Jakarta (ANTARA) - Presiden Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 (Conference of the Parties/COP26) Alok Sharma mengatakan 10 tahun ke depan akan menjadi penentu nasib bumi terkait dengan isu perubahan iklim dan berbagai dampaknya ke berbagai negara.

"Sepuluh tahun ke depan akan menentukan takdir planet. Kita butuh negara-negara untuk maju," kata Alok Sharma dalam diskusi bersama pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, yang disiarkan secara virtual di Jakarta, Rabu.

Alok secara khusus menyoroti perlunya negara-negara untuk memiliki ambisi iklim yang lebih ambisius agar dapat menekan kenaikan perubahan iklim tidak melebihi 1,5 derajat Celcius.

Dia menjelaskan bahwa negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 sudah menyetujui target reduksi emisi yang lebih ambisius pada 2030 dan mendorong kelompok negara G20, termasuk Indonesia, untuk ikut lebih maju terkait ambisi iklimnya.

Anggota kabinet PM Inggris Boris Johnson itu juga mengatakan negara-negara perlu memiliki strategi jangka panjang bagaimana mencapai target nationally determined contributions (NDC) atau target kontribusi nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Kami ingin negara-negara untuk merancang strategi jangka panjanganya, untuk mencapai nol emisi pada pertengahan abad," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden COP26 Alok Sharma pekan ini melakukan kunjungan ke Jakarta dan melakukan pertemuan dengan perwakilan Indonesia membahas persiapan acara yang akan berlangsung di Glasgow, Inggris pada November 2021 tersebut.

Dia juga telah melakukan diskusi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya yang menjelaskan kesiapan Indonesia dalam menghadapi COP26 dan menegaskan akan memberikan kontribusi terbaik bersama negara-negara di dunia untuk mencapai target upaya pengendalian perubahan iklim global.