Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore, ditutup stagnan pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Mei 2021.

Rupiah ditutup stagnan alias sama dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.280 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi masih terjaga hari ini sehingga rupiah sempat menguat.

Namun, rilis data inflasi Mei 2021 yang tercatat 0,32 persen (mom) atau 1,67 persen (yoy) menahan penguatan rupiah.

"Angka inflasi tersebut juga menahan pelemahan rupiah karena menunjukkan kondisi inflasi Indonesia yang masih cukup stabil," ujar Ariston.

Di sisi lain, naiknya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke 1,6 persen juga menahan penguatan rupiah.

Saat ini imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun berada di posisi 1,608 persen.

"Kenaikan yield ini seiring dengan ekspektasi kenaikan inflasi di AS. Data indikator inflasi yang dirilis Jumat kemarin menunjukkan kenaikan year on year 3,1 persen di bulan April," kata Ariston.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 90,146, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu 89,831.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.263 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.253 per dolar AS hingga Rp14.290 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Rabu menguat menjadi Rp14.276 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.292 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah ditutup positif seiring penguatan mata uang kawasan
Baca juga: Rupiah berpotensi menguat dibayangi kenaikan kasus COVID-19
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, dipicu ekspektasi moneter lebih ketat The Fed