani rute penerbangan internasional menjadi hanya berfokus pada penerbangan domestik saja.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: