Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perbankan Kostaman Thayib memperkirakan Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) dalam upaya menjaga likuiditas rupiah, menyusul membaiknya laju inflasi Agustus 2010.

"BI Rate yang bertahan pada 6,5 persen dinilai sangat baik terhadap pasar maupun likuiditas rupiah, karena apabila BI menaikkan BI Rate maka pasar saham akan diserbu investor asing," katanya di Jakarta, Jumat.

Kostaman Thayib mengatakan, apabila BI Rate naik minimal 25 basis poin, maka investor asing akan segera meresponnya dengan membeli saham dan bermain di pasar uang untuk membeli rupiah.

Akibat indeks harga saham gabungan menguat tajam, karena banyak saham yang diperjualbelikan mengalami kenaikan begitu pula dengan rupiah akan terus menguat jauh dibawah Rp9.000 per dolar, katanya.

Selain itu, menurut dia, kenaikan itu juga akan mendorong perbankan segera menyesuaikan suku bunga bank, sehingga rencana BI untuk menurunkan suku bunga kredit yang sudah mencapai 14,5 persen tidak akan terjadi.

"BI sudah memperhitungkan lebih jauh mengenai kebijakannya terhadap BI Rate," ucapnya.

BI, lanjut dia mempertahankan bunga BI Rate untuk ke-14 kali, karena laju inflasi Agustus 2010 lebih baik terhadap bulan Juli.

Laju inflasi Agustus 2010 mencapai 0,76 persen sedikit lebih baik dibanding Juli yang mencapai 0,84 opersen, ucapnya.

Ditanya mengenai rupiah, Kostaman Thayib mengatakan, rupiah berpeluang untuk terus naik, apabila BI tidak berada di pasar melakukan intervensi pasar, rupiah sebenarnya sudah jauh dibawah level 9.000 per dolar.

Karena itu dengan bertahan BI Rate, maka likuiditas rupiah tetap terjaga, ujarnya.

Rupiah Jumat sore mencapai 9.007 per dolar AS atau turun enam poin, karena BI menginginkan rupiah berada di atas level Rp9.000 per dolar.

Sebelumnya rupiah sempat mencapai 8.995 per dolar, akibat faktor positif dari eksternal, namun pelaku asing kecewa dengan bunga BI Rate yang tetap stabil, katanya.

(H-CS/B012/S026)