Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan Nasional diminta segera ikut menyelesaikan sengketa yang terjadi di Institut Seni Indonesia Denpasar, mengingat kekisruhan yang dialami kampus itu sudah berlangsung dua tahun dan dikhawatirkan bisa mengganggu proses belajar mengajar.

"Kami minta agar Menteri Pendidikan Nasional bisa segera menyelesaikan masalah di ISI, agar tidak mengganggu proses belajar mengajar," kata salah satu dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia MA, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kekisruhan yang berkepanjangan saat ini sudah mulai mengarah kepada iklim belajar dan mengajar yang tidak sehat mengingat banyak dosen yang terancam kenaikan pangkat dan golongan, bahkan sudah ada yang dipecat.

Perseteruan, katanya, diawali dengan adanya pertentangan antara rektor incumbent Prof Dr I Wayan Rai S. MA dengan rektor terpilih Dr I Nyoman Catra.

Menurut dia, dalam pemilihan rektor baru untuk periode 2008-2012 Nyoman Catra sesungguhnya terpilih secara aklamasi menjadi rektor ISI Denpasar.

"Tapi dalam kenyataan kemenangan itu tidak diakui oleh kubu Wayan Rai dan dirinya tidak bersedia untuk melepaskan jabatannya sebagai rektor," kata Dibia.

Akibatnya, saat ini Wayan Rai masih mengklaim menjadi rektor ISI Denpasar dan bahkan dengan pengaruhnya berupaya menyingkirkan sejumlah dosen yang dianggap berkubu dengan Nyoman Catra.

Perseteruan, katanya, tidak hanya sekedar dengan menunda kenaikan pangkat atau golongan hingga dikeluarkan dari ISI Denpasar, tapi masing-masing kubu sudah melontarkan tuduhan tindakan korupsi hingga masuk ke kejaksaan.

Melihat kondisinya sudah begitu parahnya, Dibia minta kepada Mendiknas untuk segera campur tangan menyelesaikan kekisruhan di ISI Denpasar, mengingat institut itu selama ini mampu mencetak seniman andal yang selama ini banyak berada di Bali.

"Terus terang sejumlah dosen dan mahasiswa resah dan gelisah dengan adanya kekisruhan itu. Kami mohon agar ada penyelesaian secepatnya dengan adanya campur tangan dari Mendiknas," katanya.

Dirinya mengkhawatirkan apabila kekisruhan ini terus dibiarkan maka eksistensi ISI Denpasar sebagai institut pencetak seniman andal akan bubar, padahal sekolah itu merupakan kebanggaan masyarakat Bali.(*)
(T.A025/R009)