Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg telah memberikan penghematan subsidi negara sebesar Rp21,38 triliun.

Dirut Pertamina Karen Agustiawan di Jakarta, Jumat mengatakan, nilai penghematan tersebut merupakan akumulasi sejak awal program pada tahun 2007 hingga Agustus 2010.

"Total penghematan program konversi adalah Rp32,07 triliun dan setelah dikurangi biaya paket perdana konversi Rp10,69 triliun, didapat penghematan bersih Rp21,38 triliun," katanya.

Menurut dia, pada awal konversi tahun 2007, program masih memerlukan tambahan subsidi Rp200 miliar, selanjutnya 2008 sudah menghemat Rp5,53 triliun, 2009 hemat Rp6,92 triliun, dan 2010 menghemat lagi Rp9,13 triliun dari target Rp13,63 triliun.

"Dengan demikian, akumulasi penghematan bersih mencapai Rp21,38 triliun," ujarnya.

Karen mengatakan, status per Agustus 2010, paket perdana konversi yang didistribusikan mencakup 45,558 juta kepala keluarga di 16 propinsi.

Pada 2010, progres pendistribusian memang baru mencapai 23 persen dari target 9,395 juta paket perdana.

Namun, volume minyak tanah yang sudah ditarik tahun 2010 saja mencapai 4,499 juta kiloliter atau 73 persen dari target 6,172 juta kiloliter.

"Sedang, akumulasi minyak tanah yang ditarik sejak awal konversi tahun 2007 sampai sekarang telah mencapai 12,139 juta kiloliter," ujarnya.

Untuk suplai elpiji, Karen mengatakan, secara akumulasi periode 2007-2010, sudah mencapai 4,061 juta ton.

Khusus 2010, dari target suplai sebanyak 3,002 juta ton, sudah tercapai 1,596 juta ton.

Karen menambahkan, selama tiga tahun program konversi dilaksanakan, konsumsi minyak tanah bersubsidi turun drastis menjadi hanya tinggal 20 persen.

Padahal, lanjutnya, program konversi baru mencakup 16 dari 28 propinsi yang direncanakan.

Ia juga mengungkapkan, dengan keberhasilan program konversi, terlihat sebanyak 10 persen volume minyak tanah bersubsidi melenceng dari peruntukannya.
(K007/A023)